44# Dendam Derita

2.6K 299 53
                                    

"Seperti apa terbebas dari dendam derita? Seperti pisau yang dicabut pelan-pelan dari cengkraman luka"
-Tanpa Akhir-

Lelaki itu menatap satu persatu barang yang ia masukkan ke dalam sebuah koper, hatinya berat dengan duka yang terus menyayat, ia berharap waktu mau untuk berhenti, atau jika boleh, ia ingin memintanya kembali, setidaknya biarkan ia hidup dengan cintanya lebih lama, hidup dengan bahagia tanpa harus memikirkan banyak hal.

Taehyung benar, Jungkook baru menyadari bahwa setiap tindakan bodohnya yang menjadikan hidup rumah tangganya dengan Tzuyu jadi seperti ini hanya karena ketakutan. Jungkook terlalu takut Tzuyu pergi, terlalu takut gadis itu kecewa, ia terlalu mencemaskan hari esok bila gadis itu tak bersamanya lagi, tapi justru itu tidak membantu, kenyataannya semua kecemasannya itu malah merusak harinya, merusak hidupnya di hari ini, dan merusaka kebersamaannya yang bahagia dengan Tzuyu.

"Aku datang kemari untuk meminta maaf, seharusnya hubungan keluarga kita tidak menjadi serumit ini,"

Perkataan Tuan Chou beberapa jam yang lalu kembali mengusik Jungkook, lelaki itu masih mengusap foto Tzuyu di tangannya.

"Aku menyesal mengatakan ini, tapi sepertinya Tzuyu memang tak lagi bisa meneruskan pernikahannya dengan Jungkook,"

Lelaki itu memejamkan matanya, ia memegang foto itu erat seakan dengan begitu ia bisa mengatakan hal terdalam pada Tzuyu.

"Hidup kalian masih sama-sama panjang, saling memaafkanlah dan bebaskan diri dari rasa bersalah, kalian harus bisa melanjutkan hidup,"

Jungkook berjalan ke arah balkon, ia menatap ke area sekitar, sepi. Padahal dulu ia terbiasa untuk diam disini jika sesuatu terjadi, tapi semenjak Tzuyu ada, tempat ini adalah tempat yang paling banyak ia habiskan untuk membuat kenangan indah bersama.

"Kami sudah memikirkan ini baik-baik, tepat berada berdekatan akan membuat Tzuyu sulit, ia mengalami tekanan yang cukup berat, untuk itu kami sepakat akan mengirim Tzuyu ke luar negeri,"

Lelaki Jeon itu mengusap dadanya yang terasa sesak, haruskan semuanya berakhir demikian? Ia sungguh-sungguh mencintai dan menginginkan gadis itu, tapi kenapa takdir selalu mempermainkannya? Bolehkan ia merasa tak adil? Kenapa selalu dirinya yang seakan tak bisa memiliki apa yang diinginkan.

"Aku kemari untuk mengambil barang-barang Tzuyu,"

"Ijinkan aku yang akan mengantarnya Ayah, mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir kami,"

Jungkook kembali melangkah ke dalam, ia membuka sebuah brankas dan mengambil secarik surat disana, lelaki itu membukanya, surat yang sepertinya sudah ia baca berulangkali.

Matanya terpejam, ia meremas kuat kertas itu.

"Kenapa ini harus terjadi padaku, Ayah?"

.
.
.

Untuk Jungkook,

Putraku...

Mungkin ini terdengar aneh, kau mungkin sedikit asing dengan panggilan 'putra', tapi setidaknya aku ingin melakukan itu, walau untuk yang terakhir,

Jungkook, kau mungkin membenciku, aku tau selama ini kau dan Somi sangat menginginkan perhatian layaknya anak-anak lain, percayalah, aku ingin memberikan itu, tapi caraku tak mungkin sama dengan Ayah yang lain,

Tanpa Akhir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang