“ih asik ada pizza dari pasien siapa nih ?” aku berjoged-joged siapa yang tidak suka pizza, gratis lagi!
“dari dok dip teh” dela menjawab
Pizza yang tadi sudah didepan mulut enggan ku masukan ke mulut “serius, ada apa? Ko bisa? Tumben”
“katanya lagi ada promo jadi beli banyak, padahal kayanya karena ada si Dela tuh yang dines pagi ya ra hhihi”
“ih teteh” mukanya yang putih terlihat merah dan tertawa malu-malu
Dela yang berusia 25 tahun keturunan arab-indo, tinggi semampai, kulitnya putih, mukanya tirus, hidungnya? Maha sempurna, belum lagi bulu mata yang lentik panjang dan alis yang melengkung sempurna hitam ala alis korea, tutur bahasa dan sikap dela yang lemah lembut justru berbanding terbalik dengan aku ya you know me so well kan, sudah berapakali aku menyebutkan kata sempurna? Ah dia memang terlalu sempurna siapapun kaum hawa yang melihatnya akan menatap iri dan kaum adam memujanya.
“Ra, nanti kalau bikin jadwal si Dela banyakin pagi ya, biar kita kebagian rezekinya”
“Siap, ah pizza gratisku dela cantikku sering-sering aja godain dia ya biar banyak makanan”
“aku yakin Ra, dok dip suka sama Dela” muti memasukan sepotong pizza kedalam mulutnya
“iya mut, tiap pagi datang ke VK padahal gak ada pasiennya, pasti nyariin kamu del” kututup dengan memasukan sepotong pizza ukuran besar kedalam mulutku
“udah jangan ngegosip ah teh, nih kelakuan teh Rara kalau liat makanan udah kaya bocah TK, kalau lagi rapat aja udah kaya dosen Statistik aku- killer”
Dela tetangga 1 komplek dirumahku. Kami sangat dekat, dia memutuskan masuk kebidanan karena ingin sepertiku, tidak seperti aku terpaksa tapi ya sekarang sudah ikhlas ko.
“tadi juga dok dip nayriin teteh ko pas visite, tapi aku bilang tadi lagi morning report” si dela udah macem mantan yang cemburu
“aihhh dedek gemes kuu yang unyu deloy gausah cemburu gitu ah, dia kalo nayri aku ada butuhnya kalau nyari dela ada maunya, hahayy”
wajah dela semakin memerah waktu kugoda, kumasukan lagi potongan pizza yang dilumuri saus tomat
“saingan kamu del banyak banget, noh tadi baru datang anak-anak Iship yang masih unyu-unyu” kata muti
“teh muti ih siapa juga yang lagi ngerebutin dok dip” jawab dela malu-malu
“eh eh iya hampir lupa tadi bener ada iship itu dr sigit duh sumpah deh gantengnya ngga tahan akutu, wajahnya unyu-unyu minta dicipok tau ngga” aku mengingat-ngingat wajah keturunan jawa yang sekali tatap sudah manis semanis gula jawa
“astaga teh rara istigfar omongannya udah cipok-cipokan segala” dela menceramahi
“pokonya ya del kamu udah dok dip aja biar kita ngga fakir makanan, nah dokter sigit khusus cem-cemannya aku”
“siapa ra cem-ceman kamu?” tanya seseorang yang baru masuk keruangan VK
Tak sengaja aku tersedak potongan pizza yang baru saja aku telan, kuambil botol air mineral yang baru tadi aku beli dengan menggunakan telapak tangan yang diapit, ku tatap jari-jari yang penuh saus dan bersiap untuk mengambil tissue, namun siapa sangka dipta langsung mengabil botol tersebut dan membukanya kemudian menyerahkannya dihadapan mukaku, kuambil kembali dengan kedua telapak tangan dan kemudian meminumnya sambil kulirik dipta yang ternyata sedang melihatku
"Jadi siapa cem-ceman kamu ra?" Pelototnya sambil melipat tangan di dada
“siang dok” dela dan muti dengan sopan, kulihat muti seperti tak rela menaruh potongan pizzanya, dan della terlihat kaget dengan tindakan yang dilakukan oleh dipta barusan kepadaku
“ha-ha dokter salah denger. Ada apa dok?” aku mengabil tissue ku lap jari-jari yang penuh saus
“cuci tangan sana, saya mau USG pasiennya dari ruangan nifas”
heran sih senang banget USG di ruang VK padahal ruangan nifas ke VK lumayan jauh melewati 4 lorong malah lebih dekat ke poli kandungan, kalau aku tanya alsannya kenapa katanya alat USG VK bagus, tapi fyi ya alat USG di VK justru keluaran model lama.
Dela kebetulan sedang membetulkan infusan pasien, jadi aku dan muti yang sedang mempersiapkan alat USG
“si dokter dipta udah kaya anti nyeri aja kalau akut bisa 4x1 sehari datang ke VK, kaga ada kerjaan banget” kata muti“ini dia mau kerja mut, lagian disini ada ruangan dokternya full AC makannya dia sering ngadem disini”
“ah kata siapa? Pagi doang diamah kaya gitu, siang malem mah kabur terus”
Pasien yang dari ruangan nifas sudah siap untuk di USG, si dela beberapa kali mengetuk pintu ruangan dokter tapi nihil sampai saat ini tidak dibuka sama sekali, si dokter jangan-jangan tidur lagi
“teh ra sama teteh aja ah yang masuknya”
“iya ra aku juga ngga berani” si dela sama muti pas gini aja ngga berani, minta THR aja paling semangat
kucoba mengetuk kembali pintu dihadapanku tapi masih tidak ada suara, mau tidak mau ya harus masuk emangnya mau nungguin dia sampai bangun tidur.
tuh kan tidur! Aku tepuk-tepuk lengannya masih tidak bangun, ngapain coba tidur disopa ngeringkuk gini, itu bed malah dianggruin, kusejajarkan posisi dengan berjongkok
“dok .. dok?” yaampun ini manusia tidur, apa bangke “do—“ sikampret aku kaget tiba-tiba melotot gitu, kupelototi lagi matanya“dok pasiennya udah siap” tiupan angin dari mulut dipta menerpa mataku yang indah yang tanpa sebab ataupun tanpa ada debu atau serbuk yang masuk dia malah meniupnya dengan sengaja, kurapatkan mataku perih dan langsung bangun
“ha-ha-ha” sikampret malah ketawa anjir
KAMU SEDANG MEMBACA
CITO!
General Fiction"pesen makan cito!"- dr. Pradipta Erlangga Fahlevi, SpOG (K) "Jadi yang cito pesen makan apa operasi dokk ?!!!" - kacung sejawat tenaga kesehatan ( bidan ) Tentang keseharian Ramania bidan yang menjadi kepala ruangan di ruang bersalin. Dan.. Pradi...