52 - Mencintaimu Dalam Diam

84.5K 4.2K 169
                                    

Assalamualaikum Aiza..

Aku hanya bisa malu karena dimasalalu pernah menyakiti dirimu Aiza. Aku pernah menyiram sebotol air di kepalamu saat di kampus sehingga baju kamu basah. Aku juga pernah menamparmu dan parahnya lagi, aku juga pernah menguncimu di toilet minimarkert Bunda tempat kamu bekerja. Semua kulakukan karena aku cemburu. Aku benar-benar iri denganmu yang hanya gadis biasa-biasa saja tapi Kak Vino menyukaimu.

Aku mohon tolong maafkan aku Aiza. Sejak aku mengikhlaskan Kak Vino menyukaimu dan menjadi suamimu, saat itulah aku mencoba bersabar. Saat itu aku masih malu hanya untuk meminta maaf denganmu hingga suatu musibah terjadi dengan Kak Vin yang kecelakaan dan mengalami kebutaan. Karena itu, sebagai permintaan maaf ku.. Demi Allah dengan rasa ikhlas aku akan mendonorkan korneaku pada Kak Vin. Aku sudah mendaftarkan diri ke Bank mata Indonesia.

Semoga kamu bahagia ya dengan Kak Vino. Sekali lagi maafkan aku. Aku titip Kak Vino. Semoga kalian langgeng. Alhamdulillah akhirnya Kak Vino sudah menemukan cinta sejatinya.. doakan adik iparmu Fikri semoga suatu saat dia bisa mendapatkan jodoh yang terbaik bila aku pergi dari dunia ini.. sampaikan sala ku pada Fikri dan katakan padanya terima kasih sudah menyukaiku..

Asalamualaikum Warahmatulahi Wabarokatuh.

Devika

Dan Aiza menangis dalam diam. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Devika berkorban demi Arvino meskipun kematian bukanlah keinginannya. Ternyata Devika sudah mempersiapkan semuanya bila ia pergi dari dunia ini dan kornea tersebut akan ia donorkan kepada orang lain yang membutuhkan. Namun siapa sangka kalau takdir berkata bahwa Arvino yang menerima donor kornea dari Devika. Karena memang sudah jalannya dan sudah waktunya umur Devika habis. Arvino sedang berada diruang kerjanya. Selagi menunggu kedatangan suaminya kedalam kamar, Aiza pun berinisiatif menghubungi Fikri sesuai isi pesan Devika tadi. Bagi Aiza itu adalah sebuah amanah.

Aiza mencoba menghubungi Fikri. Awalnya tidak direspon namun saat pada panggilan ketiga, akhirnya Fikri pun menerima panggilan tersebut.

"Asalamualaikum.." ucap Aiza dengan ragu.

"Wa'alaikumussalam. Maaf ini siapa?"

"I-ini aku.."

"Siapa?"

"A-aiza.. ini aku Aiza." jawab Aiza dengan terbata-bata.

Tidak ada sahutan apapun selanjutnya. Yang Aiza dengar hanya kesunyian dibalik panggilan teleponnya.

"Halo? I-ini Fikri kan?"

Tut..Tut.. tut... Panggilan terputus begitu saja. Aiza merasa bingung. Ia mencoba menghubunginya lagi namun Fikri malah merijeck panggilannya. Aiza hanya terdiam. Ia sudah tidak mencoba menghubungi Fikri lagi. Perasaanya tak menentu. Hingga sebuah pesan singkat dari Fikri pun masuk di ponselnya.

"Kamu tidak perlu menghubungiku lagi. Dan aku tidak pernah mau menghubungi mu sampai kapanpun. Jangan harap kamu bisa menganggapku adik ipar dan aku tidak sudi jika itu terjadi Aiza. Kamu hanyalah wanita pembawa sial di keluarga Azka dan keluarga pak Amran. Jika saja waktu itu kamu tidak bersikap bodoh pergi ke Balikpapan mungkin kak Vino tidak akan pernah mendatangimu hingga menyebabkan kecelakaan dan mengalami kebutaan. Dan Devika meninggal gara-gara kamu. Hilangkan saja semua harapan tentang kebahagiaanmu bersama Arvino karena aku yakin semua orang akan menyalahkanmu sebagai penyebab kematian Devika! Kamu sudah membuat ayah dan bunda bersedih atas kematian Devika. Asal kamu tau Aiza... Semua resepsi yang Arvino berikan padamu adalah milikku yang seharusnya akan aku lakukan bersama Devika! Lebih baik kamu pergi dari keluarga Azka! Aku tidak akan memaafkanmu sampai kapanpun!"

Mencintaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang