💘 4

9.8K 991 144
                                    

Satu tahun sudah Arjuna menjalankan tugasnya di perbatasan bumi Papua yang eksotik. Kini saatnya pulang.

Malam harinya, ia diminta datang ke rumah Danyonnya.

Disana semua tengah berkumpul termasuk Aisha dan suaminya, Rene. Lelaki muda blasteran Perancis, rekan sesama dosen Rahil yang pernah kerja di tempat Aisha. Lalu ada Rahil yang ternyata sudah menikah dengan gadis bertubuh mungil dan berwajah imut yang membukakan pintu untuknya. Namanya Mia.

Awalnya Arjuna kira cucu atau kerabat Danyonnya ternyata menantu baru. Tingkahnya lucu dan polos membuatnya geli sendiri.

Dan baru kali ini ada yang bilang ia kalah ganteng. Ia sih senang dan ikhlas saja. Dan kehadiran istri Rahil membuat rasa canggungnya terhadap Rene menguap entah kemana. Hatinya ringan dan merasa betul-betul pulang. Pulang ke rumah yang disebut keluarga.

Saat acara makan-makan usai, Rahil pulang terlebih dulu karena ingin istrinya yang ternyata hamil itu bisa istirahat lebih tenang.

"Juna, kopi." Kata Rashad yang membawa dua cangkir ke teras belakang tempatnya berada.

"Siap. Terima kasih, Pa." Ia segera bangkit dan mengambil alih dua cangkir tersebut lalu meletakkannya di atas meja.

Rashad menatapnya datar lalu duduk. "Santai aja. Ini di rumah."

"Siap." Tetap saja susah bagi Arjuna untuk tiba-tiba bersikap biasa terhadap Danyonnya yang sudah menganggapnya sebagai anak ini.

"Sikap taubat nih!" Ancam Rashad.

"Si...eh...uhm...maaf belum terbiasa." Sahut Arjuna.

"Ya biasakan." Rashad mengambil cangkirnya dan menyesapnya sedikit. Lalu meletakkannya lagi. "Kamu...apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, Pa. Terima kasih atas bantuan semuanya untuk saya selama ini."

Rashad mengangguk. "Itu semua Dankimu. Papa nggak ikutan."

Arjuna tersenyum melihat komandannya ini mengecilkan perbuatannya sendiri. Ia menghela nafas dalam. "Maaf sudah membatalkan lamaran ke Mbak Ai tapi alhamdulillah Mbak Ai sudah menemukan jodoh terbaiknya. Sesuai dengan harapannya juga, bukan tentara."

Rashad tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu Arjuna. "Benar. Dan Papa harap anak bungsu Papa ini juga mendapat jodoh terbaiknya ya."

Arjuna tak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Mas Sahil belum, Pa."

Rashad terkekeh. Ia menatap Arjuna dengan pandangan menyelidik. "Bertemu seseorang disana?"

Arjuna menoleh terlalu cepat yang membuat Rashad tertawa senang. "Ada ya? Bolehlah cerita ke Papamu ini terus nanti dikenalin gitu."

"Siap. Saya...eh...saya..." Arjuna gelagapan. Dan tiba-tiba ingatannya melayang kepada Mehreen, guru relawan yang ditemuinya di Papua. "Astaghfirullah." Ujarnya seketika.

"Minum dulu kopinya biar tenang." Saran Rashad yang mendapati tingkah Arjuna tak seperti biasanya bahkan dulu terhadap Ai pun tak seperti ini.

Arjuna mengangguk dan meminum kopinya hingga setengah.

"Kalau dia layak diperjuangkan, maju saja. Siapa pun dia selama baik agamanya pasti Papa restui."

Jodoh ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang