Nomor Tidak Dikenal

1.1K 61 0
                                    


Cika terbangun dari tidurnya karena mendengar dering ponselnya. Tangan Cika mencari-cari ponselnya di atas kasur. Setelah meraihnya, Cika menatap layar ponselnya. Terdapat panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenalnya. Cika pun membiarkannya. Beberapa detik setelah dering itu berhenti, ponselnya kembali berdering dan terdapat panggilan dari nomor yang sama. Cika pun menggeser icon berwarna merah. Beberapa menit kemudian, berganti sms yang masuk pada ponsel Cika.

* "Hai Cika"

Cika heran akan sms itu. Siapa pemilik nomor asing itu? Kenapa dapat mengenalnya?

* "Siapa?"

* "Coba tebak!"

Cika hanya melihatnya tanpa membalas sms tersebut.

Pemilik nomor itu menunggu hingga bermenit-menit. Namun, tidak ada balasan yang masuk. Akhirnya pemilik nomor itu pun mengenalkan dirinya.

* "Gue Rifki."

Cika membuka pesan itu dan mengingat-ingat nama Rifki.

Nomor itu kembali menelpon. Kali ini Cika mengangkatnya.

"Hallo.." suara laki-laki terdengar oleh Cika.

"Iya," ucap Cika.

"Gue Rifki"

"Rifki?' tanya Cika masih mengingat-ingat nama itu.

"Rifki yang tersesat di hutan" jelasnya.

Cika baru mengingat bahwa Rifki adalah lelaki yang ditemuinya di hutan.

"Oooh iya, Rifki" ucap Cika.

"Belum ada sehari aja udah lupa."

"Hehehe"

"Udah di rumah?" tanya Rifki mencari topic pembicaraan.

"Udah"

"Pulang pake apa?"

"Motor"

"Hah motor? Nyetir sendiri?"

"Ya ngga lah, bonceng Dave."

Mendengar nama Dave disebut, Rifki tak lagi bersemangat bertanya. Rasanya tidak suka jika Cika bersama dengan Dave.

"Dave itu pacar lu?" tanya Rifki asal, hanya untuk memastikan.

Cika kaget atas pertanyaan yang Rifki utarakan. Dalam hati Cika mengamininnya. Padahal kenyataannya dirinya bukan siapa-siapa Dave.

"Apa?" Cika pura-pura mendengarnya.

"Cowo yang kemarin dateng ke hutan itu pacar lu?" Rifki mengulangi pertanyaannya.

"Bukan" jawab Cika singkat.

Mendengar hal itu, Rifki kembali bersemangat. Masih ada kesempatan untuknya mendekati Cika.

"Yes!" ucap Rifki keceplosan.

"Kenapa?" tanya Cika heran.

"Aaah,, ngga kok" ucap Rifki.

Tok.. tok.. tok...

Pintu kamar Cika diketuk dari luar.

"Ada apa? Siapa?" ucap Cika seraya menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Cika, ini Ayah" ucap seseorang dibalik pintu.

"Masuk Yah! Ngga dikunci kok" ucap Cika.

Jauh dari kamar Cika, Rifki bingung dengan yang diucapkan Cika. Panggilan teleponnya masih terhubung, suara Cika masih terdengar dari ponsel Rifki. Walaupun tak terlalu jelas.

Ayah membuka pintu dan masuk ke kamar Cika.

"Udah tidurnya?" tanya Ayah.

Cika tersenyum menanggapi ucapan Ayahnya.

"Siap-siap gih!"

"Ngapain?" tanya Cika heran.

"Dijemput tuh!" ucap Ayah.

Rifki mendengar suara lelaki sedang berbicara dengan Cika. Rifki mendengarnya dengan seksama.

"Dijemput? Sama siapa?" tanya Cika semakin hera.

"Biasa" ucap Ayah seraya mengedipkan matanya mengisyaratkan seseorang.

"Iiih, siapa sih Yah? Bikin penasaran aja."

Rifki mendengar bahwa Cika dijemput oleh seseorang. Firasatnya tidak enak. Rifki lebih menajamkan telinganya agar lebih jelas mendengar pembicaraan Cika dengan Ayahnya.

"Dave" ucap Ayah.

Seketika itu pula Cika bangkit dari kasur.

"Yang bener?" ucap Cika memastikan.

Ayah mengangguk.

Mendengar nama Dave yang menjemput Cika, Rifki kembali tidak suka dan tidak ingin lagi mendengarkan percakapan Cika bersama Ayahnya. Rifki pun mengakhiri panggilannya.

🌸🌸🌸

Diam Tak Bisu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang