Amerika

350 26 0
                                    

"Gue bingung" ucap Dave setelah mendengar cerita Rian

Rian mengangkat salah satu alisnya.

"Gue sayang sama dia, gue cinta sama dia, tapi gue ngga berani ngungkapinnya"

"Cowok bukan sih lo?"

"Cowok lah"

"Kodratnya cowok tuh memilih, kalo cewek itu menunggu. Lah kalo lo cowok mau nunggu cewek nyatain perasaan ya ngga bakal kelar"

Dave terdiam

"Lo pinter di pelajaran tapi bego di perasaan"

"Oh iya selama ini lo dimana? Gue kira lo ilang di amazon" Rian akhirnya bertanya hal yang selama berbulan-bulan ini dipikirkannya.

"Gue di Amerika" jawab Dave

"Ngapain lo di negeri orang? Di negeri sendiri aja belum tentu presiden kenal sama lo apa lagi di luar negeri"

"Sepulang dari Singapur gue ke rumah Cika, tapi gue dapet chat dari nyokap katanya Riri kambuh. Dan dibawa ke Amerika"

"Terus lo sekolah kagak di sana? Apa lo nikah di sana?"

"Sekolah lah, ngga jauh dari rumah sakit adik gue"

Pintu ruang terbuka. Seorang pria berkemeja datang membawa koper. Keluarga yang menjenguk memang hanya Papah Dave.

"Udah siap?" ucap Papah

"Bentar pah" jawab Dave

"Lo mau pergi?" tebak Rian yang baru sadar bahwa sedari tadi Dave tak lagi menggunakan baju pasien.

Dave mengangguk

"Secepat itu? Bahkan yang lain juga belum tau lo pulang ke indo"

"Jangan dikasih tau" jawab Dave simpel

"Lo tau kan kalo besok Cika ultah?

Dave mengangguk seraya tersenyum.

"Lo ngga akan dateng?" rasanya Rian berubah menjadi wartawan.

Dave menggeleng, tangannya mengulurkan sesuatu pada Rian. "Tapi ini harus dateng" ucap Dave menatap sesuatu yang kini telah berada di tangan Rian

"Oke" jawab Rian

Dave mulai bergerak turun dari ranjang. Masih terasa nyeri sebenarnya. Berjalan pun dirinya masih tak seimbang dan sangat pelan tentunya. Tapi Papahnya tak bisa lama-lama di Indonesia alasannya karena ada rapat kantor yang harus didatanginya di Amerika. Mau tak mau Dave harus pergi lagi meninggalkan negeri tercinta dan juga seseorang yang sangat dicintainya. Kenapa tidak tinggal di Indonesia dulu? Padahal Dave pulang ke Indonesia pun seorang diri. Jawabannya hanya satu, tidak diizinkan sama Mamahnya. Katanya, tidak ingin jauh lagi dengan anak-anaknya yang sempat tak diperhatikan. Begitu pula dengan Dave yang tak lagi ingin membantah kedua orang tuanya. Keluarganya sudah merasa cukup bahagia dan Dave tak ingin merusak itu. Walau dirinya harus mengorbankan perasaan yang setiap saat merindukan sosok gadis cantik yang akan bertambah umurnya besok.

🌸🌸🌸

Tamu mulai berdatangan meramaikan acara ulang tahun yang diselenggarakan di ruang tamu rumah Cika. Dekorasinya simpel, dominan warna coklat susu kombinasi putih dengan hiasan balon-balon berwarna silver juga gold. Untuk masalah warna, Cika lah yang memilih. Dirinya memang menyukai warna-warna pastel tapi paling suka dengan warna coklat susu. Malam ini, dengan gaun selutut warna putih, rambut tergurai dengan jepit kecil disebelah kiri berwarna coksu Cika menjadi pusat perhatian. Wajahnya bertambah cantik dengan make up tipis.

"Selamat malam semuanya" Acara telah dimulai oleh Sang Ayah.

"Malam" ucap para tamu serempak.

"Terimakasih telah berkenan hadir pada acara birth day putri saya, semoga kalian semua puas dengan acara malam ini juga menikmati hidangan yang telah disediakan."

Seketika gelap. Cika merasa bingung. Di detik ketiga semua tamu menghidupkan senter ponselnya menghadap ke arah Cika. Silau itu yang Cika rasakan. Sebisa mungkin dirinya tersenyum walau hatinya masih berharap seseorang yang selalu diharapkannya akan datang.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday, happy birthday to you" Suara seseorang memecah keheningan malam juga seakan menjadi saklar lampu.

Diam Tak Bisu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang