44 - Mencintaimu Dalam Diam

91.1K 5.1K 154
                                    

Arvino tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Aiza itu tidak banyak berbicara. Aiza itu pemalu. Bahkan Aiza memilihnya sebagai pria yang menjadi cinta pertamanya. Dan satu lagi. Aiza itu penuh kejutan.

Penuh kejutan karena sekali berbicara dengan kata-kata yang panjang sedikit banyaknya akan membuat jantungnya berdebar-debar seperti seorang pria yang baru merasakan kasmaran pertama kalinya.

Contohnya saat ini. Setelah Aiza mencium keningnya lagi-lagi istrinya itu merasa malu dan menyembunyikan wajahnya yang merona merah di lehernya.

Arvino mengelus punggung Aiza dengan lembut beserta rambut panjangnya yang menempel di punggungnya setelah istrinya itu melepaskan khimarnya.

"Mas boleh tanya sesuatu gak sama kamu."

"Gak boleh."

"Kok gitu."

"Bolehnya cuma jatuh cinta aja."

Arvino tertawa karena ini adalah yang kesekian kalinya lagi-lagi ucapan Aiza yang membuatnya membuncah rasa bahagia.

"Kan sudah. Buktinya mas lamar kamu dan nikahi kamu."

"Iya."

"Terus."

"Suka sama aku kapan?" tanya Aiza malu-malu.

"Sudah lama."

"Sejak?"

"Em... " Arvino memeluk tubuh Aiza dengan erat. Bahkan mencium puncak kepalanya. "Waktu pagi-pagi mas gak sengaja nabrak kamu di koridor kampus. Terus kamu kayak kebingungan cari toilet dan masih kasih tau dimana tempatnya dan lihat baju kamu kena kubangan lumpur."

"Itu semua gara-gara mas." ucap Aiza ketika teringat hal tersebut.

"Ah masa."

"Iya."

"Bohong."

"Aku gak bohong." lontar Aiza lagi.

Arvino kembali tertawa geli. Ia pun merubah posisinya dan kini memeluk Aiza dari samping. Tubuh Arvino terasa hangat di punggung Aiza.

"Untuk apa bohong? Sekarang mas gak mau bohong lagi. Apalagi ke kamu."

"Kenapa?"

"Karena sesama pasangan harus saling jujur."

"Boleh aku jujur?" tanya Aiza ragu.

"Soal?"

Aiza terlihat ragu. Segala perbincangan bersama Arvino mungkin adalah hal yang biasa tapi itulah yang mereka lakukan saat ini agar hubungan keduanya saling dekat dan rasa kecanggungan diantara keduanya akan menghilang seiring berjalannya waktu.

"Tapi jangan marah."

"Kenapa sih?"

"Aku..."

"Aku kenapa?" tanya Arvino penasaran.

"Aku gak bisa masak mas."

"Mas nikahi kamu itu untuk hijrah bersama. Bukan cari koki."

"Aku juga gak pandai dandan didepan mas."

"Kamu sudah cantik tanpa dandan dan mas cari istri yang apa adanya, bukan cari tukang makeup."

Aiza tersenyum kecil ketika Arvino menerima semua kekurangan.

"Aku sering bangun siang mas."

"Nanti mas bangunin pakai morning kiss biar gak kesiangan."

Wajah Aiza bersemu merah oleh kata-kata Arvino barusan. Ya ampun, hanya untuk mencium kening Arvino saja butuh keberanian ekstra yang harus ia lakukan. Demi membahagiakan hati si mas Aiza rela melakukannya. Hingga sebuah ketakutan terlintas begitu saja di pikiran Aiza.

Mencintaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang