Sebulan telah berlalu, Fania dan Faza tidak saling berkomunikasi, bahkan Fania tidak pernah memegang ponselnya dengan alasan ingin fokus belajar untuk persiapan triout, simulasi dan UN yang sudah dekat. Padahal semua teman-temannya tahu kalau bukan itu alasan mendasarnya, melainkan ia ingin terus menghindar dari Faza. Bagaimana dengan Faza sendiri? Iya tentu saja Faza terus mendekati Fania dan selalu mengirimi notif hampir setiap jam. Berusaha meminta maaf, menjelaskan, mengobrol namun tetap saja Fania tidak menggubris.
"Fan, lo beneran ingin menjauh dari Faza? Lo belum putus kan dari dia," celetuk Amanda memulai pembicaraan.
Mereka bertiga sedang berada dibangku taman belakang sekolah. Ketiga asik berbicara persiapan untuk melanjutkan ke fakultas mana, sampai akhirnya Amanda bertanya tentang Faza kepada Fania hingga membuatnya langsung bungkam cukup lama sebelum menjawabnya.
"Heeem. Gue sudah tidak kenal siapa dia, namun..." ada jeda sebelum Fania melanjutkan perkataannya kembali.
"Gue nggak tau status kita apaan sekarang. Gue ingin mengakhirinya tapi dia tidak menerima dan gue belum berujar kata putus sejak kejadian waktu itu.""Itu artinya lo masih cinta sama Faza Fan," ucap Neta.
"Gue nggak mau cinta sama dia lagi. Hari ini gue akan bilang kalau kita putus!" kekeh Fania dan berlalu pergi dari taman.
Dari kejauhin Fania melihat Faza yang sedang asik bermain basket bersama teman-temannya. Sebenarnya ia tidak berniat melirik ke arah sana entah kenapa Fania justru terfokus pada cewek bar-bar, siapa lagi kalau bukan Marsya. Ia sedang berdiri dipinggir lapangan dengan menggenggam sebuah handuk dan juga air mineral. Sudah jelas itu pasti untuk Faza.
Mendadak dada Fania merasa sakit melihatnya terlebih lagi ketika Faza yang mulai ke tepi lapangan dan Marsya langsung mengelap keringatnya.
"Dasar nenek sihir carmuk!" gerutu Neta yang juga melihat pemandangan tersebut.
"Heeemmm." Fania hanya menghela nafas dalam-dalam.
Harus diakui memang sejujurnya Fania belum sepenuhnya melupakan Faza, terlebih lagi dulu Faza adalah sahabat kakaknya bahkan dia pengagum rahasia Fania. Namun, rasa sakit atas kehilangan itu yang membuatnya kecewa berat. Sampai sekarang pun Fania belum pulang ke rumahnya, ia masih setia tinggal di apartemen Aldo setidaknya itu jauh lebih baik ketimbang tinggal bersama kedua orang tuanya. Mereka sama-sama membohonginya.
Tanpa sepengetahuan Fania, Aldo sudah memberi tahu orang tuanya kalau putri kesayangannya sedang berada di apartemen. Aldo terpaksa memberi tahu karena takut terjadi apa-apa kepada Fania terlebih lagi di apartemen tersebut Nia sendirian, ia memberi syarat kepada kedua orang tua Fania untuk tidak menjenguknya namun tetap bisa memantau dari jarak jauh. Aldo sengaja membiarkan pikiran Fania tenang terlebih dulu.
***
Faza yang sudah mengetahui bahwa Fania berada di apartemen milik Aldo pun langsung bergegas ke sana padahal Aldo sudah melarang keras. Sudah beberapa kali Faza datang ke rumah Fania, namun gadis itu tidak ada bahkan mama dan papanya juga sempat cemas akan hal itu sampai akhirnya ada kabar dari Aldo. Iya, Fania tinggal di apartemen tanpa izin dari orang tuanya bahkan saat ia ke sana pun sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja dengan orang tuanya.
Faza tidak menggubris perkataan Aldo, ia ketemu dengan Fania sekarang juga, tanpa babibu, Faza mengendarai motornya menuju apartemen dengan gesit. Sampai di sana, ia bertanya kepada resepsionis di apartemen tersebut.
"Selamat malam Mas, ada yang bisa saya bantu?" sapa perempuan yang diduga karyawan resepsionis itu dengan ramah.
"Malem Mbak. Saya mau tanya apa benar ada orang yang berkunjung di sini dengan kartu akses atas nama Samuel osvaldo?
KAMU SEDANG MEMBACA
FazaFania (SELESAI)
Novela Juvenil"Gue itu suka lo dari dulu Fan, tapi gue gak pernah berani ngungkapin itu semua. Gue tau gue terlalu naif,gue juga bukan cowok yang jantan. Tapi asal lo tau semua gue lakukan agar lo tetep bahagia. Gue bakal mengutarakan ini semua setelah lo sadar a...