7 - Mencintaimu Dalam Diam

125K 6.9K 32
                                    

Aiza menatap secarik kertas bertuliskan kwitansi atas nama dirinya dengan rincian biaya semua rawat inapnya selama dirumah sakit.

Memang, Aiza diopname hanya satu hari dan semua itu memakan biaya kurang lebih hampir satu juta rupiah apalagi Arvino menyuruh pihak rumah sakit untuk merawatnya di ruang kelas satu.

Sekarang, Aiza mulai berpikir bagaimana saat ini ia harus mengganti semua hutang Arvino mengunakan uang, Bukan dengan kesepakatan pria itu.

Aiza tidak bodoh, ia punya harga diri yang baik sebagai seorang wanita muslimah dan mampu menjaga sekaligus menempatkan dirinya disetiap situasi.

Suara pintu terketuk dan membuat Aiza pada akhirnya memilih berdiri dari duduknya dari segala lamunannya untuk segera membukakan pintu saat Reva berdiri didepan kamar kostnya sambil membawa nampan berisikan makanan.

"Reva?"

"Asalamualaikum. Em boleh aku masuk?"

"Wa'alaikumussalam Reva, masuklah." Aiza mempersilahkan Reva untuk memasuki kamar kostnya lalu menaruh nampan diatas meja yang terletak disudut ruangan.

"Kebetulan hari ini aku masak didapur dan sekalian saja aku membuatkanmu bubur dan sup ayam."

"Terima kasih." Aiza tersenyum tipis dengan raut wajahnya yang masih pucat. "Sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot dengan semua ini."

Reva menggeleng. "Tidak masalah Aiza. Ini adalah hal yang biasa. Bukankah sesama teman harus saling tolong menolong? Apalagi kita bertetangga. Lebih baik kamu cepat memakan makananmu dan meminum obatnya kemudian segera beristirahat."

Dengan perhatian, Reva menarik pergelangan tangan Aiza kemudian mengajaknya duduk secara lesehan diatas karpet berbulu tebal lalu Reva pun segera menyajikan nampan yang berisi makanan tadi di hadapan Aiza.

"Ini." Reva mulai menyendokan kuah sup beserta potongan sayur dan ayam kedalam mangkuk bubur.

"Kamu harus menghabiskannya supaya kenyang dan maagmu tidak kambuh lagi."

Aiza hanya terdiam melihat Reva yang menyajikan makanan tersebut didepannya. Sebenarnya, Aiza sedang tidak mood untuk makan karena efek air liurnya yang masih pahit.

Namun, sejak kemarin Reva sudah banyak membantunya sehingga membuat Aiza pada akhirnya hanya diam menurut dan mulai menyendokan sesuap bubur kedalam mulutnya.

Reva memperhatikan Aiza yang mulai memakan bubur dan sup ayam buatannya dalam diam.

Aiza memang sangat pendiam dan tidak banyak berbicara meskipun sejak tadi hati dan pikiran Reva terus saja bertanya-tanya tentang kejadian kemarin. Anggaplah saat ini ia sedang dalam tingkatan kepo atau ingin tahu.

"Em Za, boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Aiza yang sejak tadi mengunyah buburnya dalam diam, akhirnya menatap Reva dengan raut wajah temannya itu yang dipenuhi tanda tanya.

"Bertanya apa?"

Reva menggaruk tengkuknya. "Em, soal Pak Arvino."

Niat Aiza yang ingin menyuapkan bubur kedalam mulutnya terhenti begitu saja. Tiba-tiba jantungnya berdegup tidak karuan dan gelisah hanya karena mendengar nama Arvino.

Sebisa mungkin, Aiza tetap mempertahankan gesture tubuhnya agar tidak ketahuan oleh wanita berlesung pipi didepannya ini.

"Kamu sedang tidak ada apa-apa dengan Pak Arvino kan?"

"Ma-maksudmu?" Aiza menatap Reva dengan was-was.

"Em begini." Reva menatap Aiza dengan serius. "Sebenarnya sejak kemarin aku berusaha untuk tidak menanyakan hal ini padamu Za tapi aku rasa kamu harus tau mengenai hal ini."

Mencintaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang