Faza bangun lebih pagi dari biasanya. Kali ini ia sudah berseragam rapih meski jam masih menunjukkkan pukul 06.00 pagi. Tidak seperti biasanya yang selalu santuy untuk berangkat ke sekolah dan baru mandi pukul 06.00, sudah menjadi kebiasaan kalau abis selesai sholat tidur lagi.
Rak piring di dapur Faza obrak-abrik hanya untuk mencari sebuah tepak makan. Sendari tadi ia memang sibuk di dapur hanya untuk menyiampkan makanannya sendiri. Bi Jumi yang melihat tingkah Faza pagi ini sangat heran dan langsung menanyakan hal tersebut kepadanya.
"Cari apa, Den? Tumben pisan jam segeni ke dapur," tanyanya.
"Anu Bi, saya mau cari tepak makan. Hari ini saya mau bawa bekal ke sekolah, Bibi tau nggak di mana," ujar Faza menanyakan.
"Sebentar ya Den, Bibi carikan. Aden duduk aja di meja makan sembari menyiapkan sarapan Aden," sahut Bi Jumi dan langsung mencarikan apa yang Faza minta.
"Iya Bi. Makasih," ucapnya sopan.
Faza duduk sembari menata roti yang akan ia. buat sandwich. Semua bahan-bahannya sudah ia siapkan sendari tadi tinggal membuatnya dan langsung meletakkan ke tepak makan.
Orang tua Faza yang baru sampai di meja makan, mereka sangat terkejut melihat Faza yang sudah rapih sedangkan Eris masih belum terlihat batang hidungnya."Kamu tumben banget udah rapih jam segini," heran Mira.
"Iya mau bikin bekal dulu soalnya," sahut Faza yang masih sibuk membuat bekalnya sendiri.
Baru dua roti yang sudah Faza buat untuk bekal, tiba-tiba saja Eris datang dari arah belakangnya dan langsung menyambar roti sandwich yang masih Faza letakkan dipiringnya untuk menunggu tepak makan yang dia minta datang.
"Wah repot-repot amat lo bangun pagi hanya untuk buatin gue sarapan." Eris menyambar roti sandwich dan langsung melahapnya seketika.
Faza sangat murka melihat tingkah Eris barusan. Susah-susah Faza membuat itu untuk seseorang yang baginya sangat spesial namun malah dirampas oleh adiknya yang rese.
"Balikin sandwich gue. Itu bukan buat lo!!" Murka Faza sembari melotot ke arah Eris.
"Udah gue telen," sahut Eris tanpa dosa.
"Lo pagi-pagi udah ngajak ribut aja!!" Faza hendak melempar sendok ke arah Eris namun tangannya langsung dicegah oleh ayahnya.
"Masalah sepele, nggak usah dibesar-besarkan," tegas Radit yang membuat Faza bungkam.
Tak lama dari itu Bi Jumi memberikan tepak makan yang Faza minta tadi.
"Den, ini tepak makan yang Aden tadi minta," ujarnya sembari menyerahkan tepak tersebut kepada sang peminta.
"Iya Bi, makasih," sahutnya dan langsung meletakkan sandwich itu ke tepak makan.
Tepak makan yang sudah tertutup rapat itu, Faza masukkan ke dalam tasnya. Faza langsung beranjak dari tempat duduknya lalu menyalami kedua orang tuanya untuk berpamitan.
"Bun, Yah. Faza berangkat dulu." Faza mencium telapak tangan keduanya.
"Iya hati-hati. Ini uang sakunya," sahut bundanya sembari memberi uang jajan kepadanya.
"Kok lo udah mau berangkat aja, gue berangkat sama siapa," celetuk Eris.
"Gue nggak mau berangkat bareng lo lagi, lo kan bisa nyetir mobil. Lo berangkat aja naik mobil sendiri nggak usah manja. Gue udah ada janji sama Fania," ujar Faza dan langsung berlenggang pergi sebelum Eris menjawab.
Eris Kesal dengan ucapan Faza barusan. Namun ia juga mengerti kalau Faza juga perlu sendiri tanpa harus Eris repotkan terus-terusan. Mira yang melihat ekspresi anak angkatnya itu langsung mengerti dan Langsung menyuruh suaminya untuk mengantarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FazaFania (SELESAI)
Ficção Adolescente"Gue itu suka lo dari dulu Fan, tapi gue gak pernah berani ngungkapin itu semua. Gue tau gue terlalu naif,gue juga bukan cowok yang jantan. Tapi asal lo tau semua gue lakukan agar lo tetep bahagia. Gue bakal mengutarakan ini semua setelah lo sadar a...