Beginning

29.9K 1.3K 138
                                    

Pasukan dari salah satu batalyon saat ini tengah bertugas di perbatasan RI-PNG. Yups, di tanah Cendrawasih. Dan Serda Arjuna Ramadan sebagai salah satu prajurit yang berangkat Satgas Pamtas.

Selain mendapat giliran berpatroli, Arjuna juga ditugaskan mengajar terutama tentang kebangsaan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air. Dan dalam giat Binter atau pembinaan teritorial, kesatuan juga menyiapkan belasan guru bersertifikat.

Saat berangkat menuju ke tempatnya mengajar, katanya ada kelompok relawan yang juga tengah mengajar disana.

"Kelompok relawannya dari Jawa Tengah katanya, Bang." Kata Dirga salah satu tentara muda yang berpangkat Prajurit Satu.

"Oh."

"Yang perempuan oke punya."

"Otak jangan diisi hal-hal nggak berguna." Nasehat Arjuna.

Dirga nyengir. "Siap salah, Bang. Tapi hebat kan, Bang...perempuan cantik mau ke hutan belantara begini."

"Panggilan jiwa." Sahut Arjuna lalu pikirannya melayang pada perempuan manis yang shalehah yang harus dikembalikannya kepada orang tuanya.

Dari cerita keluarganya, saat kuliah dan sejenak setelah lulus kuliah perempuan itu aktif dalam kegiatan sosial terutama menjadi relawan untuk mengajar di daerah terpencil. Dia harus berhenti karena bertanggung jawab mengelola lembaga pendidikan milik keluarganya, menggantikan sang Mama.

Hhh! Jodoh siapa yang tahu, decak Arjuna dalam hati.

"Bang! Galau mulu!" Sentak Roby, Pratu letting Dirga.

"Eh? Astaghfirullah. Apa?" Sahut Arjuna.

"Mikirin Mbak Ai atau calon istri? Jangan-jangan Abang dilempar kesini sama Danyon gara-gara gak jadi nikahin Mbak Ai ya?" Seloroh Roby. "Makanya jadi orang jangan cuma mepetin anak orang. Ck! Nggak tanggung-tanggung, anak Danyon sendiri dipepetin tapi nggak dinikahi. Malah sama orang lain. Kena karma kan akhirnya nikahnya gagal juga." Cerocosnya.

Sudah jadi rahasia umum di batalyon kalau Arjuna tengah mendekati anak Danyon mereka dan semakin heboh saat pengajuan justru sama orang lain.

"Nggak usah sok tahu." Sahut Dirga. Ia bukan sahabat dekat tapi cukup mengenal Arjuna juga yang alim sehingga menurutnya tidak mungkin rekannya itu main-main apalagi dengan anak Danyon.

"Iya nih, Roby. Danyon kita kan walaupun baik tapi bisa sangar juga." Sambung Andre, letting Arjuna. "Apalagi ini menyangkut anaknya lho. Kalau kejadiannya kayak yang kamu bilang, sebelum dikirim kesini sudah bonyok duluan dia. Pasti karena ada alasan kuat. Iya kan, Bro?"

Arjuna tersenyum tipis. "Gitu deh." Walaupun tak dapat dipungkiri ia sedih harus menggagalkan rencana lamarannya dengan Ai, anak Danyonnya demi orang lain. Tapi ia sadar jodoh di tangan Allah. "Danki yang masukin aku ikut Satgas."

"Heh?!" Seru semua rekan-rekannya.

"Bukan atas suruhan Danyon kan, Bang?" Tanya Dirga tak percaya.

Arjuna menggeleng. "Nggak."

"Pengajuan Abang ditolak itu benar?" Dirga berdecak. "Kok bisa sih? Masa betul kata-kata Bang Roby? Abang kena karma?"

"Entahlah." Sejujurnya Arjuna tidak ingin mengumbar urusan pribadinya walaupun rekan-rekan yang tengah  bersamanya adalah orang-orang yang bisa dipercaya.

"Yah...yang penting selamat dari amukan Danyon ya. Disyukuri saja." Roby menepuk bahu Arjuna.

Arjuna mengangguk. Ia memang bersyukur. Sangat bersyukur. Danki mereka sehari-hari orang yang jauh lebih keras daripada Danyon. Sedang Danyon adalah orang yang sabar dan ramah tapi jangan coba-coba membuat kesalahan. Harus zero mistake. Tetapi Danki juga bukan orang yang berhati batu. Danki mereka orang yang sangat rasional. Penolakan Danki menyetujui pengajuan pernikahannya karena kesalahan calon istrinya sendiri dan justru dengan ia dikirim Satgas Pamtas menunjukkan kasih sayang dan kepedulian Dankinya.

Jodoh ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang