"Jadi sekarang kamu bagaimana? Sudah sehat?"
Pertanyaan Naura membuat Aiza kembali menatap Kakak kandungnya itu setelah Alex menghubungi Naura beberapa hari yang lalu dan mengatakan bahwa Aiza dirawat dirumah sakit saat Devika mencelakai dirinya.
"Alhamdulillah sehat."
"Akhir-akhir ini kamu jarang hubungin Kakak. Kakak ngerti kamu sibuk. Tapi kalau ada apa-apa lain kali hubungin Kakak. Kalau bukan Alex yang melakukannya Kakak tidak tahu kamu sakit "
"Alex?" Aiza terkejut dan tidak menyangka kalau nama pria itu terlontar begitu saja melalui bibir Naura. Dan, bukankah Alex seorang pimpinan pemerintahan yang menjadi tempat magangnya sebulan yang lalu sebelum berakhir?
"Kamu lupa sama Alex? Dulu dia itu tetangga kita. Temen kecil kamu walaupun kalian berbeda usia." jelas Naura lagi.
"Aku tidak mengingatnya."
Naura beranjak dari duduknya di pinggiran kasur. Kemudian menggendong tubuh putrinya yang baru saja tertidur di sofa empuk kamar hotel.
Semenjak mengetahui Aiza dirawat dirumah sakit, saat itulah Naura berangkat menuju Samarinda bersama suaminya untuk melihat keadaan Aiza dan memilih menginap di sebuah hotel.
"Sebelum kamu mengalami kecelakaan, Alex itu sering bermain sama kamu. Dia juga yang ngajarin kamu belajar kalau ada mata pelajaran yang tidak kamu ngerti."
Aiza terdiam dan termenung mendengar semua penjelasan kakaknya itu. Tapi Aiza tidak bisa mengelak saat melihat wajah Alex ia sendiri seperti ada merasakan sesuatu. Sebuah kenangan masalalu yang indah.
"Berbulan-bulan kamu lupa ingatan. Dia sering jenguk kamu, liat keadaan kamu." lontar Naura lagi. "Bahkan dia berharap banget sebelum berangkat kuliah di Malaysia kamu sudah sembuh dan ingat semuanya."
Naura merebahkan tubuh Hafizah diatas kasur empuk berukuran king size. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.10 malam ketika saat ini Aiza masih mengunjungi kakaknya sementara Daniel, Pria itu yang merupakan suami Naura itu pun memilih menikmati secangkir kopi hitam di cafe lantai atas.
"Semenjak kepergian Alex menempuh pendidikan kuliah di Malaysia, almarhum Ayah dan Ibu sudah tidak dengar kabar Alex. Apalagi waktu itu Kakak juga sibuk di luar kota." jelas Naura.
Aiza masih tidak berkomentar seperti sebelumnya. Kenyataan mendapati bahwa Alex adalah tetangganya waktu kecil membuatnya sedikit terkejut.
Aiza terlalu banyak berpikir sehingga ia pun memegang kepalannya sendiri. Aiza merasa kepalanya pusing.
"Kamu, baik-baik saja?" tanya Naura dengan nada khawatir, ia pun segera mengirimkan pesan singkat pada Daniel untuk minta tolong agar mengantarkan Aiza pulang.
"Aku baik-baik saja."
"Kamu itu pernah amnesia, jangan terlalu banyak berpikir. Kepala kamu bisa pusing."
Dan pintu terbuka. Masuklah sosok Daniel sambil dengan tatapan serius.
"Barusan aku bertemu Alex. Aapakah Kalian mengenalnya?"
"Itu tetanggaku dulu Mas. Kenapa?" sahut Naura.
Daniel tersenyum. "Mas cuma nanya doang. Mungkin saja apa yang dia omongkan tadi beneran kalian, bukan orang lain. Ah lebih tepatnya untuk Aiza."
Aiza terkejut, namun karena sikapnya yang pendiam lagi-lagi Aiza berusaha bersikap biasa. "Maaf, dia bicara apa Kak?" tanya Aiza penasaran.
"Tidak banyak. Hanya obrolan para pria mengenai politik, sisanya dia cuma bilang katanya suka sama kamu dan secepatnya ingin ta'aruf sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam
RomanceKetika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, an...