Chapter 10

12.8K 1.2K 21
                                    

Ada 3 hal yang selalu aku hindari. Yang pertama amukan ibunda kanjeng ratu yang minta segera membuat cucu. Yang kedua segala movie yang berbau horor. Dan yang terakhir adalah ...

"Sudah berapa kali saya perjelas, pasien yang datang ke RS ini bukan karena RS nya tapi karena ada saya di RS ini !"

Iya yang terakhir adalah segala nada sinis nan dingin dokter dipta yang terhormat, meskipun matanya tidak menatap kita tapi aku yakin matanya yang merah setajam silet sedang menahan emosinya sekuat tenaga

Disinilah kami, Eka yang bertanggung jawab sebagai penanggung jawab shift, Tari dan Lisa sebagai bidan pelaksana pada saat kejadian. Aku ? Sudah sangat dipastikan aku adalah ketua ruangan dan apapun yang terjadi pada rekan kerjaku aku lah yang bertanggung jawab atas mereka.

Hari sabtu pasien dokter dipta datang ke RS dengan keluhan mules-mules, usia kehamilannya memang sudah dalam hitungan siap untuk melahirkan, hamil pertama namun pembukaannya masih 1 cm.

Kebetulan pada saat hari sabtu ruangan VK penuh oleh pasien, Eka menyarankan untuk ke RS lain karena pembukaan masih 1 cm dan mules pun masih jarang. Oleh karena itu tidak mengaharuskan untuk di rujuk atau di antar oleh bidan

Namun disitulah bencananya, pasien tersebut merupakan teman dekat dokter dipta yang ingin bersalin dan ditangani oleh beliau.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ketentuan menolak pasien di RS swasta, tidak seperti RSUD yang tidak boleh menolak pasien. Ketika ruangan penuh kami akan menolak pasien tapi jika pasien tersebut dengan keadaan emergency tetap kami akan tangani.

"Iya mohon maaf dok, karena saya tidak melakukan konsul terlebih dahulu" Eka meminta maaf dengan menundukan kepalanya

Dokter dipta tiba-tiba mengangkat kepala dan memandang aku dengan mata merahnya

Langsung buru-buru kutegakan punggungku "saya dan rekan-rekan minta maaf dok, lain kali kami akan konsul terlebih dahulu."

"Biasanya juga dikonsul dulu kan terus kenapa yang ini tidak dikonsul?" Gemertak giginya seakan membuat bulu kundukku tegang

"Iya dok maaf" cicitku

" Eka, tari, lisa boleh kembali awas jangan diulang lagi, ini yang terakhir" suara dipta yang tegas bak alis yang dipulas viva

"Baik dok, terimakasih dok" jawab mereka berbarengan

Layaknya orang yang habis disidang wajah stress, rona wajah memudar, bibir kering, kerudung miring2 dan keringet dipelipis menggelintir turun dipelipis mata

Eh tunggu kenapa cuma mereka yang boleh pergi? Lahh aku begimana, jangan-jangan sidang 4 mata, mati gueeee!

"Saya pamit juga dok, terimakasih dan maaf ya dok" seolah tak mengindahkan perkataannya tadi siapa tau dia tadi lupa kan ngga nyebut nama gue

"Kata siapa kamu boleh pergi"

"Hah ?"

" Duduk"

Oke fix mampus! Ini nih yang ditakutin mood swingnya dipta karena kalau udah gini pasti akhirnya ada....

"Saya pengen sate maranggi 20 tusuk pake uli ra. Order yo-food CITO!"

Nah kan!

"Iya dok" buru-buru aku membuka aplikasi yo-food dan mencari sate maranggi yang terdekat

Kenapa amukan dipta ada diposisi 3 yang harus dihindari yak ini alasannya, marahnya dipta akhirnya selalu seperti ini minta m-a-k-a-n, dan aku cuma bisa manut aja dijadiin babu dadakan kaya sambel dadakan. Sate maranggi sih gak ada apa-apa dia pernah minta ayam betutu asli bali!

Pekerjaan aku selama 2 tahun akhir ini, membuatku menjadi perawan tua, kerja ataupun libur tetep rusuh ngurus sikampret dipta.

"Udah dimana ra?" Kepalanya ia telungkupkan kemeja

"Belum juga 5 menit dok, mungkin lagi dibakar"
Heran deh katanya pinter tapi kalau gini dipta kaya komputer pentium 3 lemot

" Hahhh.. " dipta menarik napas berat "saya itu ngga enak ra, erika dan ibunya sudah wanti-wanti ingin dibantu proses melahirkannya oleh saya, handphone saya mati saat dihubungi oleh beliau"

Sedikit banyak nya aku mengerti arti tanggung jawab. Iya dipta merupakan orang yang bertanggung jawab dia bisa pulang subuh untuk melaksanakan tanggung jawabnya apalagi ini merupakan orang terdekatnya dan ia telah mengecewakannya meskipun orang ketiga yang melakukannya yaitu kami.

Yang kulakukan hanya diam mendengar isi hatinya, dia yang seperti ini mengingatkan aku pada anak laki-laki pendek dan gendut 12 tahun yang lalu, dulu aku pernah mengelus rambutnya, apakah dia ingat ? Ha.ha mungkin tidak!

Tidak kusadari tangan kanan ku menjulur ingin menyentuh rambutnya. 3 cm lagi untung deringan telephone membuat aku tersadar dan cepat-cepat menarik tanganku kembali.

Kepala dipta yang menelungkup sekarang tegak menatap kearah ku

"Yo-food ra ? Sate maranggi?" Tanya-nya exited

Bah bocah! Untung tangan laknat ku belum sempat menyentuh rambutnya!

Aku menganggukan kepala kemudian menjawab telephone tersebut

"Baik pak tunggu sebentar ya pak" jawabku

Ku rentangkan telapak tanganku kehadapan dipta yang dibalas tatapan melongo
"Ish uangnya dok?"

"Kamu gak mau telaktir saya?"

"Saya kaum misquen dok, dokter tega minta-minta sama saya?"

Kerlingan bola matanya menandakan dia jiyjiyk dengan ucapanku
"Mamang yo-food nya kasih tips ra" sambil memberikan uang 1 lembar 100 ribuan

Lah gue yang jadi babu bayangannya selama 2 tahun kaga pernah dikasih tips, kampret lo cicak buntung!

-------------
Pembukaan mulut rahim untuk bersalin normal diharuskan mencapau pembukaan 10 cm baru ibu bisa dipimpin untuk melahirkan.

CMIIW 😙

CITO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang