Sekitar sebulan lebih kemudian Arjuna diajak Sadewa makan siang bersama di luar yang ternyata ada Fendi juga. Ia tak curiga sama sekali dan mereka makan dengan santai sampai setelahnya ...
"Aku dengar kamu punya adik perempuan ya?" tanya Sadewa ramah.
"Siap, benar, Bang. Kenal juga dengan Sertu Arjuna," jawab Fendi semangat.
Sadewa manggut-manggut sementara Arjuna hanya diam menyaksikan. Sebagai anggota keluarga Aditya walau tidak resmi, ia hapal emosi Sadewa yang bagai air mengalir menghanyutkan.
"Kenal atau kamu kenalkan?" tanya Sadewa setengah menggoda.
Fendi terkekeh. "Siap. Kami bertemu lalu mereka berkenalan, Bang."
Baru kali ini dada Arjuna terasa bergemuruh. Akhirnya ia hanya bisa beristigfar saja.
"Arjuna sudah ada calon istri kan?" pancing Sadewa masih dengan nada santai.
Fendi mengangguk sambil tersenyum lebar. "Siap, benar. Katanya kuliah di Inggris."
Sadewa mengangguk dan Arjuna semakin ngeri melihat senyumnya yang mirip Rashad saat memburu sesuatu. "Dan kamu tetap izinkan adikmu dekat?"
"Siap, benar, Bang. Mereka hanya berteman," jawab Fendi masih belum menyadari situasi.
"Pertemanan yang kamu paksa maksudnya?" desis Sadewa.
"Siap, tidak, Bang." Fendi mulai kaget dengan ekspresi Sadewa yang mengeras.
"Yakin? Adik sepupuku bilang kalau Arjuna sering minta maaf sama dia karena harus mengantarkan atau menemani adikmu ke mana saja," dengkus Sadewa mulai kesal dengan ketidakpekaan Fendi.
Fendi sendiri tampak bingung dan menatap Arjuna tak suka lalu Sadewa. "Izin, Bang. Saya tidak mengenal adik sepupu Abang. Izin petunjuk?"
"Calon istri Arjuna itu adik sepupuku, kalau kamu mau tahu." Sadewa mencipratkan bisanya. "Dan dia merasa terganggu dengan keberadaan adikmu. Jangan kamu pikir adikku cemburuan ya, asalkamu tahu setan itu bisa berupa apa saja. Jangan dalih berteman terus seenaknya. Kamu kira dari teman nggak bisa jadi nyaman? Aku sudah tanya ke anggota lain dan aku melihat sendiri gimana tatapan adikmu ke Arjuna. Mau kamu adikmu kalau punya calon suami digoda orang? Kamu juga, jadi Abang bukannya kasih tahu adiknya malah dukung! Otakmu kamu taruh mana sih?"
Karena di tempat umum, Sadewa masih menahan diri. Tapi ia bisa melihat ketidaknyamanan Fendi. Arjuna sendiri berusaha tetap tenang.
"Ah, kamu nggak usah incar Arjuna bilang ngadu ke aku. Ini inisiatifku sendiri. Asal kamu tahu, Arjuna nggak pernah pergi dengan sembarangan perempuan nggak dikenal. Sama calon istrinya saja nggak pernah berdua, kamu lagi malah nyuruh Arjuna ke mana-mana sama adikmu!"
"Siap salah, Bang!" sahut Fendi lalu menyalami Arjuna. "Maafkan saya sudah membuat kalian tidak nyaman!"
"Siap, sama-sama, Bang!" balas Arjuna. Ia lega satu masalah selesai walau tidak menjamin yang lain selesai juga. Ia merasa malu, baru kali ini bermasalah karena perempuan.
"Sudah, kamu balik dulu sana!" usir Sadewa.
"Siap, izin mendahului."
Setelah Fendi pergi, Sadewa pesan minum lagi untuk melegakan tenggorokannya. Lalu memberi ceramah agar lain kali jangan terlalu baik dengan perempuan.
Arjuna berdecak lalu istigfar. "Siap, mohon izin, Bang, saya nggak bisa menolak Bang Fendi."
Ia selalu berdoa agar dijauhkan dari segala bentuk godaan. Agar dimudahkan urusannya khususnya hubungannya hingga hari H-nya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Arjuna
General Fiction#20 Militer (19/02/2020) #10 Beda Usia (19/02/2020) #01 Relawan (22/02/2020) Pertemuan Arjuna dengan Mehreen di perbatasan Papua ternyata membawa buntut panjang. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu masih keluarga dengan mantan calon mertuanya. Tepatn...