👣11

1.5K 212 3
                                    

J i c h u

Gue tuh termasuk orang yang sembrono, dan pelupa garis tebal. Dan kali ini Gue kelupaan buku catatan Gue di ruang sekre, itu buku cukup penting dan pegangan Gue saat di suruh ngajar menggantikan Bu Yeni.

Tiga puluh menit lagi Gue harus masuk kelas menggantikan beliau yang sedang ke luar kota, jadi mau nggak mau gue ke sekre lagi. Tapi, saat Gue sampai sana Gue merasa menyesal.

Gue melihat pemandangan yang tidak ingin dilihat, di sekre ada Kak Irene dengan Taehyung berdua doang. Mereka lagi ketawa-ketiwi berdua. Gue udah sampe depan sekre, nggak lucu banget Gue ngurungin niatan Gue cuma lihat mereka berdua.

Menarik nafas dalam, dan menahan nyeri di dada yang nggak gue pahami apa sebabnya Gue akhirnya masuk.

"Permisi, sori ganggu mau ambil buku Gue yang ketinggalan hehe" cengir Gue

"Eh Jisoo, sini Soo" ujar Kak Irene ramah.

"Hai Kak Irene, Hai Tae" sapa Gue.

Taehyung mengangkat tangan tanda menyapa, dia juga tersenyum ke arah Gue seadanya. Kemudian lanjut membicarakan obrolannya yang terjeda.

"Makasih, Gue permisi dulu Semua" pamit Gue.

"Udah Chu?" Kali ini Tae bertanya.

Gue mengangguk diiringi senyuman. Kak Irene membalas senyuman Gue, dia juga berpesan buat gue hati-hati dan semangat.

Keluar dari sekre entah kenapa leher Gue tercekik, jalan nafas Gue terasa terganggu, dada gue sakit banget. Dan, entah kenapa mata gue panas.

"Duh, Gue kenapa sih" keluh gue sambil mengipasi wajah gue.

Tapi entah kenapa gue nggak bisa nahan diri lagi, kemudian Gue memutuskan untuk ke toilet. Dan yang terjadi selanjutnya, Gue nangis sambil mengingat kejadian tadi.

Bodoh banget Gue, Gue tahu itu. Gue juga meruntuki betapa bodoh dan dramanya Gue. Tapi gue nggak tahu, kenapa semudah ini Gue nangisin Taehyung. Apa tadi gue bilang? Sial! Gue juga benci mengakui kebenaran yang Gue rasakan.

Apalagi kalau gue udah nangis Gue susah berhenti, Gue benci diri Gue sendiri hari ini.

Gue memukul dada gue sendiri keras-keras, Gue butuh nyadarin diri. Kemudian Gue membasuh muka gue dengan air, Gue menyesap sisa ingus di hidung gue. Jadi pilek kan gue, Gue meregangkan pipi Gue berharap akan menyamarkan sisa-sisa tangisan Gue. Gue harus sadar, Gue harus asistensi.

Gue keluar dari toilet buru-buru, beruntung toiletnya sepi. Bisa gila gue kalau ada yang tahu Gue nangis nggak jelas di toilet.

"Chu!" Seru Lisa yang sudah tepat di hadapan gue.

Gue kikuk sendiri, bisa mampus gue kalau ketahuan Lisa Gue baru saja menangis.

"Ehh...Lalalisa.." cengir Gue berkamuflase menjadi si ceria Jichu.

Tapi Lisa bertindak seperti para normal, dia menyelidik wajah Gue.

"Lo kenapa?" Tanya Lisa

"Nggak papa, Gue kenapa? Gue nggak nangis kok hehe" jawab gue.

"Oh lo habis nangis?" Celetuk Lisa.

Sial! Sekali lagi Gue harus mengutuk diri Gue sendiri. Gelagapan Gue mengelak.

"Gue tahu elo Chu, luar dalam. Nggak mau jujur juga?" Desak Lisa.

Jujur pertanyaan Lisa yang mendesak Gue untuk jujur kembali memancing rasa sesak yang sudah sedikit memudar.

"Apaan sih Lis, Gue oke. Nggak ada apa-apa, udah ya gue asistensi dulu" ujar Gue.

Lisa menahan tangan gue, "jangan di paksa, lo nggak baik-baik aja." Ujar Lisa.

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang