17👣

1.3K 188 12
                                    

J i c h u

Mungkin yang Jennie bilang benar, mungkin pepatah dan quote-quote di halaman Instagram Gue juga benar. Tapi yang lebih benar di sini adalah betapa bodohnya Gue, dan kenapa terasa semenyesakkan ini sampai batin Gue berkecamuk namun air mata enggan menetes.

Dan yang lebih bodoh adalah Gue berpura-pura baik-baik saja dan Taehyung mengirim pesan ke Gue seolah tidak ada yang terjadi. Atau mungkin gue aja yang terlalu drama? Memang sedari awal cuma gue yang mendefinisikan semuanya dengan cerita yang berbeda.

Maka sudah seharusnya Gue bangun dan sadar, dan terhitung sejak saat itu gue berusaha menghindari Taehyung. Mengubur perasaan yang Gue tanggung sendiri, berbicara seperlunya dengan Taehyung, dan menjaga jarak. Keputusan itu gue buat tidak lain dan tidak bukan adalah untuk kebaikan bersama. Terlebih untuk diri Gue sendiri.

"Chu, habis ini lo ada acara nggak?" Taehyung menghampiri gue yang sedang mencetak beberapa file di mesin print.

"Ada. Sori ya Tae, Gue duluan." Ujar gue meninggalkan Taehyung segera begitu mesin printer di hadapan gue selesai memuntahkan kertas dengan cetakan tulisan.

"Chu, Chu.." Taehyung memanggil Gue dan gue hiraukan begitu saja.

Hati gue berdesir, namun Gue harus tetap pada pertahanan Gue.

___

Selesai dengan urusan kuliah, urusan organisasi ini itu gue bermaksud untuk langsung bergegas pulang. Toh Gue sendirian nggak ada Lisa, Rose atau Jennie yang bisa di ajak mampir.

Sebelum pulang Gue mampir ke kedai kopi dekat kampus, sepertinya Gue butuh segelas kopi untuk meredakan penat hari ini.

"Satu latte" ujar Gue ke embak-embak di depan meja order.

"Oke, ditunggu sebentar ya pesanannya." Jawab embaknya sambil menyiapkan pesanan Gue.

Gue masih berdiri di tempat, sambil menyambi mengotak-atik ponsel Gue untuk selanjutnya order ojek online sebagai jasa Gue buat pulang.

"Jichu!" Seru suara yang memaksa Gue menoleh, dan tepat di sebelah gue ada Irene sudah tersenyum hangat dengan dandanannya yang selalu luar biasa, bak putri.

"Eh, Kak Irene" angguk Gue balik menyapa.

"Satu latte," ujar mbak barista.

"Oh, jadi berapa mbak?" Tanya gue.

"Lima belas aja mbak"

Gue langsung merogoh tas dan mengambil dompet Gue, sampai Irene menahan Gue tiba-tiba.

"Satu strawberry milkshake, sekalian latte nya saya yang bayar" ujar Irene sudah menyodorkan uang seratus ribuan.

"Baik," jawab mbaknya langsung menerima.

"Yaaahh jadi enak dong aku" ujar Gue nyengir.

"Dasar ya, by the way lo sendirian Chu?"

"You see?"

"Gue juga sendirian. Gue traktir makan yaa temenin gue ngobrol ya ya ya" ujar Irene sudah menggenggam tangan gue.

"Ee--" Gue susah nolak, dan cuma bisa nyengir.

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang