Tidak Lebih

786 48 0
                                    

Perwakilan semua sekolah dipulangkan hari ini. Sejak semalam sikap Tita berubah menjadi seperti menghindarinya. Fiona bingung harus apa. Ia tidak tahu kesalahannya apa. Apa gara-gara kemarin Tita menunggu lama karena kunci Ia bawa.

Semua menunggu bis yang mengantarkan ke stasiun di lobby hotel. Fiona melihat distu ada Okta. Gawat Ia tidak ingin bertemu sekarang. Ia pun menghampiri Indah dan Elva pura-pura tidak melihat Okta.

“Hai guys.” Sapa Fiona
“Hai Fi.” Jawab Indah
“Gue gak mau pulang, gue udah betah banget disini.” Ucap Elva
“Yah namanya juga hotel mereka menyediakan tempat dan fasilitas dari apa yang kita bayar.”
“Lo harus merubah rumah lo di Jakarta agar lo betah serti di hotel.”
“Itu kayak nya hanya bisa di angan-angan gue aja hehe.”

Bis sudah datang Fiona memastikan kalau Okta sudah naik dulu lalu Ia akan naik. Kursi sudah terisi penuh dan ternyata Okta duduk dengan Tita.

Okta seperti akan mengatakan sesuatu tapi Fiona langsung melewatinya kemudian bertemu lagi dengan Geffa.
“Minggir gue mau dekat kaca.”
“Siapa cepat dia yang dapat.”
“Minggir atau enggak ?” Fiona menarik-narik baju Geffa yang membuatnya risih.
“Iya gue pindah, dasar bawel.”
“Gitu dong.” Fiona mendapatkan duduknya meski cowok yang satu ini harus dipaksa untuk membuatnya peka.

Sampainya di stasiun Fiona menemukan tempat duduknya masih kosong. Ia memilih duduk dekat kaca.
“Itu nomer tempat duduk gue.” kata Geffa.
“Ingat SIAPA CEPAT DIA DAPAT.” Fiona menekan katanya.

Geffa mengalah. Fiona menghembuskan nafas nya. Ia harus duduk disebelah dia lagi.
Selama perjalanan Fiona tertidur.

Bahu Geffa dijadikan bantalan. Ia tidak protes dan membiarkan Fiona tidur disitu sampai tangannya pun sangat dekat dengan Fiona.

Sampai di sekolah. Fiona mengeluarkan kopernya lalu duduk di kursi depan kelas. Okta pun menghampiri duduk di sebelah Fiona.
“Hai.” Sapa Okta

“Uhm untuk jawabannya. Aku tidak bisa menggantikan sahabatku menjadi sesuatu yang berbeda. Karena kamu adalah sahabat terbaik dan sama pentingnya.”

“Hanya sahabat.”

“Kau tahu sahabat juga tidak akan pergi. Kau juga tidak akan pergi kan setelah mendengar jawababku ? Aku masih belum bisa ketahap melebihi persahabatan.”

Okta tersenyum mendengar alasan Fiona. Ia hanya akan menganggapnya sahabat. Setidaknya Ia adalah sahabat terbaik dan terpenting bagi Fiona.

Okta memeluk Fiona “Terima kasih.” Ucapnya
Fiona membalas pelukan sahabatnya “Sama-sama.” lalu melepaskannya.
Okta berjalan pergi.

...........

Fiona tidur dikasurnya menatap ke langit-langit kamarnya. Ia menarik ikat rambutnya lalu memandangi tali nya.

“Apa yang akan aku lakukan setelah ini ?” bertanya ke talinya

RANKING 1 Vs RANKING 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang