Sudah seminggu Arjuna ditugaskan mengajar di sekolah sampai kemudian ia ditarik untuk bertugas di desa. Tugasnya sendiri ajan digantikan oleh rekannya yang lain. Hari terakhirnya di sekolah, ia dan rekan-rekannya membagikan alat tulis kepada seluruh siswa.
Dan ketika ke desa, Arjuna kaget saat melihat Mehreen yang juga ada di desa.
Ia hanya menyapa seperlunya lalu fokus pada tugasnya yaitu melakukan pembinaan terhadap warga desa termasuk mengajarkan pola hidup sehat. Termasuk mengajarkan mandi bersih yang baik.
Sementara itu Mehreen yang sedianya akan mengajari belajar bagi anak-anak desa yang tidak sekolah terpaksa menunggu Arjuna dan rekan-rekan terlebih dahulu.
Dalam catatannya memang termasuk perbaikan pola hidup bersih. Teman-teman relawan yang lain sudah mencoba melakukannya tapi belum ada perubahan signifikan.
Selesai anak-anak itu mandi, barulah Mehreen melakukan tugasnya yakni mengajari mereka belajar didampingi satu teman relawan dan satu tentara sementara Arjuna melakukan pembinaan kepada warga yang dewasa.
💘💘💘
"Ini." Arjuna memberi sebotol air mineral pada Mehreen saat mereka istirahat sejenak.
Mehreen menoleh dan menerimanya. "Makasih." Ia membukanya dan meminumnya.
"Kok tidak mengajar di sekolah?" Tanya Arjuna heran.
"Di rolling kesini." Jawab Mehreen datar.
Sebetulnya ia tidak keberatan ditempatkan dimana saja karena sudah berkomitmen untuk berbakti di tanah Papua. Hanya saja pergantian posisinya ia yakin karena ulah Michael yang berharap ia tidak bertemu Arjuna. Siapa sangka Arjuna juga dipindah ke desa. Ia tidak akan bertanya kenapa Arjuna juga dipindah, ia mengerti pasti ada situasi tertentu yang mengharuskannya ada pergantian. Tentara itu selalu siap untuk apapun, kapanpun, dimanapun dan bagaimana pun.
"Kira-kira bisa membuat perpustakaan disini tidak ya?" Tanya Mehreen lebih ke diri sendiri.
Arjuna mengangguk. "Bisa saja."
Mehreen juga mengangguk. "Seharusnya memang bisa."
"Ada kesulitan selama disini?" Tanya Arjuna kemudian meminum airnya.
Mehreen terdiam sejenak. "Relatif."
"Mbak Meh..."
Seketika Mehreen mendelik kesal. "Ih, sudah dibilangin jangan panggil gitu! Don't meh me! Panggilnya Mehreen atau Reen!"
Arjuna yang tadinya melongo kaget kini tersenyum. Senyum teduh yang mampu melumerkan siapapun. "Siap salah. Izin Mbak, maaf sepertinya Mbak deh yang selalu memotong saya duluan. Kan saya belum selesai."
Mehreen yang bersiap menyemburkan emosinya lagi karena memang sensitif akan panggilan namanya itu tertegun. "Iyakah?"
Arjuna kembali tersenyum.
"Habisnya Sersan kalau manggil nadanya gitu. Seolah ada jeda gitu...kan kesal saya!" Dumel Mehreen.
"Siap salah." Arjuna mengangguk.
"Ya deh, saya minta maaf." Ucap Mehreen tulus tapi wajahnya cemberut. Mirip anak kecil ngambek.
Spontan saja Arjuna terkekeh. Ia ingat Rembulan, sahabat Savita yang merupakan temannya sejak kecil.
"Apa sih? Kan sudah minta maaf." Gerutu Mehreen masih cemberut.
Arjuna masih terkekeh. "Mbak Mehreen ini lucu ya?"
"Lucu dimana coba?" Sembur Mehreen jengkel. Ia juga malu karena di sekitarnya banyak tentara yang juga sedang istirahat sejenak.
Arjuna menggeleng lalu bangkit. "Maaf, maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Arjuna
General Fiction#20 Militer (19/02/2020) #10 Beda Usia (19/02/2020) #01 Relawan (22/02/2020) Pertemuan Arjuna dengan Mehreen di perbatasan Papua ternyata membawa buntut panjang. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu masih keluarga dengan mantan calon mertuanya. Tepatn...