Jangan Bawa Perasaan

3K 104 5
                                    

"Gef lo gila ini di tempat umum !" Sentak Fiona sambil menutup mulut nya.

"Hmm.. ya terus kenapa ?" Mengunyah cookies nya sambil mengalihkan tatapan nya pada buku tulis di hadapannya.

Fiona menggeram kesal dengan respon Geffa. Apa itu tadi, Dia mau bikin jantung anak orang copot. Rasanya waktu ini ingin segera berakhir.

"Gue ga ngerti, kenapa lo minta kita belajar bareng. Sebenernya tanpa belajar pun lo bisa juara ?"

"Ini pengalaman pertama gue ikut acara beginian."

"Apa lo bilang! Lo kan dapet peringkat satu. Sebagai siswa peringkat satu lo harus ikut lomba. Manfaatkan kemampuan lo setidaknya lo bisa bawa nama sekolah dan nama lo nanti buat kuliah."

Fiona tidak habis pikir apa yang ada dipikiran ini orang. Pinter boleh tapi jangan dibawa sendiri buat prestasi untuk dikenang dan membuat bangga orang disekitar serta bermanfaat untuk masa depan.

"Gue ga tau mau jadi apa."

Dari jawaban Geffa tidak seperti yang di diharapan Fiona. Dia terlihat bingung dan ragu buat jawab dari nada suara Geffa. Kali ini Dia melihat sisi lain dari Geffa.

"Cita-cita yang pingin banget lo raih apa ?"

"Lo dulu ?"

Gue nanya dulu jadi kena ke diri sendirikan. Batin Fiona

"Dokter."

"Kenapa ?"

Kenapa yaa?. Sejak kecil memang dokter adalah cita-cita yang sudah bulat mau gue jadikan pandangan gue besok kedepan. Dan gue mau jadi dokter buat orangtua gue buat mereka bisa berobat gratis. Tapi itu bukan jawaban yang pas buat Geffa melihat Geffa bukan orang yang punya perasaan. "Pingin aja, lagian ya kalau jadi dokter lo bisa nolong orang dan lo bisa dipandang pinter dengan jas putih. Kalau lo ?"

"Gue ga punya pandangan." Buat Geffa apa pentingnya cita-cita kalau nanti Dia yang akan meneruskan usaha ayahnya dan semua itu sudah diatur oleh orangtuanya, mereka tidak akan susah dan Dia hanya mengikuti alurnya.

..........

Setelah belajar bersama mereka dengan keterpaksaan Fiona untuk mendalami pelajaran Matematika selama lima jam mereka bersama sampai sore. Akhirnya tiba juga di rumah. "Makasih." Ucap Fiona cepat lalu membuka pintu mobil dan menutupnya

Geffa menurunkan kaca mobilnya. "Lo harus sering-sering buka hp. Lo masih ingetkan perjanjian kita."

"Iya iya gue tau."

Lalu Geffa melajukan mobilnya pergi.

Sesampainya Fiona di kamar Dia berbaring di kasur. Memikirkan pertemuannya dengan Geffa. Hari yang aneh perasaan ini ga hilang. Sebenarnya yang dilakukan Geffa tadi apa ! Kenapa dia melakukannya !. Ini buat ku gila. "Dasar cowok!"

..........

Sekolah hari ini terasa tenang. Sebelumnya Fiona merasa kawatir dengan yang di minta Geffa untuk terus mengktifkan hp nya takut Geffa akan berbuat aneh dengan mendatangi rumahnya langsung.

Sampai pagi nya di sekolah Dia pun belum melihat Geffa. Itu memang pertanda keberuntungan hari nya.

"Fi ke kantin yuk." Ajak Elsa

"Yuk ku juga udah laper ini."

Fiona dan Elsa berjalan menuju kantin dan melewati lapangan basket tempat anak-anak basket dan anak dance latihan di saat jam istirahat.

RANKING 1 Vs RANKING 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang