“saya tidak pernah lupa Rama yang dulu laki-laki..”
“saya bukan laki-laki ya dok, dokternya aja yang mikir saya laki-laki”
Dipta mengangkat satu alisnya dan mentapku bosan kemudian mengaduk-aduk jus yang tadi aku buatkan
Yaa aku semacam bibi rumah tangga sekarang dirumahnya dipta, mamanya dipta 20 menit yang lalu pamit harus menjemput papanya dipta dibandara dan menatapku menyesal karena tidak menjamuku dengan baik.
Aku jangan ditanya kekagetanku masih ada dipuncak tertinggi kepalaku, kenapa gosip seakan selalu salah, mama dipta tidak seantagonis yang sebatas katanya, aku sangat menyesal karena telah menggosipkannya dengan Eka.“ya ya monggo dilanjut” aku mengangkat kedua tanganku mempersilahkan dan menyenderkan punggungku dikursi meja makan
“malah saya selalu ingat Rama yang dengan tonjokannya bisa membuat teman SD kita masuk RS karena hidungnya patah..”
“ya itu kan karena..” potongku dan langsung mendapat delikan dari dipta
santai kali bang itu matanya nanti keluar mampus loh
“membela saya yang dulu sangat pendiam sehingga enak untuk dibully..” lanjut dipta
Bukan pendiam sih diptanya aja kelewat bego minta uang malah dikasih aja, dia gak pernah diajarin apa kalau orang ada yang malakin?
“ngajakin saya main layangan, kelereng sampai pas itu kamu lupa topi kamu ketinggalan..”
“oh jadi dokter yang ngambil? Mama saya marah karena saya ngilangin topinya loh dok”
“tadinya mau saya kasih ke kamu Cuma...”
“dokter pindah besoknya tanpa pamitan?” jawabku kesal, ya kesalkan aku gak ada temen main layangan lagi masalahnya
“saya anggap topi itu kenang-kenangan ra” jawabnya malu-malu
Dokter dipta what? Malu-malu sumpah peradaban terguncang lama-lama kalau dipta terus seperti ini
“tetep aja dokter lupa saya”
Dipta mengusap mukanya “saya gak lupa sama Rama dan saya suka Rara pas pertama bertemu, so in my case aku tidak pernah melupakan kamu, kamu yang dulu rama seperti laki-laki dan rara sekarang yang jadi perempuan saya tetap suka!” jawabnya panjang sambil menyingkirkan jusnya kesebelah kanan dan menumpukan kedua tangannya keatas meja menatapku kesal
Dipta menatapku lembut menyugar rambutnya “kamu yang 3 tahun lalu menyambut saya dengan senyum mengembang, 5 menit kemudia melayangkan tatapan berang membuat saya aneh ra, semakin kesini kamu selalu menganggap saya bakteri yang harus dijauhi, sampai saya tidak sengaja ketemu tente hilda—mamamu dan kamu yang saya tahu anak tante hilda yang dipanggil rama harusnya laki-laki tapi seorang perempuan, saya yakin hati saya gak pernah berubah Rama yang dulu aku kagumi dan rara sekarang yang aku sukai tetap sama”
Ini yang tidak pernah mau aku dengar dari mulut dipta, dipta yang mengatakan suka membuat aku bimbang
Aku masih diam menatapnya “saya padahal langsung kenalin dokter pas pertama kali bertemu” aku membeo
Duh ko malah jawab itu sih bego rama!
“salahin kamu yang dulu kaya cowo sekarang ternyata perempuan”
Aku menatapnya tiak percaya “loh ko jadi salah saya sih?!"
“coba dulu kamu bilang perempuan saya gak mungkin mati-matian berkunjung kerumah tante saya yang kebetulan psikiater karena saya kira saya gak normal karena suka sama cowok!” jawabnya cepat sambil menyambar jus
KAMU SEDANG MEMBACA
CITO!
General Fiction"pesen makan cito!"- dr. Pradipta Erlangga Fahlevi, SpOG (K) "Jadi yang cito pesen makan apa operasi dokk ?!!!" - kacung sejawat tenaga kesehatan ( bidan ) Tentang keseharian Ramania bidan yang menjadi kepala ruangan di ruang bersalin. Dan.. Pradi...