FazaFania (bagian 28)

28 4 0
                                    

Fania langsung menarik tangan Faza untuk menjauh dari kantin. Ia mengajak Faza ke rooftop, Faza merasakan ada sesuatu yang akan diutaran gadisnya itu dengan serius.

Fania mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Tatapan matanya masih tak beralih sama sekali, ia menatao Faza sendari tadi.

"Apa yang ingin kamu omongin Ni," ucap Faza membuka suara terlebih dulu.

"Kamu tahu 'kan kalau aku paling nggak suka dibohongi."

"Iya, terus aku bohong apa sama kamu? aku nggak pernah bohong sama kamu, Ni. "

Fani tertawa simpul sebelum memulai pertanyaannya kembali. Segitunya kah Faza berpura-pura tidak menutupi apa-apa?

"Kamu bilang kamu nggak pernah bohong sama aku?  Terus ini apa kalau bukan kebohongan?!" ujar Fania dengan nada sedikit tinggi seraya menunjukkan kamera milik Faza ke arahnya.

"Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti. Iya aku tau kemarin kamera itu lupa aku ambil darimu."

"Ngeles lo nggak masuk akal Za, gue tanya bukan soal kameranya tapi soal foto ini." Fania langsung menunjukkan foto yang semalam tidak sengaja ia lihat. Foto itu menampilkan sosok Faza kecil dan almarhum Dimas kakaknya. "Lo kenal 'kan sama kakak gue."

Jleb. Semua rahasia itu apakah akan terbongkar hari ini? Faza tidak bisa membayangkannya jika hubungannya bersama Fania akan menjadi taruhan dalam permasalahan ini. Apa Faza harus jujur? Bagaimana cara Faza menjelaskannya.

"Oke gue bakal ceritakan sejujurnya," ucap Faza.

"Yaudah buruan lo jelasin."

"Itu memang foto gue dan Dimas dulu waktu gue masih kelas 5 SD, kakak lo dan gue dulu pernah dekat karena kita satu seperguruan di karate. Kita saling ketemu dan akrab. Itu alasannya gue mulai kenal lo saat Dimas ngajak gue ke rumahnya. Gue lihat lo yang selalu bermain dengan riang dari kejauhan, tanpa lo sadari. Dimas pernah ngajak gue buat berkenalan sama lo tapi gue tolak karena nggak pe-de. "

"Kenapa lo tutupin semua itu dari gue."

"Karena gue belum sempat cerita dan lo udah mengetahuinya lebih dulu," aku Faza.

"Lo kenal kakak gue tapi kenapa lo bohong ke gue waktu itu. Lo bilang hanya ngagumi gue karena rumah kita pernah satu komplek."

"Kenyataannya memang benar Ni, dulu kita satu komplek dan gue emang menyukai lo sejak awal itu. "

"Tapi kenapa lo ngggak pernah cerita soal kakak gue?!" tegas Nia kembali.

"Karena kakak lo sendiri yang nggak ngebolehin gue cerita sama lo," sahutnya kembali.

Bel masuk berbunyi Faza meminta Fania untuk 
Segera turun dari rooftop bersamanya. Namun Fania justtu masih saja menolaknya dan masih menyudutkan pertanyaan itu ke Faza.

"Udah bel masuk Ni, ayo turun, "ujar Faza mengingatkan.

"Lo mau ngehindar dari pertanyaan gue?!"

"bukan gitu, masalahnya bel udah masuk entar  kena marah kalau nggak masuk kelas, "ujar Faza realita.

Faza memilih pergi dari rooftop duluan. Baginya bel masuk telah menyelamatkannya dari pertanyaan Fania yang akan menyudutkannya. Faza bisa melihat jika Fania sangat marah dan kesal dengannya hal itu terlihat jelas saat ia menuruni tangga, Fania berteriak dengan nada marah.

"Faza!!! Nggak usah kabur lo," teriak Nia tanpa dihiraukan oleh Faza.

****

Faza tidak fokus dalam menerima pelajaran. Sejak masuk kelas ia hanya ngelamun dalam pikirannya sendiri. Guru yang mengetahui hal itu langsung menegurnya untuk menjawab pertanyaan yang baru saja ia jelaskan.

FazaFania (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang