Suara petir yang menyambar terdengar di langit diiringi hujan lebat yang turun di kota Bali. Arvino masih menyediri didalam kamar setelah tadi sore ia marah dengan Aiza.
Waktu menujukkan pukul 20.00 hingga getaran yang berasal dari ponselnya pun terasa di saku celana jeans nya. Arvino segera menerimanya ketika Bunda Ayu menelponnya.
"Asalamualaikum. Halo Bunda?"
"Wa'alaikumussalam. Arvino kamu apa kabar? Bunda kangen. Oleh-oleh titipan Bunda sudah di beli?."
Arvino menghela napasnya. Arvino tersenyum miris. Apakah Bundanya itu lebih kangen dengan oleh-oleh ketimbang dirinya?
"Alhamdulillah sudah Bun."
"Alhamdulillah deh. Aiza ada? Bunda kangen sama mantu Bunda yang pemalu itu."
"Em.." Dan Arvino merutuki kebodohannya kalau saat ini ia dan Aiza sedang tidak baik-baik saja. Suara helaan napas Ayu terdengar. Sudah tidak salah lagi. Pasti ada hal yang tidak beres saat ini mengingat 30 menit yang lalu tanpa Arvino ketahui Bundanya itu mengubungi Aiza secara langsung.
"Tu kan bener dugaan Bunda."
Arvino tergagap. "Ma-maksud Bunda?"
"Sudah deh jangan sok pura-pura tidak tahu! Kamu lagi ada masalah sama Aiza kan?"
"E-enggak Bun. Vino-"
"Apa!?" Ayu menaikkan nada suaranya. Wajar saja kalau Bundanya itu marah dengan kelakuan putranya saat ini. "Kalau kamu lagi tidak marahan sama Aiza coba beri ponsel kamu sama dia. Bunda mau bicara sebentar."
Arvino menggaruk tengkuk kepalanya. Sekarang ia kelabakan dan bingung harus berbuat apa. Terlebih saat ini ia tidak berani berbohong kepada seorang ibu yang sudah melahirkannya.
"Astaga, Vino-vino." Ayu menghela napasnya dengan gusar. "Kalau kamu lagi ada masalah sama istri kamu lebih baik kamu tanyakan saja baik-baik. Jangan main marah begitu saja.!"
"Em i-itu Vino bisa jelasin-"
"Jelasin bagaimana? Apakah kamu pantas memarahi istri kamu tanpa alasan yang jelas?
"Bun-"
"Kalian itu baru menikah! Kamu tidak sadar ya bagaimana perasaan Aiza selama ini menuggu kamu? Tiga tahun lagi. Terus kamu peka tidak kalau selama ini dia nahan cemburu sama wanita-wanita lain? Kamu kira selama ini Bunda tidak tahu kalau kamu dosen playboy?"
"Bu-bunda tahu?"
"Nebak sih." Dan Arvino menepuk jidatnya.
"Wajah kamu itu ganteng kayak jaman muda Ayah kamu. Ayah kamu dulunya playboy, Alhamdullilah begitu ketemu Bunda, Ayah kamu langsung lamar Bunda dan pacaran setelah nikah."
"Bunda-"
"Ah sudahlah! Pokoknya Bunda tidak mau tahu!" Potong Ayu cepat.
"Kamu harus segera minta maaf sama dia. Kalau sampai dia kenapa-kenapa hatinya, siap-siap saja Bunda bakal tinggal dirumah kamu selamanya biar kamu tidak bisa leluasa berduaan. Titik tidak pakai koma!"
Tut Tut Tut Tut ...
Dan ya, panggilan terputus begitu saja. Arvino menundukan wajahnya bahkan ia tidak menyangka Bunda Ayu mengetahui situasinya saat ini. Apakah Aiza ada mengadu? Ah tidak-tidak.
Seorang Aiza yang pendiam bahkan irit bicara itu tentu saja tidak mungkin melakukannya. Suara deringan ponselnya kembali berbunyi. Rasa takut dan panik kembali melanda. Namun tidak seperti tadi karena saat ini nama Randi terpampang di layarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam
RomanceKetika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, an...