Olimpiade

4.1K 145 1
                                    

"Fi udah lihat mading ?"

"Belum El emang kenapa ?" Sambil terus menatap layar laptop dan jari jari tangannya tidak berhenti mengetik.

"Ngakunya anak mading. Ikutan jurnalis tapi masalah mading hari ini gak tau."

Fiona tergenti menoleh ke arah Elsa. "Urusan gue gak di satu tempat aja ya."

"Oke terserah. Tapi ini masalah penting. Nama Fiona masuk dalam jajaran yang akan maju di olimpiade matematika mewakili dan lah kita tercinta !." Elsa menekankan setipa kata yang terucap memastikan sahabatnya ini mendengarkan dengan baik.

Mendemgar kata Fiona masuk olimpiade. Kaget bukan main. Ia merasa tudak mendaftar apa pun untuk mengikuti olimpiade. Bagaimana bisa?

"Bentar El ini beneran. Gak bohong atau mungkin salah nama ?"

"Bagus dong kalau lolos buat maju di olimpiade. Bersyukur dong. Nih ya gue yang daftar aja gak masuk."

"Apa?! Bentar pasti ada kesalah pahaman. Gue gak mendaftarkan nama ke olimpiade itu. Emang gue mau bunuh diri, kan lo tau gue gak suka mtk."

Elsa yang mendengar juga terheran. "Temuin Pak Agus buat klarifikasi."

Menghela nafas. "Baiklah lo tungguin laptop."

..........

Fiona tiba di ruang guru untuk menemui Pak Agus yaitu guru matematika yang paling dibencinya. Rame para guru sedang istirahat. Terlihat Pak Agus sedang sibuk didepan tumpukan kertas mungkin menilai hasil tugas para murit.

"Permisi pak, maaf mengganggu sebentar. Ada yang mau saya tanyakan."

"Eh Fiona toh, iya iya silakan bapak juga mau menyampaikan sesuatu. Kamu dulu ada apa ?"

"Begini pak saya kan masuk olimpiade mtk tapi saya merasa tidak mendaftar kan nama saya."

"Oalah itu, saya juga mau bilang masalah itu. Tadinya saya juga gak memasukkan nama kamu tapi salah satu kadidat olimpiade ini bilang mau nya dipasangin sama kamu kalau gak gitu Dia gak jadi ikut."

Mengerutkan alis. Bingung. "Pak tapi gak bisa diganti aja ya."

"Kamu tanyakan langsung ke anaknya aja ya. Nanti kalau udah setuju kamu jadi ikut atau enggak hubungin saya lagi."

"Siapa anak itu pak ?"

"Loh kamu belum tau ya. Itu Geffa jenal kan. Katanya deket."

Mendengar nama itu Fiona mulai panas di telinganya. Geffa kenapa bisa anak itu. "Iya baik saya permisi dulu. Maaf telah mengganggu Bapak."

Keluar ruang guru Fiona yang amarah nya tertahan. Jadi ingin meledak-ledak sekarang. Kenal dekat apanya yang dikatakan Pak Agus rasanya ingin mati kalau dekat pembawa sial itu.

..........

Fiona menunggu di parkiran tepat disebelah mobil milik Geffa. Ia tau karena tadi sempat tanya random salah satu murit oerempuan kalau Geffa naik mobil.

"Ngapain disini." sarkas Geffa

"Lo kurang kerjaan ya. Ngapain lo ikutin nama gue di olimpiade mtk tau kan gue gak suka sama matematika."

"Berapa kali gue harus ngingetin kalau lo masih dalam tahap penebusan dosa. Sebener nya mtk lo gak buruk juga."

"Tapi gue gak mau. Bisa gak lo ngomong ke Pak Agus buat ganti patner aja, jangan gue."

Geffa terdiam sejenak mempertimbangkan permintaan Fiona. Tapi sepertinya tidak berjalan mulus.

"Lo mundur dari olimpiade atau lo harus nyetirin mobil gue sebagai pengganti supir selama seminggu."

Tercengang. "Apa lo bilang !!"

"Budek ya. Gue gak terima jawaban enggak pilih salah satu atau keduanya juga boleh."

Kesal bukan main. Fiona diberikan tawaran yang sama-sama merugikan. "Oke gue milih ikut tapi jangan salahin kalau nanti di olimpiade lo gak juara karna salah milih pasangan !" Setelah menjawab itu. Fiona langsung meninggalkan Geffa tanpa mendengan balasan. Ia terlanjur meledak dan rasa nya ingin meninju mulut pedas Geffa.

"Terakhir dia bilang gak bisa mtk tapi waktu dipaksa ngerjain pr mtk jawaban nya bener semua." Geffa tersenyum sendiri.

..........

Sepulangnya Fiona dan mama berencana untuk membuat kue coklat. Hitung-hitung untuk meredap rasa kesalnya yang sudah diujung tanduk.

"Ma ini tepung dulu atau telur sih."

"Telur dulu kak. Diresep nya kan ditulis telur dulu."

"Iya ma abis takut salah."

"Kakak mangkanya anak cewek apalagi udah besar seperti sekarang harus pinter masak."

"Iya ma ini juga lagi bantuin mama."

Fiona dan mama nya sibuk didapur untuk membuat kue coklat. Ini pertama kalinya dari sekian lama Fiona tidak membantu mama nya karena sibuk dengan tugas sekolah. Hari minggu ini dimanfaatnya dengan acara membuat kue.

Olimpiade matematika. Fiona masih memikirkan cara belajar efektif untuk tembus juara. Tapi setelah ditimbang Fiona gak perlu berusaha keras lagian masih ada anak peringkat pertama yang membuatnya harus ikut pelajaran yang dibencinya ini.

Setelah berkutat dalam adonan. Akhirnya tiba untuk memasukkan kue coklat ke oven. Menunggu selagi jadi, fiona menyalakn tv dan merebahkan tubuhnya ke sofa.

Tidak lama berselang. Notif chat Whatsapp masuk ke hp Fiona. Dibukanya.

+6283244444444
Online

Gue ke rumah lo

10.15

Geffa

10.15

"Apan sih nih anak. Kurang kerjaan banget." Sebal. Diketikkannya balasan.

Gue gak di rumah

10.17✔✔

Tok...tokk..
"Biar Fio aja ma."

"Iya. Uangnya ada sebelah telfon."

Tiba juga mas okjek yang membawakan pesanan makanan ikan bakar dan ayam bakar pesanan di rumah makan. Hari minggu seperti ini sudah biasa kalau mama nya suka malas untuk masak.

Tapi setelah dibukanya pintu. Pupus sudah ikan dan ayam bakar. Ternyata Geffa berdiri dihadapannya sekarang di rumahnya.

"Hai Fiona Afifah Miranda." Dengan senyum mematikan.

..........

Nb:  anggap centang merah jadi biru guys 😂 (✔✔)

RANKING 1 Vs RANKING 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang