Kembali

661 41 0
                                    


Cika merapikan buku-bukunya sebelum beranjak meninggalkan kelas. Di ambang pintu dia terpaksa harus berhenti karena ada lelaki yang menghalanginya. Semenjak tadi Cika menundukkan wajahnya, enggan menatap sosok yang kini berada di depannya. Lima detik, dua puluh sekon, hingga hampir satu menit mereka saling diam. Cika masih enggan mengangkat wajahnya. Bagi Cika, percuma meladeni cowok ngga jelas yang tiba-tiba menghalangi langkahnya.

"hai" sapa cowok itu.

Cika menelan salivanya. Suara itu? Bukankah itu suara seseorang yang hampir seminggu dirindukannya? Perlahan Cika mengangkat wajahnya. Dua pasang manik mata bersatu seakan berbicara mengungkapkan kerinduan setiap pasang manik tersebut. Beradu memberi tanda tanya yang selalu ingin mendapat jawaban. Bertahan menatap seakan mendapatkan kenyamanan. Hingga tersadarkan oleh angin yang menerpa kehidupan.

"Dave?" panggil Cika mencairkan keadaan.

Yang dipanggil hanya melempar senyum manisnya yang selalu berhasil membuat Cika ingin menatapnya lagi dan lagi.

Cika kembali terdiam. Bingung dengan apa yang harus dilakukannya saat ini. Sedangkan Dave masih tersenyum seraya menatap wajah Cika. Wajah cantik yang setiap hari menyapa pikirnya. Wajah yang setiap hari membangkitkan semangatnya. Wajah yang setiap hari dicintainya. Andaikan Dave kuasa, saat ini juga Dave ingin berkata kepada angin agar tidak mengembalikan sifat kedinginannya. Andaikan Dave sanggup, saat ini juga Dave ingin menghentikan waktu seperti halnya jam dengan baterai yang rusak. Namun, kenyataannya Dave sangat lemah untuk mewujudkannya.

"Kenapa?" tanya Dave masih dengan senyumannya.

Cika segera menggeleng.

"kangen ya?" tebak Dave dengan santai.

"BANGET!" Ucap Cika menekankan suaranya.

Dave kembali tersenyum. Bahkan gigi putihnya hampir seluruhnya terlihat dan memberikan kesan manis.

"Tapi boong!" ucap Cika seraya berjalan berusaha menghidar dari Dave. Dia takut jika tetap berdiam diri disitu. Dia bisa saja memeluk Dave sangkin rindunya.

Dave tak mencegahnya. Melainkan ikut berjalan dan menjejerkan langkahnya dengan langkah Cika.

"kebohonganmu tampak jelas. Ngga jago drama emang." Sindir Dave yang kini telah berhasil di samping Cika.

Sontak Cika menghentikan langkahnya dan menatap Dave. Manik mata itu kembali bertemu. Secepat mungkin Cika mengontrol pandangannya agar tidak terkunci oleh mata Dave.

"Gue kan bukan artis. Buat apa gue drama?"

"hahahah dasar!" Dave mengacak-acak rambut Cika. Seakan tidak ada hal yang terjadi sebelumnya di antara mereka berdua.

"hiiiih!" gerutu Cika kesal seraya membenarkan tatanan rambutnya.

"Lu pulang bareng gue kan?" ucap Dave seraya memainkan alisnya.

Cika tak menggubrisnya. Dia kembali berjalan menuju parkiran dan berdiri di samping motor kuda yang mencolok baris di antara motor bebek. Dave mengikuti langkah Cika dan tersenyum melihat Cika mengarah ke motornya.

"Gadisku memang pintar" ucapnya lirih tanpa terdengar oleh siapapun.

🌸🌸🌸

"Apaan sih liat-liat?" ucap Cika yang merasa diperhatikan.

"Gue kangen" ucap Dave dengan santai.

Mereka telah duduk di kafe tempat di mana Dave meninggalkan Cika pekan lalu. Dave terlihat santai seakan tidak ada masalah apapun. Berbanding terbalik dengan Cika yang merasa terheran-heran membuat tanda tanya di pikirannya semakin ingin mendapat jawaban secepatnya.

"Mulai deh" ucap Cika, malas mendengar ucapan Dave yang pastinya hanya candaan. Walau sebenarnya Cika pun memang merindukan Dave. Satu pekan berlalu Dave menghilang tanpa kabar dan hari ini Dave kembali dengan senyum tengilnya.

"mulai apa? Mulai mabarnya?"

"serah lu deh" Cika menghembuskan napasnya menanggapi tingkah Dave yang ngga peka. Sejak kapan coba Cika main game bareng Dave.

"Cik"

"hmmm"

"Lu kenapa sih?"

"hah gue? Lu kali yang kenapa? Udah se abad ngilang eh dateng-dateng kayak ngga punya salah aja"

"lah emang gue se abad ya perginya? Gue udah mati dong harusnya." Jawab Dave dengan mudahnya.

Cika tak melanjutkan pembicaraannya.

"eh tunggu, lu bilang gue punya salah. Oh iya!"

"apa?!" Cika kembali membuka mulutnya.

"gue minta maaf" ucap dave seraya tersenyum.

"hanya sekedar maaf? Udah gitu doang? Ngga ada penjelasan apa gitu? Kenapa lu waktu itu tinggalin gue di sini setelah lu nuduh gue dan lu ngilang selama seminggu dan sekarang lu kembali dengan senyum lu? Seakan-akan senyuman lu itu cukup buat njawab pertanyaan-pertanyaan di kepala gue?" protes Cika. Namun hanya di hatinya.

"Lu ngga maafin gue?" tanya Dave yang merasa tak direspon permintaan maafnya.

Cika menggeleng.

Diam Tak Bisu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang