35👣

1.5K 204 18
                                    

T a e

Selamat untuk Gue dan Jichu, hari itu adalah hari yang cukup cerah. Langit berwarna biru, ada awan putih meskipun di dominasi warna biru. Matahari juga cukup terik, tapi tidak membuat kebahagiaan kita luntur.

Jichu memakai kebaya peach yang di padukan dengan kain batik yang luwes dan berbeda dari biasanya dia mengenakan wedges 2 cm. Entahlah apakah itu termasuk kategori wedges atau bukan. Gue mengenakan setelan jas dan celana hitam. Gue juga nggak kalah tampan dong.

Hari itu, kami punya toga dan jubah wisuda. Meskipun kami sama bahagianya, tapi kami punya gelar sarjana berbeda.

Gue bisa lulus tepat waktu, tadinya gue mau santai saja. Toh hidup buat dinikmati kan, mumpung masih muda. Tapi Jichu memotivasi Gue, katanya dia ingin wisuda bareng gue.

Dan, untuk itu gue maraton ngejar skripsi dan sidang. Dan karena emang dasarnya Gue cerdas, Gue berhasil juga di wisuda. Bukannya sombong, Gue bahkan dapat gelar cumlaude. Jichu tentu saja cumlaude, dan terbaik.

Bisa dibayangkan dong bibit anak kami kelak, dari ayah dan ibu yang tampan dan cantik udah gitu cerdas pula.

Selesai acara, tentu saja kita merayakan euforia bersama teman, sahabat, keluarga.

___

Gue janji ke Jichu untuk merayakan keberhasilan dan kebahagiaan kelulusan hanya berdua. Mungkin orang-orang bisa menyebutnya kencan.

Tapi, berhubung gue sibuk jadi dua Minggu setelah wisuda baru Gue bisa menepati janji.

Gue mengajak Jichu  ketemu di restoran modern, itu cukup terkenal. Haichi Resto. Meskipun namanya mengandung unsur ke jepang-jepangan, namun restoran itu bukan restoran Jepang. Gayanya elegan, dengan menyediakan aneka makanan Indonesia, western, Itali, dan Japan.

Tidak seperti biasa, Gue datang lebih dulu dan sudah memesankan makanan untuk Jichu. Kita memang sepakat untuk datang sendiri-sendiri. Jichu harus menyelesaikan tugasnya lebih dulu di tempat kerjanya.

Rasanya aneh, Gue yang sudah wisuda pun masih pengangguran dan asik kelayaban sana-sini. Sementara Jichu, selesai sidang langsung magang kerja. Dia memang perempuan luar biasa.

"Maaf telaat.." ujarnya dengan wajah menyesal, nafasnya masih tidak beraturan menandakan dia berlari menghampiri gue.

Gue tersenyum, dia masih sama. Tidak enakan.

"Minum dulu deh" ujar Gue mengulurkan mug ke arahnya.

Dia menyeruput membasahi tenggorokannya.

"Apa nih?" Tanyanya.

"Karamel Macchiato" jawab gue

"Pantes manisnya kaya gue." Jawabnya.

"Wihhh udah di pesenin tiramisu sama steak nih, dalam rangka apa nih?" Ujarnya menarik turunkan alisnya.

"Dinner romantis?" Jawab gue dengan nada bertanya.

Dia menjulurkan lidahnya gigu, dia memang suka bereaksi remeh jika Gue melempar omongan yang terkesan menggombal.

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang