Yuni Marah

371 27 0
                                    

Seperti biasa, Cika berangkat sekolah bersama pak Joko. Penginnya sih sama Dave tapi kan lagi di Singapura. Eh lagian juga biasanya ngga sama Dave kok. Kan cuman temen.

"Pak nanti pulang sekolah aku naik taksi aja ya" ucap Cika sebelum keluar dari mobil.

"Lah kenapa toh non?" Tanya Pak Joko khawatir. Pak joko memang sangat perhatian dengan Cika.

"Ngga papa pak, pengin aja. Terus juga aku mau ngerjain tugas kelompok dulu pak sebelum pulang."

"Lah non, tapikan bapak siap jemput non Cika kapanpun itu."

"Cika ngga papa kok pak. Tenang aja." Jawab Cika meyakinkan. Tapi memang benar ada tugas kelompok sepulang sekolah.

"Tapi non, kalau Tuan tau bagaimana?"

"Tenang pak Joko, nanti Cika izin kok ke Ayah"

"Yowes non kalo gitu, bapak pamit. Nanti kalo non Cika butuh apa-apa tinggal telpon ya non"

"Siap Pak Joko" ucap Cika bersemangat sampai-sampai dirinya hormat seperti seorang prajurit akan menjalankan tugas dari komandan.

Cika memasuki gerbang sekolah. Seperti biasanya, taka da yang menarik kecuali Dave. Sayangnya hari ini dan seterusnya, eh satu minggu berikutnya Dave tidak ada di sekolah.

"Pagi Yun" Sapa Cika sebelum menduduki kursinya.

"Hmm" ucap Yuni singkat tanpa menoleh sedikitpun dari ponselnya.

"Lo masih marah yah?" Tanya Cika melihat Yuni yang tidak seperti biasanya.

"Ngga"

"Yun" panggil Cika lembut.

"...."

"Yun" panggilnya lagi.

"Hm"

"Madep sini." Cika menarik lengan Yuni yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Cika.

"Ngga mau." Yuni masih kukuh, dirinya sebenarnya tidak ingin marah dengan Cika. Tapi Yubi tidak suka dengan kekurangpekaan Cika.

"Yuni, gue udah pikirin omongan lo kemarin kok."

"Hm"

"Udah gitu doang respon lo?" Ucap Cika kecewa.

"Terus?" Yuni akhirnya menatap Cika.

"Nah gitu dong, kan jadi keliatan muka lucu Lo" ledek Cika, hanya untuk menghangatkan suasana.

"Jadi gimana?" Yuni kalah, akhirnya dia pun kepo. Memang tidak pandai berdrama.

"Gue yakin Dave bakal setia" ucap Cika.

"Itu mah udah dari dulu Lo percaya gitu" Yuni kembali memalingkan wajahnya.

"Eh ada lagi"

"Apa?"

"Gue juga udah mikirin ucapan Lo tentang Wulan" Ucap Cika lirih agar murid lain di kelasnya tidak curiga.

"Jadi?" Tanya Yuni.

"Gue sebenernya sempet mikir juga kalo Wulan ngga benar-benar tobat. Tapi kita ngga boleh su'udzon. Jadi untuk saat ini gue cuman butuh hati-hati tanpa menjauhi Wulan atau cari tau kebenarannya."

Yuni mendengarkan dengan seksama. Dan dia mengacungkan kedua jempolnya di depan wajah Cika. Seraya berkata, "Good Girl"

"Ini baru Cika Karmelia, sahabat gue"

Cika tersenyum hingga tak terasa bel masuk telah berbunyi dan guru mata pelajaran pertama telah diambang pintu.

🌸🌸🌸

Diam Tak Bisu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang