"Apa anda yakin dengan semua ini Bu Devika?"Seorang pria paruh baya bernama Pak Rio yang berprofesi sebagai pengacara berusia 40 tahun itu kini menatap Devika dengan serius di hadapannya. Pria itu kembali membaca surat penting yang ia pegang berisi kesepakatan Devika dan sesekali sambil membenahi kaca matanya.
"Saya sudah yakin. Pastikan jika semua ini tidak ada yang tahu sampai situasinya benar-benar tepat." kata Devika dengan penuh keyakinan.
"Bagaimana dengan kakak anda Devian? Saya yakin dia akan kecewa dengan hal ini."
"Saya tahu. Niat saya baik meskipun akan mengecewakannya."
Pak Rio hanya mengangguk patuh kemudian segera memasukkan surat penting tersebut kedalam tas kerja yang selalu ia bawa kemanapun jika berurusan dengan kliennya.
"Kalau begitu saya permisi."
Devika hanya mengangguk bahkan setelah Pak Rio melenggang pergi dari ruangannya ia hanya menghela napasnya. Devika membuka laci meja kerjanya dan meraih sebuah obat maag yang akhir-akhir ini dia minum.
Devika mempunya penyakit maag dan vertigo sehingga ia harus banyak berisitirahat dengan cukup disertai makan teratur dalam sehari tiga hari. Ah kesibukan selama menjabat di perusahaannya membuat Devika kerap kali lalai dalam urusan makan dan istrirahat.
Devika pun segera meminum obatnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya karena jam istrirahat telah berakhir ketika sebuah pesan singkat masuk di ponselnya ia pun segera membukanya dan mendapati pesan singkat Fikri disana.
"Kamu sudah minum obat kamu? Jangan sampai sakit lagi ya. Aku akan berusaha mengganti posisi kamu sebentar lagi setelah kita menikah."
Devika menatapnya nanar. Fikri begitu baik dengannya tapi ntah kenapa hatinya susah sekali menerima hati pria itu. Padahal dia sudah melupakan Arvino secara perlahan.
Pintu terbuka dan disanalah sang sekertaris pribadi cantik yang menyampaikan pesan bahwa sebentar lagi ia akan bertemu dengan beberapa peserta yang baru saja lolos casting di program acara terbarunya.
Pikiran Devika teralihkan beberapa saat sehingga ia pun segera berdiri dari duduknya dan pergi kelantai 5 bersama sekertarisnya.
🖤🖤🖤🖤
Aiza sedang duduk bersantai di sofa ruang rawat inap Arvino dengan santai. Arvino baru saja tidur siang 5 menit yang lalu ketika ponselnya berdering.
Aiza menerima panggilan tersebut dan mendapati Reva yang menghubunginya. "Halo, Asalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam. Huaaaaaa Aiza selamat ya!"
"Ha?"
Suara decakan sebal membuat Reva akhirnya berkata. "Ck, kamu ini pura-pura tidak tahu ya?"
"Maksud kamu apa?" sekali lagi, Aiza memperhatikan Arvino yang kini masih memejamkan matanya dan berusaha menjaga nada suara suaranya agar tidak nyaring.
"Kamu sudah nikah sama si dosen angkuh itu kan? Wah selamatnya ya."
"Iya. Terima kasih."
"Maaf aku tidak bisa menghadiri acara pernikahanmu dan kenapa acaranya dadakan sekali? Aku jadi tidak bisa datangkan?" dengus Reva dengan sebal.
"Maaf aku tidak tahu. Pak Arvino yang memintanya."
"Wajar saja Aiza. Dia memang tidak sabar ingin berdekatan denganmu. Ah kamu harus benar-benar bersyukur karena setidaknya kamu bisa melakukan bimbingan skripsi dengan suami kamu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam
RomantiekKetika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, an...