21👣

1.3K 181 4
                                    

T a e

Kemarin benar-benar menjadi hari yang panjang buat gue, jelas setelah pengakuan gadis bersurai hitam panjang dengan mata cantiknya Gue nggak bisa tidur.

Gue nggak menyangka ada gadis yang setulus itu menyimpan perasaan buat gue, Gue pikir yang namanya ketulusan itu sudah lama punah. Atau emang dari awal Gue aja yang nggak mempercayai itu setelah ketulusan Gue ternodai?

Dalam satu sisi Gue juga merasa bersalah, tercatat dalam sejarah hidup gue, Gue sudah membuat orang yang Gue cintai dan pernah gue cintai menangis.

Pertama, Eunha. Dia kerap menangis karena merasa merindukan Gue, dan yang Gue ingat dia nangisin Gue karena gue putusin. Memang, cerita di balik putusnya Gue sama dia pure Gue nggak merasa menyesal . Hanya saja, kenapa dia yang menangis, dan gue yang menjadi memendam bara api dendam. Itu yang gue sesalkan.

Dan lagi, untuk kedua kali gue menyesal lagi. Jichu harus menangis karena gue, mungkin tanpa Gue ketahui dia juga sering  nangisin Gue diam-diam. Bukannya gue kepedean atau apa, Gue hanya menebak. Gue nggak nyangka dia mengungkapkan isi hatinya diiringi derai air mata, terharu jelas. Secara mau gue ingkari bagaimanapun nyatanya perasaan gue udah jatuh buat dia. Bukan untuk Kak Irene yang super baik dan perhatian sama gue, bukan buat Jihyo yang selalu cari perhatian Gue dengan gaya manjanya, bukan dengan Yerin yang sok cuek tapi selalu nyariin Gue sampai Gue sebal sendiri, bukan pula buat deretan gadis di luar sana yang membuat gue disisi lain bangga jadi orang ganteng tapi sukses dibikin pusing.

Perasaan gue buat Jichu, gadis absurd, hore, nggak punya urat malu, suka heboh dan kadang bisa kaya anak SD tapi disisi lain bisa berpikir dewasa. Itu buat dia, tapi sialnya Gue nggak bisa mengakui itu secara gamblang.

Ada sekat diantara kita yang tidak terlihat, Gue akui itu menjadi alasan.

Nggak masuk akal?

Yaa Jimin, dan Jeka udah sering ngomong kaya gitu kok. Cuma itu faktanya, kaya yang lo mencintai orang tapi takut memiliki orang itu. Ada alasan lo nggak pantes, lo takut kecewa atau mengecewakan, dan ketakutan-ketakutan yang sebenarnya belum tentu terjadi.

Jadi, Gue memilih untuk begini saja. Setidaknya untuk sekarang, Gue takut menjanjikan apa-apa ke dia tapi satu sisi Gue takut kehilangan dia. Makanya gue minta ke dia untuk tetap menyimpan perasaannya ke Gue.

Egois?

Mungkin iya, tapi kadang cinta itu membuat orang egois kan?

"Babang! Buruan sarapan, Gue udah laper nih!" Seru Sejeong yang langsung mengagetkan gue dengan membuka pintu kamar gue sembarangan.

"Iyaaa, bar-bar banget deh lo" sungut Gue kesal.

Seperti biasa, meja makan rumah Gue selalu penuh dengan makanan setiap jam makan. Tapi hanya ada Gue, dan Sejeong yang mengisinya. Mama sudah pergi ke butiknya pagi-pagi, itu sudah jadi agenda hariannya. Papa, dia langganan luar kota dan luar negeri, untuk dua Minggu sekali pulang aja sudah syukur. Bang Baekhyun, dia co-ass di rumah sakit Surabaya jadi nggak tentu pulangnya, tapi kadang-kadang dia nongol gitu aja di rumah.

Gue dan Sejeong, anjing dan kucing yang selalu membuat kangen anggota keluarga yang lain buat pulang. Tapi dengan dalih demi masa depan anak-anak mereka juga kerap melewatkan hal itu.

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang