Cika
Peristiwa tabrakan satu bulan yang lalu, membuat Cika hampir putus asa dalam menjalani kehidupan. Ingin rasanya nyawa menghilang saat kecelakaan itu. Namun, Tuhan masih mengizinkan Cika menikmati keindahan dan permainan dunia. Selama dua minggu Cika berada di rumah sakit. Hampa dan sangat membosankan. Hanya Ayah harapan Cika untuk hidup, Cika tak tega membiarkan Ayah hidup sendirian karena kecelakaan itu berhasil merenggut nyawa ibu tercintanya. Kini di rumah megahnya hanya dihuni oleh empat orang saja, Cika dan Ayah serta Bi Iyem yang senang hati mengabdi di rumah itu bertahun-tahun dan Pak Joko sopir pribadi Cika. Kesepian sering kali menghadap Cika, tangis pun tak jarang membasahi kecantikan Cika.
Awalnya Cika enggan untuk melanjutkan sekolahnya. Tetapi Ayah selalu mendorong Cika agar mau kembali bersekolah karena Ayah tak ingin putri semata wayangnya sampai tidak sekolah. Bagi Ayah, Cika adalah harta yang tak ada duanya. Bahkan semua harta yang dimiliki Ayah tak sebanding jika disamakan dengan Cika . dengan rasa kasih sayangnya Ayah menyekolahkan Cika di SMA Nusantara di ibu kota. Ayah sengaja pindah meninggalkan Bandung agar dapat melupakan kecelakaan satu bulan silam. Dengan kecerdasannya Cika masuk ke kelas sebelas matematika 2. Dia gadis yang selalu berprestasi di sekolah sebelumnya. Namun, kali ini semangat belajarnya sangat kecil.
Awal keberangkatan Cika di sekolah membuat suasana sekolah heboh. Banyak lelaki terpesona dengan kecantikan Cika. Rambut panjang terurai rapi dengan bando kecil menghiasinya. Cika berjalan melewati halaman sekolah dengan terus menunduk. namun usaha untuk menyembunyikan kecantikannya tidak berhasil. Cika masih terlihat cantik. Lelaki yang sedang duduk, berdiri, berjalan, mengobrol, mereka memalingkan pandangannya ke arah Cika. Tak jarang yang memberikan siulan. Diam, itulah cara Cika menanggapinya. Namun, suasana itu berubah hening ketika seorang guru mendekati Cika.
" Cika Karmelia?" tanya guru tersebut.
Cika hanya mengangguk dan tersenyum.
" Mari ikut saya!" ajak guru tersebut yang ternyata bernama Bu Rini.
Cika mengikuti langkah Bu Rini menuju kelas sebelas matematika 2. Suasana kelas terdengar sangat ricuh. Namun, kedatangan Bu Rini berhasil menghentikan kericuhan itu. Cika berjalan di belakang Bu Rini. Seluruh mata dalam kelas itu menuju ke arah Cika.
"Anak-anak, kelas kita kedatangan murid baru." Ucap Bu Rini menghilangkan rasa penasaran mereka.
"Silahkan perkenalkan diri kamu!" perintah Bu Rini pada Cika.
Cika telah berada didepan dan menundukan kepalanya sebelum mengambil buku dan pulpen di tasnya. Cika menulis sesuatu di lembar buku itu. Bu Rini dan yang lainnya menatap heran.
" Aku, Cika Karmelia, saat ini aku tidak bisa seperti kalian yang mengobrol renyah, tertawa lepas, dan menyanyi merdu. Namun, kalian harus tahu bahwa aku TIDAK BISU." Itulah yang ditulis Cika dalam bukunya.
" haaaa cantik-cantik kok bisu!" ucap seseorang dikelas itu.
Semua tertawa, dan saling berbincang-bincang dengan temen sebangkunya mengenai Cika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam Tak Bisu (END)
Teen FictionDijamin BEDA FOLLOW SEBELUM BACA YA KAKAK🙏 "Pura-pura bisu itu susah, pura-pura ngga ada rasa itu jauh dari kata mudah" "Namaku Cika Karmelia, saat ini aku tak bisa bercanda gurau, bernyanyi merdu seperti kalian, namun ingatlah aku TIDAK BISU" ~Cik...