31 - Mencintaimu Dalam Diam

81.9K 5K 169
                                    


Hari semakin membosankan bagi Aiza. Tak hanya bosan, kegalauan hati serta gundah gulana membuat Aiza semakin terpuruk ketika pria yang ia sukai itu semakin menjauhinya. Siapa lagi kalau bukan Arvino.

Saat ini, Aiza tengah duduk dengan gelisah sembari menunggu giliran dirinya untuk melakukan bimbingan skripsi pada Arvino. Arvino masih fokus membimbing skripsi mahasiswa lain yang hanya tinggal satu orang saja diruangan tersebut.

Dalam kegelisahan dan diamnya, Aiza berusaha mengalihkan dengan membuka aplikasi membaca novel gratis di Wattpad melalui ponselnya. Aiza terhenyuk ketika membaca sebuah kisah yang berakhir dengan kisah sad ending. Situasi yang saat ini sedang datang bulan membuat Aiza mengalami pembawaan perasaan bahkan berakhir dengan air mata yang meluruh di pipinya.

Mahasiswi tadi akhirnya selesai. Ia pun segera pergi dari ruangan tersebut dan Arvino segera mengalihkan tatapannya pada Aiza.

"Sudah siap dengan skrip-" Arvino terdiam ketika melihat Aiza yang menundukan wajahnya sambil memegang ponsel dan mengeluarkan air matanya.

"Ada apa dengan gadis itu?" ucap Arvino dalam hati.

Aiza terus saja menangis membaca kisah tersebut di ponselnya hingga suara dehaman dari Arvino membuat Aiza mengentikan membaca kelanjutan ceritanya serta menghapus dengan cepat air mata yang mengalir di pipinya. Ah ternyata memang susah kalau seorang wanita lagi sensitif dan pms.

"Saya menunggu kamu sejak 5 menit yang lalu untuk melakukan bimbingan skripsi. Bukan nontonin kamu yang lagi menangis!" ketus Arvino.

Aiza sedikit terkejut mendengar nada bicara Arvino yang terdengar ketus. Inilah yang membuatnya galau dan gundah mendapati sikap Arvino yang cenderung dingin apalagi menghindarinya.

"Maafkan saya pak."

Arvino mendengus kesal. "Mana skripsi kamu? Saya mau lihat. Kalau bisa selesaikan tahun ini karena saya akan mengundurkan diri sebagai dosen di universitas ini."

Aiza terkejut "A-apa? Bapak mau ngundurkan diri? Kenapa?"

"Tumben kamu mau cari tau tentang saya? Biasanya juga kamu tidak perduli sama saya." sindir Arvino yang memilih membolak balikan halaman demi halaman skripi Aiza bahkan sengaja tidak menatapnya.

Mendadak hati Aiza pilu. Arvino benar. Selama ini ia berlaku tidak peduli dengan pria itu. Selama ini ia berpura-pura tentang semuanya akan baik-baik saja. Ia sudah mengabaikan seorang pria yang berusaha memperjuangkan dirinya sepenuh hati meskipun rasa ketakutan terbesarnya masih ada.

"Maaf."

"Skripsi kamu salah lagi!"

"Apa? Yang mana pak?"

Arvino menyodorkan skripi tersebut pada Aiza bahkan tidak tanggung-tanggung kembali mencoretnya dengan bolpoin dan berakhir dengan dirinya yang harus merevisi ulang, mengetik, bahkan mengeprint kembali. Benar-benar pemborosan sebuah kertas namun begitulah perjuangan seorang mahasiswa ketika ingin mencapai gelar sarjana.

"Yang ini!" tunjuk Arvino.

"Peran semiotika adalah mempelajari tentang tanda dan menterjemahkannya menjadi suatu pesan komunikasi. Ada pria yang memakai baju pink, lalu semiotika menterjemahkannya menjadi suatu pesan. Misal menggunakan teori Roland Barthes yang menggunakan Denotasi, Konotasi, dan Mitos.
Denotasinya 'baju berwarna pink'
Konotasi 'pria memakai baju pink'
Mitos 'pink artinya feminim'
Kesimpulannya pria yang menggunakan baju pink tersebut memiliki sifat yang feminim. Apa kamu paham?"

Aiza mengangguk. "Saya paham pak."

"Kesalahan kamu disini adalah kamu tidak menyertakan kesimpulannya!"

Mencintaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang