31👣

1.2K 175 6
                                    

T a e

Rumah dengan warna cat dominan serba putih, dengan gerbang hitam yang warnanya sudah memudar itu tepat di hadapan gue. Gue memarkirkan motor asal, masih setia duduk di badan motor Gue buru-buru melepas helm pelindung kepala. Mengeluarkan ponsel Gue dari saku, memanggil si nyonya yang dari semalam terus memaksa Gue untuk datang ke rumahnya pagi hari. Dan dengan tidak tahu apa maksud dan tujuannya, Gue memenuhi perintahnya dengan sudah berada di depan rumahnya tepat pukul 06.30. Semoga Gue nggak di kira mata-mata oleh tetangga-tetangga Jichu.

"Halo? Dimana?" Sahut gadis di seberang sana.

"Depan pager rumah lo." Jawab gue singkat.

"Wait..Gue oteweee.." ujarnya yang kemudian memutuskan panggilan begitu saja.

Tidak lama gadis lincah itu sudah meneriakkan nama gue sambil melambaikan tangannya, kemudian dia melambaikan tangannya lagi dengan perintah Gue untuk masuk. Gue menurut saja.

"Dingin ya?" Tanyanya yang menangkap Gue sedang meniup tangan gue untuk mentransfer suhu penghangat.

"Ya lo pikir aja, Gue mandi pagi banget dan ngendarain motor kesini jam 6" jawab gue ketus.

"Ikhlas nggak sih sebenarnya?" Sungutnya lebih kesal dari Gue.

"Ikhlas..ikhlas..." Jawab gue menenangkannya, bisa perang dunia ke tiga kalau dia sampai marah.

"Siapa Jis?" Gue harus menghela nafas kasar begitu melihat pawang Jichu nongol, asal tahu saja buat gue bang Jin lebih nyeremin seribu kali lipat di bandingin Kris John sekalipun.

"Ngapain lo pagi-pagi udah kesini? Nggak menerima sumbangan berupa apapun tuh" ujar Bang Jin menunjuk stiker yang bertuliskan kalimat persis dengan kalimat terakhir yang ia ucapkan.

"Nggak usah usil deh lo Kak!" Sungut Jichu seolah mengeluarkan taring dan tanduknya mengintimidasi kakaknya, dan.. bersama dengan Jichu yang menuntun Gue masuk ke rumahnya Gue merasa menang.

"Bundaaa!!! Ada Taehyung!!" Teriak Jichu antusias, Gue aja sampai heran sebenarnya ada apa dengannya hari ini.

"Oh, kamu datang?? Pas banget bunda baru selesai masak bubur beras merah" ujar Bunda seperti biasa, hangat dan ramah.

"Ayo sarapan!" Ujar Jichu segera setelah gue menyalami ibunya. Bang Jin yang menjadi pengamat seolah tersudutkan dan kebingungan dengan situasi yang ada. Asal tahu saja, Gue juga sama bingungnya.

"Memangnya di rumah lo nggak ada makanan ya?" Tanya Bang Jin sambil menatap tajam ke arah Gue.

Gue menelan ludah mendengar pertanyaannya yang menohok.

"Seokjin! Nggak boleh gitu nak," tegur Bunda ke anak sulungnya.

"Tuh Bun, Yah.. kadang-kadang kakak tuh nggak punya penyaring mulut!" Komen Jichu.

"Oy! Sejak kapan mulut ada saringannya??" Tanya Bang Jin sengit ke Jichu.

"Dih, nggak ngerti. Cerdas dikit dong Kak, filter, manner! Sopan santun!" Cerocos Jichu nggak mau kalah.

"Kalian ini, nggak ketemu ditanyain. Ketemu berantem mulu! Udah ah, makan!" Ujar Ayah menengahi.

"Iyaa Yah.." jawab Jichu dan Bang Jin bersamaan. Mereka tampak menjadi anak penurut yang mendengarkan instruksi ayahnya.

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang