💘 34

4.8K 625 72
                                    

Mood bumil.

Mendadak Mehreen ingin Arjuna saja yang memasak. Ia ingin dibuatkan nasi goreng dengan banyak sosis dan sosis bakar juga segala macam bakaran ala angkringan. Alhasil, mereka yang seharusnya sudah siap berangkat langsung batal dan menyimpan lagi baju-baju yang hendak dibawa ke kamar lalu menghubungi Rahil. Untung Rahil belum memasak apapun karena menunggu Mehreen inginnya seperti apa.

Karena di rumah tak ada stok sosis dan aneka olahan seafood, mereka harus membelinya dulu. Arjuna bermaksud membeli sendiri agar cepat tetapi Mehreen meminta ikut.

"Mas, beli jus ya nanti pulangnya?" pinta Mehreen ketika sudah di jalan.

Arjuna mengangguk. "Padahal bisa bikin sendiri."

"Beda tahu!" sungut Mehreen.

Arjuna hanya tertawa. "Beli perlengkapan bayi kapan? Dicicil biar nggak berat."

"Oke. Kapan Mas longgar, kita pergi."

Arjuna mengangguk.

Kemudian tak butuh waktu lama, keduanya sampai di sebuah toko yang juga seorang agen frozen food. Ya, mereka tidak pergi ke pusat perbelanjaan, cukup ke agen frozen food yang juga menjual beraneka jenis termasuk french fried siap goreng.

Setelah memilih yang diinginkan, keduanya langsung pulang dan mampir beli jus dulu pesanan sang bumil. Sesampainya di rumah, usai ganti baju, Arjuna langsung mencari tahu cara membuat bumbu olesan bakaran ala angkringan lebih dulu di internet. Begitu dapat, ia akan membuat beberapa bakaran selagi menunggu nasi yang sudah diambil dari magic com dingin.

"Pedes boleh?" pinta Mehreen yang ikut menunggu suaminya di dapur.

"Sedikit saja ya?"

Mehreen mengangguk dan Arjuna lega istrinya menurut. Begitu bakso, sosis, kekian dan lainnya jumlahnya dirasa cukup, ia pun memasak nasi goreng dengan banyak sosis di dalamnya. Tapi sebelumnya ia dan Mehreen salat magrib dulu.

Saat ia tengah memasak nasi goreng usai salat, terdengar pintu depan diketuk. Sayup-sayup terdengar seperti suara Rahil. Mehreen beranjak untuk melihat. Tak lama ia kembali dengan rantang di tangan.

"Dari Dek Rahil," kata Mehreen bahagia dan membuka rantang yang sudah diletakkan di atas meja. "Wah, dimsum!"

"Beli?" tanya Arjuna tanpa menoleh.

"Nggak dong. Bikin. Harusnya dia buka restoran apa kafe gitu," sahut Mehreen lalu mengambil mangkuk saus dan sumpit. Setelah dituang sausnya, segera dicicipinya. "Masya Allah enyak. Mas, cobain deh." Ia mengambil satu dan disuapkan ke mulut suaminya dengan hati-hati.

Arjuna mengangguk setelah merasakan dimsum tersebut. Memang enak. Tak lama nasi gorengnya matang. Segera ia tuang ke wadah nasi lalu diletakkan di atas meja makan di mana sudah penuh sekali dengan makanan. Ia mengambil piring dan sendok lalu duduk di kursi sebelah istrinya.

"Ayok makan," kata Arjuna setelah mengisi piring istrinya dengan nasi goreng. "Makan dulu, ngemilnya nanti."

Mehreen hanya memberikan senyum lebar sambil mengunyah. "Makasih sudah dibuatkan nasi goreng," ucapnya begitu mulutnya sudah kosong sambil memeluk lengan suaminya dari samping.

Keduanya, terutama Mehreen makan dengan lahap.  Setelah nasi gorengnya habis, dengan semangat Mehreen memakan sosis bakar.

"Enak?" tanya Arjuna pada istrinya sambil memegang gelas berisi air putih miliknya.

Mehreen mengangguk yang membuat lelaki itu lega sebab semua serba dadakan dan pertama kali dilakukan. Sebab ia bukan seperti lelaki di keluarga istrinya yang nampaknya berbakat menjadi chef. Olahan tangan mereka seolah tak pernah gagal sekalipun dengan bahan dan bumbu seadanya.

🍫🍫🍫

Dua hari kemudian, tepatnya hari Minggu, Mehreen bersama Arjuna menuju toko perlengkapan bayi. Tak ada pantangan bagi mereka yang mengharuskan membeli perlengkapan di kehamilan bulan ke sekian. Keduanya bukan orang kaya yang jika tidak menyicil, langsung bisa membeli semua kebutuhan.

"Beli apa dulu nih?" tanya Arjuna yang menyadarkan Mehreen dari rasa terpesona pada baju-baju bayi yang lucu-lucu.

"Stroller apa baju dulu ya? Baju-baju sama gendongan dulu deh. Kaos kaki juga," jawab Mehreen.

"Gurita?"

"Nggak usah." Mehreen menggeleng.

"Oh, oke." Arjuna mengangguk.

Keduanya pun segera memilih. Karena sudah tahu jenis kelaminnya sehingga warna menyesuaikan. Mehreen nyaris kalap kalau tidak ingat jumlah uang di ATM yang berseri.

"Mas Juna kira-kira bakalan di rumah nggak ya saat aku lahiran nanti?" tanya Mehreen sembari keduanya berjalan menuju kasir.

"In syaa Allah di rumah. Belum ada perintah."

"Tapi lima menit menentukan."

Arjuna hanya menanggapi dengan mengusap lembut kepala istrinya yang membuat pegawai kasir menatap iri. Tentu seperti biasa, kehadiran keduanya terutama Arjuna pasti menarik perhatian dengan atau tidaknya seragam. Untung saja pegawai kasir segera sadar dan menghitung belanjaan keduanya.

Setelah diberitahu jumlah yang harus dibayarkan, Mehreen mengeluarkan ATM karena tidak membawa uang tunai. Selesai bertransaksi, ia dan suaminya pun meninggalkan toko.

"Ke mana lagi?" tanya Arjuna.

"Pulang. Tapi beli jus dulu," jawab Mehreen manis.

Suaminya hanya bisa menggelengkan kepalanya mengingat betapa sukanya ia dengan jus yang beli.

Seperti permintaan Mehreen, keduanya mampir beli jus lalu pulang dan dikejutkan dengan paket besar yang diterima. Dari Shahreen. Karena tak bisa langsung dibawa, maka Arjuna mengantarkannya pulang terlebih dahulu baru kemudian mengambil paketan yang ada di pos.

"Mbak Sha kirimin apa ya? Kayaknya sih kasur bayi," komentar Mehreen yang baru selesai ganti baju dan membuka pintu untuk suaminya.

"Bisa jadi." Arjuna pun berpikir demikian dan segera membuka pembungkusnya.

Benar saja Shahreen mengirimkan kasur bayi beserta beberapa romper lucu. Mehreen segera memotretnya menggunakan ponsel dan mengirimkan foto barang tersebut kepada kakaknya sembari mengucapkan terima kasih.

"Ya Allah, rezeki," kata Mehreen sambil tersenyum dan mengusap lembut kasur bayi dan romper tersebut. "Masya Allah tabarakallah." Lalu ia bersandar di bahu sang suami.

Keduanya tengah duduk di lantai ruang tengah. Tak ada satu pun yang berbicara. Hanya diam menikmati berkah Allah dalam diam.

"Aku kangen Abi sama Ummi." Tiba-tiba Mehreen berkata demikian. "Tapi rasanya nggak mungkin bisa ke sana."

Yang tadinya hanya bersandar, kini Arjuna merubah posisinya dan memeluk sang istri. "Sabar ya? Bisa telepon dulu kan?"

Mehreen menggeleng. "Aku kangen masakan Ummi."

"Masakan timur tengah?"

Mehreen mengangguk lagi.

"Cari di Malang dulu yuk?"

Mehreen spontan menyubit pipi suaminya. "Beda ih." Setelahnya ia malah terpaku pada wajah suaminya. "Mas Juna beneran ganteng ya?" Nadanya seolah baru bertemu pertama kalinya.

Arjuna yang tadinya meringis akibat cubitan maut istrinya menoleh dan keduanya bertatapan. Entah mengapa setiap kali Mehreen mengatakan itu, ia merasa ... aneh.

Mehreen menusuk-nusukkan telunjuknya pada pipi sang suami. Tentu ia tahu dan sangat sadar sejak awal berjumpa di Papua dulu bahwa lelaki di dekatnya itu sangat tampan tapi ia akhir-akhir ini seolah baru bertemu dan merasa kagum berlebihan. Bawaan bayi?

💘💘💘

Assalamu'alaikum yuhuuu, Ba'a kabanyo? Kaba baiak?

Akhirnya bisa update juga. Menjelang ending yak hihuuu 💃🏽🤣🤣🤣

Sidoarjo, 17-01-2022

Jodoh ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang