Ditengah-tengah keceriaan mereka, tetes demi tetes air membasahi taman itu. Hujan menghiasi keceriaan mereka. Bukannya berlari mencari tempat berteduh, mereka memilih tetap berada di taman dan bermain ria bersama air. Cukup lama mereka dibasahi oleh air.
Acara hibur panti pun selesai. Hujan masih turun menemani angin. Cika duduk di bawah atap warung di tepi taman. Dave mendekat dan duduk di samping Cika. Cika menghembuskan napasnya seraya menggesek-gesekkan tangannya agar merasa lebih hangat. Teh hangat telah menyiram tubuh Cika, Cika tetap ingin memberi kehangatan untuk organ dalam Cika. Dilihatnya Cika seperti menyimpan kedinginan yang tinggi.
"Lu sakit?" Dave memulai pembicaraan.
Cika hanya menggeleng.
"Sana ganti baju! Udah basah kuyup kaya kucing kejebur sumur aja lu" suruh Dave pada Cika.
"Gue ngga bawa ganti." Ucap Cika.
"Yaudah abisin dulu tuh tehnya, trus kita pulang." Ajak Dave yang tak tega melihat Cika kedinginan.
Cika mengangguk dan mulai menghabiskan tehnya hingga tak tersisa setetespun. Dave pun ikut menghabiskan teh hangatnya.
Kini Cika telah berada di motor Dave. Dave menggunakan helmnya. Seperti diterpa udara sekitar api unggun, tangan Cika ditarik oleh Dave agar tangan itu melingkar ke tubuh Dave. Cika termangu atas tingkah Dave tanpa menarik lengannya yang melingkar di pinggang Dave.
"Pegang erat-erat! Kita bakal ngebut." Ujar Dave yang mungkin baru didengar oleh Cika di saat berada di motornya.
"Taa.. tapi, bukannya gue ngga boleh pegang lu yah?" ucap Cika
"Gue juga masih punya perasaan kali! Gue ngga tega lihat lu kedinginan lama-lama. Dan ditambah lagi rasa takut lu kalo gue ngga nyuruh lu pegangan." Ucap Dave yang kini mulai menghidupkan mesin motornya.
Cika tersipu akan ucapan Dave. Mengetahui Dave mulai menjalankan motornya, Cika mengeratkan lengannya yang melingkar di pinggang Dave.
Hujan masih membasi taman dan mengantar Cika pulang. Air menemui bumi dengan santai. Sesantai hati Dave yang tak memperdulikan pelukan Cika dari belakang. Di balik punggung Dave, Cika mendengar jantung Dave yang berdegub santai. Tak seperti Cika yang degup jantungnya lebih kencang dari biasanya. Waktu terasa sangat cepat. Dave telah memasuki gerbang rumah Cika dan berhenti tepat di depan pintu rumah Cika. Cika menuruni motor Dave dengan hati-hati.
"Makasih" ucap Cika.
Dave mengangguk setelah membuka kaca helm yang masih dikenakannya.
"Ayo masuk dulu," ucap Cika.
"Ngga usah, gue langsung pulang aja. Ganti baju lu! Terus istirahat!"
"Tumben,"
"Apa?"
"Peduli sama gue"
"Jangan ge-er!"
"Nggak"
"Sana masuk!" suruh Dave.
"Sana pulang." Cika balik menyuruh Dave.
Akhirnya Dave kembali menutup kaca helmnya dan melajukan motornya meninggalkan rumah Cika.
🌸🌸🌸
Jantung Cika masih tidak teratur. Padahal Cika telah memasuki rumah dan merebahkan tubuhnya di kasur. Cika memandang tanpa tujuan. Pikirannya masih memutar kejadian yang baru saja dialaminya.
Di dalam kamarnya, hanya buku deary yang menemaninya. Cika mengebadikan kejadian tadi dalam sebuah tulisan.
"Hatiku bergemuruh di saat di belakangmu. Jiwaku nyaman di saat bersamamu. Waktu terasa sangat cepat di saat ku lewati denganmu. Rasanya kamu telah memikat hatiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam Tak Bisu (END)
Teen FictionDijamin BEDA FOLLOW SEBELUM BACA YA KAKAK🙏 "Pura-pura bisu itu susah, pura-pura ngga ada rasa itu jauh dari kata mudah" "Namaku Cika Karmelia, saat ini aku tak bisa bercanda gurau, bernyanyi merdu seperti kalian, namun ingatlah aku TIDAK BISU" ~Cik...