19 Fishy

4.1K 745 48
                                    

Jam menunjukkan pukul 8 malam saat Ibuku sampai di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul 8 malam saat Ibuku sampai di rumah. Setengah jam yang lalu, Kak Mino sudah lebih dulu pulang. Dan dua jam yang lalu, para berandalan Silver itu membubarkan diri dari dari rumahku. Yang membuat mereka lama adalah karena sempat-sempatnya mereka mabar game di ruang tamu. Yang terjadi setelah mereka pulang? Tentu saja kekacauan bekas makan dan lain-lain. Untung saja Suah sempat membantuku dengan mengumpulkan sampah jajanan para manusia tidak tahu diri itu.

Aku tengah duduk di ruang makan dengan Kakakku di sebelah yang kini tengah disibukkan oleh ponselnya. Ibuku memasak makan malam dan saat kulihat dia menata piring di atas meja, aku yakin dia sudah hampir selesai.

"Song Mino, letakkan ponselmu." titah Ibuku saat dia kini meletakkan lauk terakhir yang dia masak ke atas meja makan. Begitu dia mengambil tempat duduk, Kakakku langsung meletakkan ponselnya dan bersiap untuk makan malam.

"Lemes amat sih, Dek? Sakit?" tanya Kak Mino saat kini dia tengah bersiap dengan sumpit di tangannya, sementara aku menelan nasi saja ogah-ogahan. "Makan yang banyak."

"Hmm..." responku seadanya.

Aku menyadari saat kini sepasang mata tengah terarah padaku. Itu adalah milik Ibu yang kini duduk berseberangan dengan kursiku.

"Gimana tadi kerja kelompoknya?"

Mendengar kata kerja kelompok aku jadi sedikit merasa bersalah pada wanita itu karena telah berbohong. Aku cuma berharap semoga kelak itu tidak akan menjadi kebohongan yang semakin besar.

"Gak gimana gimana." aku menjawab sambil mengambil sebuah telur gulung dengan sumpit ke mangkuk nasiku.

"Itu semua beneran temen sekelas kamu?"

Kini mataku benar-benar membalas tatapan Ibuku yang kuyakin masih 100 persen curiga. "Iyaaaa beneran. Tanya aja si Suah."

"Terus yang tadi mereka bilang pacar kamu itu juga sekelas kamu?"

"Pacar? Si Jian pacaran?!" timpal Kak Mino yang bahkan hampir tersedak karena mulutnya masih begitu penuh.

"Mah sumpah gaada. Ngibul aja itu mereka."

"Akhirnya laku juga kamu, Dek." selain Jihoon ternyata ada baiknya juga jika aku juga menyumpal mulut Kak Mino.

Saat mengecek ekspresi Ibuku, dia yang baru saja menelan makanannya kemudian berkata, "Semenjak Papa kamu gaada dan Mamah gabisa sering-sering di rumah, Mamah paling takut kamu kenapa-napa. Apalagi tadi Mamah liat tampang temen kamu itu kok luka-luka gitu? Abis tawuran? Bener kalo yang tadi ditunjuk sama temen kamu itu preman sekolah?"

Astaga... Kenapa pembahasannya jadi ke sini, sih?

"Si Jian demennya yang badboy---"

"Kakak diem, Mamah lagi ngomong sama Adek." potong Ibuku memperingati. Kak Mino otomatis bungkam. Sementara aku mulai tak berselera untuk melanjutkan makan malam. Tapi karena aku lapar, kupaksa saja diriku untuk mengunyah makan malam di mangkukku sampai habis.

Mind Sync • hyunsuk [Rewriting]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang