Udah sejam lebih Gue berdiri di depan pintu masuk Bazar ekonomi, sampe pegel kaki gue. Dan orang yang Gue tungguin nggak kunjung datang, dia adalah gadis yang akrab di sapa Jichu. Gadis yang Gue kira anggun seanggun wajah polosnya, ee tapi ternyata sebelas dua belas gilanya kaya gue. Kalau ngomong nggak ada remnya, murah ketawa, hobi ngereceh. Gue ketawa sendiri pas inget kelakuannya di sekre, dia baru seminggu gabung di klub jurnalisme campus dan bisa langsung akrab sama semua anggota. Gue rasa sih dia humble, low profile, and easy going. Dan gue ditugasin pertama kalinya sama dia buat ngeliput acara anak fakultas ekonomi yang lagi ngadain Bazar. Tapi udah sejam dia nggak datang-datang.
Udah jengah Gue bermaksud menelponnya, tapi bak pepatah pucuk dicinta ulampun tiba gadis yang Gue cari udah nongol aja dengan nafas terengah-engah berlarian.
"Hhh nanyanya entar aja," ujarnya bahkan saat bibir gue masih rapet. Kemudian tanpa permisi dia merebut botol Aqua milik Gue dan langsung menenggaknya. "Nih, makasih. Sori Gue aus." Ujarnya mengembalikan botol yang isinya hampir tandas.
Gue mengangguk mengiyakan.
"Gue jelasin!" Potongnya lagi ketika Gue hendak membuka mulut, dan berakhir dengan gue yang membuang nafas sambil mengangguk setuju.
"Oke, Gue telat satu jam delapan belas menit. Sori banget Tae, sumpah diluar kendali Gue. Tadi gue tiba-tiba disuruh isi kelas. Maaf bukannya mau pamer, tapi mungkin lo pernah denger Gue asisten dosen kan? Jadi gitu deh. Terus Bem Fakultas minta Gue dateng rapat. Nggak enak dong gue udah ditungguin, Gue cukup dibutuhkan soalnya jadi gue kesana dulu lima belasan menit." Cerocosnya panjang lebar.
"Oke gue maafin. Puas?" Ujar Gue menaikkan sebelah alis Gue. Dia nyengir, menampilkan deretan giginya yang rapi. Terlihat lebih cantik karena gue melihatnya dari dekat.
Sial. Gue harus sadar diri. "Yaudah deh ayo masuk" ujar Gue padanya.
"Let's go!!" Serunya bersemangat, dan selangkah kakinya melangkah ia hampir saja jatuh karena tersandung tali sepatunya sendiri. Untung Gue bertindak cepat memegang bahunya.
"Hehe sori." Ujarnya, dan gue dengan sigap sudah berjongkok di hadapannya sukarela membenarkan tali sepatunya.
Gadis mungil itu menunduk kikuk, "aduh..lo ngapain, udah biar gue sendiri aja Tae" ujarnya.
"Udah selesai." Jawab gue mendongak melihat wajahnya yang kikuk.
"Udah ayo masuk." Ujar gue memimpin berjalan. Ia mengekori Gue, selanjutnya kadang kala kita berjalan beriringan untuk menemani Gue mengambil gambar, kadang kala Gue berjalan lebih dulu atau mengekori langkahnya.
Gue kira dia tuh orang yang pendiam, jaim dan ala-ala cewek jaman sekarang yang sok keanggun-anggunan. Tapi dia beda, dia pede, petakilan sana-sini dan cenderung hiper aktif. Sebagai anggota reporter yang baru gabung dia adalah reporter yang cerdas, pandai mewawancarai narasumbernya dan bersikap santai dan mudah akrab tapi tidak terkesan sok kenal sok dekat.
"Akhirnya selesai" ujarnya sambil meregangkan otot-otot tangannya. Gue menyipitkan sebelah mata gue.
"Hehe sori Tae, Gue tuh hari ini wara-wiri kesana kemari hehe" ujarnya tanpa diminta memberikan penjelasan.
"Kesannya lo sibuknya ngalahin para Mentri." Jawab gue sambil mematikan kamera yang Gue bawa.
"Songong banget ya gue ngomongnya?" Tanyanya.
"Enggak sih, by the way laper nggak?" Tanya gue yang sejujurnya sudah keroncongan.
"Laper. Banget." Jawabnya tanpa malu-malu.
"Yaudah cari makan dulu gimana? Mumpung lagi di Bazar juga. Eh, katanya Joy juga buka stan" ujar Gue yang baru inget.
"Hayuk deh" ujarnya.
Kemudian kami memutuskan makan ayam penyet, tadinya mau ke stan Joy tapi di urungkan karena meladeni urusan perut duluan.
"Nih minum" ujar Gue menyodorkan minum karena melihatnya tampak kepedesan.
"Makasih. Duh jadi malu Gue, Gue nggak jago makan pedes." Ujarnya membersihkan hidungnya yang meler dengan tisu. Dia benar-benar apa adanya.
"Harusnya kita makan yang lain aja yaa" Sesal Gue.
"Santai, Gue penggila ayam untungnya" cengirnya.
Selesai melahap nasi ples ayam penyet dengan segelas teh anget Gue dan Jisoo lanjut berkeliling melihat stan. Pikir kita sekalian, sambil menyelam minum air. Mumpung lagi disitu.
"Lo kan sibuk kenapa masih gabung Klub kita sih? Nggak capek?" Tanya gue sambil melihat-lihat baju yang di pampang di sebuah stan.
"Lo nggak suka gue gabung di klub elo?" Tanya Jisoo yang langsung membuat gue merasa nggak enak.
"B--bukan git--"
"Bercanda Gue Tae, hehe. Ya Gue suka nulis, dulu jaman SMA gue pernah ikut ekstra Jurnalistik kan. Pas Lisa cerita dibuka pendaftaran, dan dia bilang mau gabung kenapa gue enggak." Terangnya sambil mengembalikan baju yang baru saja ia amati.
Gadis itu kemudian berjalan lebih dulu, Gue kembali menjadi ekornya. Iyasih melihatnya yang super hiper aktif rasanya nggak mungkin gadis sepertinya menjadi mahasiswa yang pasif.
Dia berjalan di depan gue, kemudian sambil berjalan gadis itu mengikat rambutnya ke atas secara asal. Dia memang benar-benar apa adanya. Selesai mengikat rambut yang memamerkan leher indahnya, gadis itu menoleh ke arah Gue. Gue yang sedang memperhatikannya diam-diam kikuk sendiri, tapi gadis itu justru bersikap biasa saja dengan memamerkan senyum kemudian menghampiri gue.
"Lelet banget deh lo" ujarnya menyamakan langkahnya dengan langkah Gue.
"Gue capek, lo mah nggak punya capek Chu. Badan lo isi batre ya?" Celetuk Gue.
"Isi bensin Gue" jawabnya terkekeh.
___________________________________
J i c h u
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kesalahan terbesarnya adalah hatinya yang terlalu tulus, terlalu baik. Dan pengecut perihal perasaannya. She is Jisoo🥀