Surat

2.2K 149 8
                                    

Sesampainya Cika dirumah, ia menuju kamar dan mengingat kertas yang dititipkan oleh Dave walaupun iti surat untuk Rian, Cika merasa penasaran dengan isinya. Cika dengan perlahan membuka lipatan yang dipegangnya.
"Yan gue izin ngga berangkat... "
"Cika!" belum selesai membacanya, Cika dipanggil oleh Ayah.
Dilipat kembali kertas itu dan dimasukna ke dalam tas.
"iya Yah.." jawab Cika
"sini turun! " Ayah memanggil Cika dari ruang keluarga. Kamar Cika terletak di lantai ke dua sehingga Ayah harus mengeraskan suaranya.
"bentar yah"
Cika turun dengan santai. Tertangkap sosok Ayah dimatanya. Serwlah berada di depan Ayah, Cika melebarkan senyumnya.
"ikut ayah sekarang! " ucap ayah
"kemana? " tanya Cika penasaran.
"Ada deh. " jawab ayah seraya tersenyum
Cika memajukan bibirnya menunjukan kekesalanya.
"Cika siap-siap dulu ya yah"
"Gak usah, putri Ayah kan selalu cantik"
Cika tak menghiraukan ayahnya, langsung menuju kamar dan merapikan rambutnya.
Cika bersama Ayah pergi ke restoran favorit Cika. Cika merasa senang dan memesan makanan sesuka hatinya. Tiba-tiba handphone ayah bergetar, ada seorang yang menelpon. Ayah pun mengangkatnya dan menjauh dari Cika. Di saat Cika sedang memainkan ponselnya tiba-tiba seorang menarik rambut Cika yang terurai. Cika hampir membuka mulutnya namun Cika mengingat kondisi suaranya belum sembuh total. Cika hanya menahan rasa sakit itu dan berusaha menoleh ke belakang.
"kenapa? Sakit? " ucap seseorang yang ternyata Monika.
Cika diam, tak bisa berbuat apa-apa Monika menarik lengan Cika dan membawa Cika ke area kamar mandi (toilet)  agar pelanggan yang lain tidak mengetahui perbuatan Monika.
Sesampainya mereka di kamar mandi, Monik mendorong Cika hingga membentur tembok.
"Sakit? Urusan kita belum selesai! " ucap Monik sambil mendekatkan mukanya ke muka Cika.
Lagi-lagi Cika hanya terdiam. Tanpa membalas, Monik segera pergi karena mengetahui bahwa Cika datang tak sendiri. Cika menahan rasa sakit di kepalanya yang membuat bagian pelipis Cika lembam. Cika kemudian kembali ke tempat makan yang di tempati oleh Ayah.
"Cika habis dari mana? " tanya Ayah dengan kehadiran Cika
"Toilet yah" Cika duduk di depan ayah.
Ayah memperhatikan anaknya, seperti ada yang berbeda dengan keadaan Cika. Ayah pun melihat yang sedikit lembam di pelipis Cika. Dibuka poni Cika dan benar kulit putih Cika terlihat membiru.
"kamu kenapa? " tanya ayah khawatir.
"Eee... Jatuh yah" jawab Cika berbohong.
"jatuh?  Kok bisa sampe seperti itu? "
"kepleset yah terus kebentur tembok" jawab Cika yang terus berbohong
"Ayo kita ke rumah sakit" ajak Ayah
"ngga usah yah, Cika ngga papa kok" Cika menolak ajakan ayah
"beneran? " ayah tetap saja khawatir
Cika menunjukan dua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah mengartikan "beneran".
Setelah selesai makan Cika dan Ayah langsung pulang kerumah. Agar luka Cika dapat segera diobati.

🌸🌸🌸

Dave masih setia menunggu kesadaran gadis itu. Gadis yang sangat disayanginya. Dave duduk diluar ruangan sambil menundukan kepalanya seraya berdoa untuk kesembuhan gadis itu.
"Den, Riri sudah siuman" kabar bahagia untuk Dave dari Bi ijah
Dave segera beranjak masuk melihat kondisi gadis itu yang ternyata bernama Riri. Dave akhirnya tersenyum melihat mata gadis itu terbuka kembali.
"Riri" panggil Dave menunjukan kasih sayangnya. Gadis itu tidak menjawab hanya menatap kedua mata Dave.
"Kamu harus kuat! Kamu pasti sembuh! " ucap Dave memberi semangat kepada Riri.

🌸🌸🌸
Seperti biaaanya, Cika berangkat sekolah diantar dengan supirnya yang selalu setia. Pagi itu, bagi Cika bukan pagi yang indah, melainkan pagi yang menahan rasa pusing dikepalanya. Benturan kemarin masih terkadang membuat Cika merasa pusing.
Setelah Cika meletakan tasnya, Cika mengingat surat yang diberikan Dave untuk Rian. Cikapun mengambil suratnya dan pergi menemui Rian.
Sosok Rian tertangkap oleh retina Cika. Rian sedang duduk bersama Rico didepan kelas sebelas Matematika. Tak jauh dari kelas Cika. Cikapun menghampirinya dan mengulurkan surat itu ke Rian.
Rian heran, "Buat gue? "
Cika mengangguk
"Dari lu? " tanyanya lagi
Cika menggeleng kemudian menulis sesuatu di buku yang selalu si bawanya.
"Dari Dave"
"Dave? " tanya Rian bersamaan dengan Rico.
Cika mengangguk dan hendak pergi meninggalkan Rian dan Rico. Namun dicegah oleh Rian.
"Eh tunggu! " ucap Rian
Cika menghentikan langkahnya dan mengarahkan pandanganya ke Rian.
"Dimana lu ketemu Dave? " tanyanya.
Cika menulis, "pinggir jalan"
Rian hendak mengutarkan pertanyaan lagi, namun bel masuk telah berbunyi. Cika segera meninggalkan Rian dan Rico kemudian masuk ke dalam kelas.

🌸🌸🌸

Jam istirahat menjadi waktu berkumpulnya para pendawa sekolah. Namun kali ini sang Arjuna tidak bergabung. Rian, Rici, Ciko, dan Brian seperti biasanya duduk dikantin. Rian membuka pembicaraan "Gue dapet surat dari Dave"
"Surat cinta? " ucap Brian
Rico dan Ciko tertawa, lain halnya dengan Rian yang memasang wajah serius.
"Dave minta diizinin selama lima hari" lanjut Rian dengan topik yang sama.
"buset! Tuh anak lagi liburan ke Bali apa?" jawab Ciko asal
"bukan ke Bali, tapi ke Eropa" timpal Brian
"mana mungkin Dave ke Eropa cuma lima hari?  Sedikitnya juga sebulan" sangga Rico.
"Diem! " cegat Rian.
Rico, Ciko, dan Brian kini manatap Rian.
"Lu mau tau isi suratnya? " ucao Rian
"Mau" jawab mereka bertiga.
"Dengerin baik-baik" ucap Rian
"Kaya mau baca Undang-undang aja lu! " kata Rico
"Yan gue izin ngga berangkat selama lima hari, soalnya gue lagi di rumah sakit.. "
"Belum selesai ni surat! " ucap Riqn kesal
"Gue harus nungguin Riri, Riri lagi kritis doain ya!  Tertanda, Dave" lanjut Rian membacakan surat dari Dave
"Riri? " tanya Brian penasaran
"iya Riri" jawab Rian
"Siapanya Dave? " tanya Brian
"Yaelah berapa lama lu kenal sama Dave? "
"mau dua tahun" jawab Brian santai
"mau dua tahun lu ngga kenal siapa tu Riri?" ucap Ciko ikut campur.
"kaga, emang siapa? " tanya Brian kepada Ciko
"Hmm.. Gue juga lupa" jawab Ciko seenaknya
"jangan bercanda dih! " ucap Rico
"Riri itu gadis yang sangat di sayangi Dave" jawab Rian menjelaskan
"bukanya Dave cuma sayang sama adiknya? " berganti Rico yang bertanya.
"nah itu Riri" jawab Rian.
"jadi... Riri itu adik Dave? " ucap Riko, Ciko, serta Brian.
Rian mengangguk pasti.
"Emang sakit apa? " tanya Ciko
"mana gue tau. Orang ni surat ngga njelasin" Jawab Rian.
"pulang sekolah kita temui Dave" lanjut Rian
"harus tuh!" jawab Brian
"asik jalan-jalan" ucap Ciko
"jalan-jalan di kamar mayat lu" timpal Rico. Ciko bertanya-tanya
"lah orang mau ke rumah sakit" tambah Brian
Ciko hanya terdiam, masih memikirkan maksud ucapa Rico.

🌸🌸🌸

Dave kembali mencoba menghubungi kedua orang tuanya. Akhirnya telepon dari Dave diangkat oleh papahnya.
"Pah.. " panggil Dave
"iya ada apa? Papah lagi mau meeting" ucap papah
Dave menarik nafasnya
"lanju nanti aja yah" lanjut papah
"pah!" panggil Dave dengan nada keras
"iya apa? " jawab papah mulai kesal dengan tingkah Dave
"Riri sakit pah" jawab Dave
"bawa rumah sakit" jawab Papah santai
"keadaanya memburuk, Riri baru sadar dari komanya selama dua hari" jelas Dave
"udah sadarkan? " tanya papah tanpa panik.
"Udah! Dan papah ngga mau kesini? Liat kondisi Riri? Anak papah! " tegas Dave
"papah lagi sibuk"
"selalu! " bantah Dave
"papah itu cari uang buat kalian!" ucap papah mulai emosi
"Uang pah? Dave sama Riri ngga cuma butuh uang, tapi juga kasih sayang! " ucap Dave penuh amarah dan segera mematikan panggilan bersama papahnya.
Dave mengacak-acak rambutnya bagi Dave, papah hanya peduli dengan bagaimana mendapatkan uang, waktunya terpenuhi oleh mencari uang tanpa menyisakan waktu unul memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Itu salah satu alasan mengapa Dave lebih sering tidur dirumah Rian dibandingkan di rumah sendiri.

🌸🌸🌸

Diam Tak Bisu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang