Fania berbaring di atas kasurnya. Rasanya hari ini ingin sekali tidak berbuat apa-apa. Namun Nia teringat sesuatu, iya hari ini ia harus pergi ke makam kakaknya. Meski lelah yang ia rasa namun tidak masalah baginya. Berhubung makam dan rumah Nia jaraknya tidak terlalu jauh, Nia memutuskan untuk jalan kaki.
Nia mengganti bajunya dan bergegas ke makam sendiri karena mama dan papanya masih belum pulang kerja.
Fania langsung berangkat ke makam dengan membawa bunga tabur sekaligus buku yasin kecil. Setiap kali ia melangkah Fania teringat akan sosok kakaknya saat masih hidup dulu. Mereka dulu sering jogging atau bersepeda bersama setiap akhir pekan. Dan sekarang Fania jalan kaki aja sendiri nggak ada raut ceria seperti dulu. Semua kenangan itu telah terkubur bersama jasat sang kakak.
Sampai lah Nia di makam kakaknya. Ia membersihkan pusara makam itu dari rerumputan. Dilanjutkan dengan menabur bunga ke makam kakaknya. Nia berusaha tersenyum di makam kakaknya, karena sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, sang kakak berpesan kepadanya,"Nia adik kakak yang baik jangan pernah sedih kalau kakak sudah tidak ada disampingmu lagi."
"Hai kak Dimas, Nia datang dengan senyum loh. Kakak bilang Nia nggak boleh sedih 'kan. Kak besok Nia dan papa-mama mau kasih kado buat kak Dimas disana. Kakak yang tenang yah disana tunggu kami dipintu surga." Nia bermonolog sendiri.
Usainya Nia bermolog, ia membaca doa untuk sang kakak. Rupanya dikejahuhan sana ada sosok yang mengawasi Nia dengan mengenakan jaket hitam sekaligus masker. Fania yang merasakan ada yang mengawasinya dari tadi, langsung menoleh penglihatan kesekeliling makam. Ia mendapati sosok itu berada di belakang pohon,Nia pun berlari mengejar sosok itu.
"Heh! Tunggu. Siapa kamu," teriak Nia sembari mengejar sosok itu. Sialnya Nia kehilangan jejak sosok misterius itu.
Hari sudah mulai menjelang malam, Fania memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Menyeramkan juga kalau maghrib-maghrib ada di kuburan apalagi sendirian. Nggak lucu deh cewek cantik harus saingan sama penunggu kuburan.
***
Faza baru saja pulang kerumahnya. Ia memarkirkan motornya digarasi dan langsung masuk ke dalam rumah dengan bingkisan ditangannya. Ayah dan bunda Faza yang baru saja menunaikan sholat maghrib langsung menghampiri Faza yang rupanya sudah berada dimeja makan.
"Kamu dari mana aja kok baru pulang?" tanya bundanya.
"Abis jalan-jalan Bun," jawabnya.
"Jangan bohong tadi Rendi sama Alfa ke sini nyariin kamu," ujar bundanya sedikit kesal.
"Emang Faza jalan sendiri kok nggak sama mereka. Abis tadi Rendi sama Alfa mau ngajak Faza nyari jamur magic, Faza nggak mau dong," jelas Faza kepada bundanya.
"Nggak usah khayal deh. Mana ada jamur magic didunia nyata." Bunda mira makin kesal dengan pernyataan Faza barusan.
"Beneran Bun, Faza nggak bohong kalau nggak percaya googling aja pasti ada."
"Udah-udah kalian ini ngeributin jenis jamur aja, mending kita makan malam Ayah udah laper nih," ujar ayah Radit yang melerai keduanya.
"Iya Yah," jawab keduanya kompak.
"Za, kamu tadi bawa apaan itu diplastik," tanya ayahnya.
"Martabak Yah."
"Wah tumben banget kamu Za, beli martabak segala," ungkap ayahnya.
"Biasanya ada maunya tuh Yah," timpal bundanya. Bunda Mira sepertinya sudah hafal betul perilaku anaknya itu.
"Ngak kok Bun, Faza emang lagi pingin beli aja lagian Faza kasian sama orang yang jualnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
FazaFania (SELESAI)
Teen Fiction"Gue itu suka lo dari dulu Fan, tapi gue gak pernah berani ngungkapin itu semua. Gue tau gue terlalu naif,gue juga bukan cowok yang jantan. Tapi asal lo tau semua gue lakukan agar lo tetep bahagia. Gue bakal mengutarakan ini semua setelah lo sadar a...