Hari baru, masalah baru. Inilah hal yang menjadi slogan baru dalam hidupku. Setelah Ibuku tahu kalau lenganku terluka, sebenarnya dia tidak mengijinkan aku sekolah, tapi aku bersikeras tidak mau ketinggalan pelajaran matematika hari ini. Biarpun aku bodoh dalam pelajaran itu, setidaknya aku tidak mau melewatkan materi yang akan disajikan oleh guru kami. Adakah yang sama denganku?
Dan... seperti biasa pula, ketika aku masuk ke kelas ada Suah yang menyambut kedatanganku dengan penuh suka cita. Aku langsung melengos ketika melihat tampang Junkyu dan Raesung di belakang kini tengah memperhatikan gerak gerikku. Mereka pasti tahu kalau lenganku terluka karena Hyunsuk.
"Lenganmu udah baikan?" tanya Suah begitu aku duduk di kursi dan mempersiapkan buku pelajaran pertama kami.
"Sebenernya tadi Ibuku bilang gausah sekolah dulu, tapi hari ini kita ada matematika."
"Ibumu bener, sih. Harusnya gausah sekolah dulu. Bisa nulis emangnya?"
Aku baru tersadar akan hal itu, saat aku menggenggam sebuah pena dan mencoba mencoret di halaman belakang buku tulis, dari bahu sampai ujung jariku rasanya tidak bisa kugerakkan seperti biasa. Bahkan saat menulis angka saja tanganku terasa kaku dan nyeri di bagian bahu. Ya Tuhan, ini menyakitkan.
Aku menghela nafas dan menatap Suah dengan wajah memelas. Sepasrah-pasrahnya aku ketika dirundung oleh Hyunsuk, aku lebih pasrah lagi saat ini.
"Rasanya kepalaku lebih sakit mikirin orang sialan yang membuat lenganku sakit begini."
"Kalo gitu kau istirahat aja dulu di UKS, nanti catetan matematikanya aku yang salin."
"Brengsek kecil. Pengen banget aku potong jadi dadu tubuhnya yang kecil itu."
"Hey, aku dengar lho." suara Junkyu di belakang membuat telingaku gatal. Ya, terus kalau kau dengar? Aku peduli?
"Bla bla bla, terserah." olokku sambil mendecak kesal.
Aku menopang daguku dengan tangan kiri sambil memainkan pena di tangan kanan, masih berusaha menulis dengan garis-garis yang luwes. Mana mungkin aku bisa mengikuti pelajaran kalau tidak bisa menulis. Lagi-lagi Suah yang bakal aku repotkan.
Suah menghentikan lenganku, "Udah ayok, ih, kita ke UKS."
Baru aku akan merespon perkataan Suah, sesosok pemuda jangkung kini menyita perhatian dan membungkam mulutku. Pemuda itu nampak mencari keberadaan seseorang di dalam kelas kami, ketika mataku dan matanya bertemu, matanya berbinar. Mungkin telah menemukan seseorang yang dicarinya? Mana mungkin aku 'kan? Alisku menyatu karena heran, Kim Seunghun kini tengah berjalan ke arah mejaku dengan seorang teman yang mengikutinya di belakang. Setahuku namanya Jeon Woong.
"Hey... Jian." sapa Seunghun membuat aku hampir terkena serangan jantung. Sebelum membalas sapaannya, aku menoleh ke arah Suah dan dia pun nampak terkejut dan terheran-heran.
Apakah Seunghun adalah magnet? Karena saat ini semua mata mengarah pada sosoknya.
"Aku cuma mau ngecek keadaanmu. Kukira kau ga bakal sekolah hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind Sync • hyunsuk [Rewriting]
FanfictionDunia itu terlalu baik ngebiarin seseorang yang namanya Choi Hyunsuk hidup dan menghirup udara dunia yang sama denganku. note: - baku 90% - harsh words - silverboys in the house! 310119 - 1st #silverboys - 8th #hyunsuk 210219 - 1st #m...