“kalau saya telepon kamu, berarti ya saya suruh kamu”
Sekali lagi aku hanya menganggukan kepala dan berkata maaf
“kamu sibuk ngapain memangnya? Kepala ruangan itu gak harus terjun ke pasien cukup liatin sama urusin nih kertas-kertas”
“iya dok” jawabku lagi dengan menganggukan kepala
“kalau saya salah ngisi nanti kan repot saya harus nulis 2x” tangannya aktif menulis mulutnya sama aktifnya
Ingatkah kalian tentang resume yang seminggu lalu dan diantarkan oleh ajeung ke poli. 20 resume ini dibiarkan menjadi pajangan selama 1 minggu imbasnya aku ditegur bagian rekam medis karena sudah mendekati deadline untuk pengcoveran asuransi. Dan here iam di poli kandungan hear his torturing, oh ini aku lapar tidak sempat sarapan dan masih harus mendengarkan pepatahnya, just cut it out and write dok!
“dokter kan bisa tanya ajeung”“saya mintanya kamu Ra”
“iya maaf dok” bibirku ku monyong-monyongkan
Dokter dipta menatapku, tanpa ekspresi apapun 1 detik, 2 detik, 3 detik
Akupun menatapnya heran, pernah saat SMA aku membaca novel romance yang mengatakan ketika kamu ditatap oleh seorang pria selama 3 detik yakinlah pria tersebut menyukaimu.Mungkin aku akan tersanjung dan mati kegeeran jika bukan dipta yang menatapku. Kalian tahu ekspresi buaya ketika melihat sikancil anak manis? persis.
Dia kembali melihat resume medis dan tidak bertanya apa-apa lagiKalian tahu selama 20 menit aku ngapain? Diam. tanpa ditanya apapun dan dia sepertinya tidak kesulitan apapun dalam pengisian resume tersebut.
Resume terkahir dia masih membolak-balik lembar demi lembar yang harus diisi
“cap in tanda tangan saya semuanya”Ih wewe gombel kenapa gak dari tadi sih! Udah numpuk baru disuruh cap “dok ini saya capin diluar aja ya, dokter udah ditunggu ruang nifas untuk visite dok”
Kulirik jam yang melingkar ditangan kananku menunjukan pukul 10 pagi dan sudah telat 1 jam dari jadwal visite, alasan yang paling tepat haha, siapa yang mau satu ruangan sama dokter lempeng ini dan hanya diam, kinerja otakku sudah buntu memikirkan pertanyaan apa yang harus aku lontarkan dan aku menyerah, tidak ada pertanyaan!
“saya masih cape” matanya masih fokus kelayar Handphone yang dipegangnya
“atau saya capin diruang rekam medis aja ya dok biar langsung dikerjain, kan udah ditungguin” kilahku lagi yatuhan hamba berjanji akan bangun pagi jika engkau mengabulkan permohonan hamba, doaku
“disini aja, nanti cap saya kamu bawa lagi”
Akupun menatapnya tidak percaya“haha cap banget yang harus diambil dok? Mending dompet dokter deh isinya lumayan buat makan siang”
Cap yang sedari tadi kupegang beberapakali kuhentakan sampai berbunyi nyaring“udah belum ra ?”
“sudah dok”
“oke, bilangin ke temnnya saya mau SC cito sekarang ya pasiennya sudah di IGD, 20 konsul menit cukup ya persiapannya”
“AS YOU WISH dok 20 menit” sambil membungkukan setengan badan (hormat ala korea) with all respect to be honest inginku lempar kursi ini
KAMU SEDANG MEMBACA
CITO!
General Fiction"pesen makan cito!"- dr. Pradipta Erlangga Fahlevi, SpOG (K) "Jadi yang cito pesen makan apa operasi dokk ?!!!" - kacung sejawat tenaga kesehatan ( bidan ) Tentang keseharian Ramania bidan yang menjadi kepala ruangan di ruang bersalin. Dan.. Pradi...