Epilog

86 5 3
                                    

Hari ini bertepatan dengan malam prom night sekaligus Hari anniversary satu tahun Fania Dan Faza jadian. Bertepatan pula dengan ultahnya yang ke 18 tahun. Semalam teman-temannya sudah memberikan surprise seperti biasanya. Namun kali ini ada yang berbeda, Faza. Ia tidak hadir dalam pesta kejutan semalam, bahkan mengucapkan selamat ulan tahun padanya saja tidak.

Fania kembali melamun, membayangkan betapa asiknya jika acara prom night nanti malam bersama sang pacar. Kejadian enam bulan yang lalu berputar kembali. Faza masih berada di rumah sakit karena komanya, ia belum ada kemajuan sama sekali dari koma tersebut, bahkan dokter yang merawatnya menganjurkan untuk memindahkan Faza keluar negeri. 

Apa Fania mampu harus terpisah jauh dengan Faza? Tidak tau kapan dia akan kembali lagi ke Indonesia, hal itu terus mengusik benaknya.

"Fan!" panggil seseorang mengagetkannya.

Suaranya tidak asing itu pasti sahabatnya. Amanda.

"Lo ngagetin aja!" omel Nia kesal.

"lo sih hobi kok ngelamun," cibir Amanda seraya mensruput es capucino-nya.

"Gue kayaknya nggak bisa dateng ke acara prom nanti malam deh."

"Lha emang kenapa? datang dong Ni, ini kan hari terakhir kita di SMA Ganesha. Lo masak nggak mau ngasih kenangan berkesan gitu? Ayo lah Ni, ikut ya please" Amanda memohon. Ia berharap sahabatnya itu berubah pikiran.

"Nha gue mau nge-date sama siapa. Pacar gue aja masih terbaring di rumah sakit. Lo sih enak sama Alfa dan Neta sama Aldo. Terus gue harus jadi obat nyamuk gitu?"

"Kan ada si presiden semut. Lo bisa dong nyewa dia jadi pacar pura-pura. Mayan tau Ni, siapa tau lo dapat berlian satu set. Lo porotin dia aja habis-habisan," ujar Amanda nampak serius.

"Hidih kayak nggak ada stok lain aja. Gue ogah banget nge-date sama dia, kasihan Faza entar sakit hati." Fania bergedik ngeri, membayangkan harus berpasangan dengan makhluk astral seperti Rendi yang terkenal ribet bin norak.

Di lain tempat, Rendi sedang merasakan telinga berdengung karena dibicaran terus oleh Fania dan Amanda.

"Dia kan juga nggak ada teman nge-date Fan, lagian lo bisa jenguk Faza kok habis dari acara prom. Lo ditunjuk Bu Mia jadi pengisi acara tersebut juga 'kan? Jangan bikin Bu Mia kecewa Fan," peringat Amanda.

"Gue usahain Yah."

Fania meninggalkan balkon kamarnya beserta Amanda, ia gini duduk di tepian ranjang tempat tidurnya. Sebuah kotak berukaran sedang berada disampingnya, itu kado hadiah yang sudah Fania siapkan jauh-jauh hari untuk merayakan anniversary bersama Faza dan serta menaruh harapan lebih jika Faza akan sadar hari ini tanpa harus pindah ke luar negeri.

"Fan, lo kalau ada masalah apapun cerita aja sama gue. Lo kayaknya punya beban berat."

Amanda masuk ke kamar Fania, ia membuang wadah es capucino-nya di tong sampah lalu duduk disebelah Fania.

"Faza bakal dipindahin ke Amerika Nda, gue nggak bakal bisa ketemu dia bahkan gue nggak tau sampe berapa lama."

Amanda merapatkan posisi duduknya ke arah Fania. Ia merangkul Fania, memberikan ketenangan.

"Gimana kalau sekarang kita ke rumah sakit aja, jenguk Faza. Gue pikir acara prom bakal sampai malam banget deh, gue tarik ucapan gue buat nyuruh lo ke rumah sakit abis acara tersebut. Gue tadi habisnya nggak tau kalau Faza bakal pindah perawatan ke Amerika. Lo harus temuin Faza sebelum ia bener-bener jauh Fan."

Fania langsung menyetujui ia mengambil cardigan-nya beserta tas slempang, lalu keluar kamar bersama Amanda. Di rumah sepi, hanya ada Bi Minah karena orang tua Fania sedang keluar.

FazaFania (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang