"Berhenti!"Suara yang kali ini terdengar sangat lantang membuat dua orang pria yang berniat mencelakai Aiza pun menoleh dan mendapati Arvino tengah menatap mereka dengan amarah.
Tentu saja marah karena Arvino tidak rela jika gadis sebaik dan sepolos Aiza akan di apa-apain oleh dua orang pria yang mabuk dan tak dikenal.Rasa tenang dan bersyukur terucap didalam hati Aiza. Allah mengirimkan Arvino untuk menolongnya. Namun ada sedikit penyesalan dihatinya ketika ia melupakan kakak iparnya yang saat ini kebingungan mencari dirinya.
"Jangan ganggu dia! Lepaskan gadis itu!" bentak Arvino lagi.
"Kami tidak akan melepaskannya!" tanpa diduga, salah satu dari pria pemabuk tadi menarik pergelangan tangan Aiza kemudian menguncinya dari belakang.
Aiza meringis oleh deraian air mata yang ketakutan. "T-tolong lepaskan saya."
"Kami tidak akan melepaskan sebelum menyerahkan semua harta kalian!"
"Pak, jangan serahkan apapun!" cegah Aiza menatap Arvino.
"Berani-beraninya kamu hasut dia! Hah!" ucap pria tadi pada Aiza. "Nyawa atau harta?!" dan lagi, ia mengeluarkan pisau di balik jaketnya dan menodongkan kearah leher Aiza.
Aiza memejamkan kedua matanya yang sudah memanas karena akan menangis ketakutan.Sebisa mungkin, Arvino bertindak hati-hati agar tidak gegabah. Pria tak dikenal didepan matanya ini sedang menodongkan senjata tajam pada Aiza. Jika tidak waspada, nyawa Aiza bisa melayang.
"Cepat! Kami tidak banyak waktu atau gadis ini akan mati!"
"Baiklah-baiklah tenang. Saya-"
"Angkat tanganmu!"
Dengan terpaksa, Arvino mengangkat kedua tangannya diatas kemudian salah satu pria yang sejak tadi belum mendapatkan tugasnya kini mulai menjalankan aksinya dengan mendekati Arvino dan mulai merogoh seluruh saku pakaiannya hingga menemukan sebuah ponsel dan dompetnya.
Pria itu segera mengambilnya bahkan Arvino tidak bisa berkutik meskipun ia hanya bisa diam tanpa melakukan perlawanan. Terlalu beresiko dan harta bukan segalanya bagi Arvino saat ini.
"Ini! Ambil saja gadismu!" dengan kasar, pria itu mendorong tubuh Aiza kearah Arvino hingga gadis itu jatuh kedalam pelukannya.
Arvino segera melepaskan Aiza dan membawa Aiza kebagian belakang punggungnya. "Pergi dari sini! Silahkan bawa semua harta saya!"
"Ck! tentu saja."
Kedua pria itu akhirnya pergi dengan membawa seluruh harta Arvino. Aiza memegang degup jantungnya yang masih syok ketika di todong pisau oleh perampok tadi. Hingga suara penegasan dari Arvino membuat Aiza terdiam sambil menundukkan wajahnya.
"Saya sudah bilang. Kamu itu perempuan, gak baik pulang malam-malam begini." kesal Arvino sambil berkacak pinggang. Ia menatap Aiza dengan tajam meskipun gadis itu terlihat menundukan wajahnya.
"Dan saya juga sering bilang. Kalau kamu menerima lamaran saya, setidaknya saya bisa jagain kamu. Saya bisa antar kamu kemanapun kamu pergi. Saya bisa temanin kamu supaya kamu gak sendirian lagi."
Aiza mengeluarkan air mata sambil menundukan wajahnya. Apa yang dikatakan Arvino memang benar. Tapi ia bisa apa? jika menerima pria itu tetapi ancaman para wanita diluar sana akan menyakitinya.
"Saya jadi serba salah. Coba liat sekarang." lontar Arvino lagi. "Sekarang kamu nangis. Tangan saya ini gatal pengen menghapus air mata di pipi kamu. Saya berusaha mati-matian tidak meluk kamu, nyentuh kamu, nenangkan hati kamu bahkan menjadi sandaran kamu disaat kamu butuh seseorang yang ngertiin kamu. Saya ngerti kita bukan pasangan halal. Justru dari tiga tahun yang lalu saya sudah berniat halalin kamu. Tapi saya gak habis pikir, kenapa kamu masih menolak saya cuma karena takut dengan wanita-wanita yang diluar sana. Apa kamu meragukan saya yang gak bisa jaga kamu?" kesal Arvino yang kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam
RomansaKetika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, an...