💘 16

8.8K 937 193
                                    

Mehreen sudah berangkat ke Inggris seminggu yang lalu. Terakhir Arjuna hanya  berkomunikasi saat Mehreen akan berangkat dan sudah sampai di Inggris. Keduanya sudah sepakat untuk berkomitmen dan menjaga hati masing-masing.

Arjuna percaya kepada Mehreen sekalipun Michael juga tengah mengambil program doktor di negara yang sama. Ia tidak mau suuzan dengan alasan Michael. Allah yang akan menjaga Mehreen.

"Mbak Mehreen sudah pindah ke apartemen," kata Frannie memberitahu.

Arjuna mengangguk. Damai sudah memberitahunya. Seminggu sejak kedatangannya di London, Mehreen masih tinggal di rumah Darwin, Masnya Frannie yang bekerja di kedutaan Indonesia.

Saat ini ia, Rashad, Frannie dan keluarga Ai sedang menuju ke salah satu tempat makan di mall setelah belanja dan menemani si kembar Abhi dan Garin bermain.

"Lho, Mas Juna, Abhi, Garin? Assalamu'alaikum," sapa seseorang.

Serentak tak hanya yang namanya disebut tetapi juga yang lain menoleh ke asal suara. Seorang perempuan berhijab lebar sama seperti Frannie dan Ai.

"Wa'alaikumussalam," balas Arjuna dan yang lain.

"Tante Hafsa? Nggak sama Malwah?" tanya Garin.

Perempuan muda itu tersenyum sambil menggeleng. Ia adalah Tante dari teman sekelas si kembar. "Nggak. Mereka kan sama Abi dan Umminya, Sayang."

Rashad menatap Arjuna.

"Papa, Mama, Mbak Ai, Mas Rene, ini adalah Mbak Hafsa. Keponakannya teman sekelas Abhi dan Garin," kata Arjuna memperkenalkan mereka. "Mbak Hafsa, ini Mama, Papa, Kakak dan Ipar saya. Mama Frannie, Papa Rashad, Mbak Aisha dan Mas Rene."

Hafsa tersenyum, tampak dari matanya dan semangatnya saat menyalami Frannie dan Ai lalu menangkupkan kedua tangannya pada Rashad dan Rene. "Mbak Ai dan Mas Rene orang tua si kembar kan? Saya sering lihat kalau sedang jemput mereka."

Aisha dan Rene mengangguk.

"Mama, ai em hangli (I am hungry)" Garin menarik kerudung Mamanya.

"Eh, yuk kita makan dulu. Monggo Mbak Hafsa gabung dengan kita," ajak Frannie. "Mbak Hafsa mau ke mana setelah ini?"

"Kebetulan saya mau makan juga," jawab Hafsa.

Frannie mengangguk lalu menggandeng lengan Hafsa sambil bertanya tadi belanja apa saja. Arjuna mengernyit bingung melihat Mamanya. Dan Rashad yang melihat itu menepuk bahunya.

Akhirnya sampai juga mereka di tempat makan biasanya. Setelah mendapat tempat, mereka langsung pesan.

Arjuna duduk di antara Rene dan Rashad. Ia tampak tak nyaman dengan adanya Hafsa dan memilih membuka hapenya. Ia langsung tersenyum saat melihat  sebuah unggahan WA story dan segera membalasnya.

"Kamu senyum-senyum sendiri, sehat?" tanya Rashad heran.

"Palingan juga habis chattingan sama Mehreen, Pa," sahut Frannie. "Hayo, jangan kebablasan."

Arjuna mendongak. Wajahnya memerah tapi ia tersenyum. "Siap. In syaa Allah tidak, Ma."

"Memang Mehreen ngapain sampai kamu senyum gitu?" tanya Frannie lagi.

Arjuna menggeleng. "Hanya posting lagu, Ma."

"Bermakna ya, Om?" sahut Ai.

Arjuna hanya merespon dengan senyuman dan ekor matanya bisa melihat Hafsa yang menyembunyikan keterkejutan dan kecewanya.

Frannie menoleh kepada Hafsa sambil tersenyum. "Maklum ya, LDR. Biasanya Om Juna yang tugas luar sekarang calon istrinya."

"Mas Juna sudah punya calon istri?" tanya Hafsa hati-hati.

Jodoh ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang