Hari minggu, Arjuna ke mall bersama Suryo untuk beli kemeja baru. Setelah putar-putar dan Suryo malah nambah beli sepatu, dirinya T-shirt, mereka pun menuju foodcourt. Di sana bertemu seniornya, Sertu Fendi yang baru dimutasi ke kesatuan keduanya. Tapi Fendi tidak sendiri, ada adiknya juga yang sedang kuliah magister ilmu manajemen di Malang, Femma.
"Nah, akhirnya ketemu lagi," kata Fendi saat Arjuna dan Suryo akhirnya bergabung karena sungkan. "Juna, nih dari kemarin adik saya tanyain kamu terus. Salamin gitu. Ribut terus waktu saya bilang belum ketemu kamu semingguan ini."
"Oh. Wa'alaikumussalam," balas Arjuna ramah.
Suryo diam-diam meliriknya tajam bahkan menyepak kakinya yang disepak Arjuna balik karena mengerti kode itu.
"Mas nih ... nggak kok," elak Femma malu-malu kucing.
Fendi mendengkus. "Tapi kalau mau, nggak apa-apa kok jalan sama Femma. Tenang aja tahan banting dia. Cuma kuat sama cerewetnya aja," promosinya.
Arjuna tersenyum sungkan.
"Kamu single kan?" tanya Fendi semangat.
"Siap, mohon maaf, Bang, saya sudah ada calon istri," jawab Arjuna apa adanya.
Fendi dan Femmi tampak terkejut tapi Fendi segera menetralkan diri. "Nggak pernah dengar. Yang saya dengar cuma kamu nggak jadi sama anak Danyon dulu dan nggak jadi nikah sama calon yang baru. Apa waktu itu mundur acaranya?"
Arjuna menggeleng. "Siap, tidak, Bang. Memang batal karena satu dan lain hal."
Kening Fendi mengerut tak paham. "Terus yang sekarang, kapan pacarannya sampai tahu-tahu sudah punya calon istri?" Ia menatap Suryo. "Kamu tahu?"
"Siap, tahu sedikit, Bang," jawab Suryo sambil diam-diam menyepak kaki Arjuna lagi. "Juna nggak pernah pacaran. Kalau cocok langsung lamar. Kecuali yang batal nikah memang dijodohkan."
"Berarti sedang LDR? Di mana?" tanya Femma tampak pura-pura antusias.
"Siap. Dia sedang kuliah magister di Inggris," jawab Arjuna.
"Wah, keren ... " puji Femma tapi bagi Arjuna dan Suryo tampak ada keecewaan yang lebih lagi dirasakan.
"Siap, terima kasih."
Tak lama, makanan datang yang disambut antusias penuh kelegaan dari Arjuna dan Suryo. Mereka ganti topik pembicaraan dan Femma hanya sesekali menanggapi. Ia hanya makan sambil menatap kagum Arjuna.
Usai makan, Arjuna segera mengajak Suryo pamit saat diajak Fendi jalan bersama.
"Tumben nggak main halus, Jun? Baru kali ini aku lihat kamu kasar sama orang, untuk ukuranmu ya. Biasanya selalu ramah sampai sering bikin salah paham," komentar Suryo ketika jalan di parkiran.
"Panjang nanti urusannya. Selain jaga hatinya Mbak Mehreen, nanti aku kena setrap Mas Dewa," terang Arjuna.
"Lah, apa bedanya? Ada yang lebih terang-terangan bilang naksir kamu. Gak sekali dua dititipin salam cewek-cewek di luar sana."
"Hawanya nggak enak, bro," sahut Arjuna.
Keduanya sudah di tempat parkir motor dan tengah memakai helmnya.
"Mbok pikir setan?" Suryo memukul kepala Arjuna yang sudah ditutupi helm.
"Beda. Kalau yang lain sekedar kagum meski berharap bisa jadi pacarku tapi ketika aku nggak respon, mereka nggak sakit hati. Ya meski ada yang tetap mengejar."
"Sombong!" Suryo berdecih sambil menoyor kepala rekannya itu.
"Lah, terus aku kudu gimana?"
"Kalau adiknya Bang Fendi tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Arjuna
General Fiction#20 Militer (19/02/2020) #10 Beda Usia (19/02/2020) #01 Relawan (22/02/2020) Pertemuan Arjuna dengan Mehreen di perbatasan Papua ternyata membawa buntut panjang. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu masih keluarga dengan mantan calon mertuanya. Tepatn...