Setelah menghabiskan waktu untuk mendengarkan ceramah Ustad kondang dari Jakarta di mesjid Islamic Center baik Aiza ataupun Arvino, keduanya memilih pulang kerumah dalam perjalanan ketika jam menunjukan pukul sepuluh malam.Disamping Aiza, ada bunda Ayu yang kebetulan bertemu dengannya tanpa sengaja didalam mesjid kemudian berakhir dengan memilih pulang bersama Arvino dan Aiza. Sebenarnya kepergian Ayu ke mesjid tersebut tidak sendirian, ada Azka sang suami tercinta yang menemani istrinya.
Namun, begitulah seorang Ayu yang begitu senang ketika bertemu dengan Aiza dan memilih pulang bersamanya ketimbang suaminya sendiri yang saat ini posisi mobil Azka berada didepan mobil Arvino.
"Kamu lama sekali sih gak main-main kerumah bunda?" tanya Ayu yang kini menggenggam punggung tangan Aiza.
Aiza tersenyum tipis. "Em maaf Bun. Saya sedang magang di kantor."
"Maksud kamu KKN?" tanya Ayu lagi. "Wah berarti calon mantu bunda sekarang ini sudah semester enam ya?"
Arvino menarik kedua sudut bibirnya ketika mendengar kata-kata mantu dari bundanya itu sambil mengemudikan mobilnya. Sementara Aiza, gadis itu berusaha menyembunyikan rasa malu dan bahagia didalam hatinya. Oh ayolah, secara tidak langsung kata-kata tadi adalah lampu hijau buat dirinya.
Aiza mengangguk dan Ayu kembali berbicara.
"Pantas aja kamu jarang hubungin bunda. Bunda kangen banget sama kamu nak." tanpa diduga, Ayu merangkul pundak Aiza bahkan membawa Aiza kedalam pelukannya.
Aiza sempat terkejut oleh perlakuan Ayu namun berusaha untuk tidak terlihat canggung. Disisilain, sudah lama sekali ia tidak merasakan pelukan hangat seorang ibu dan kasih sayangnya.
"Ini sudah malam. Kamu tidur dirumah bunda aja ya."
Aiza mengerutkan dahinya. Ia ingin menolak ketika suara Ayu kembali membuatnya tidak jadi untuk berbicara bahkan menolaknya.
"Sesekali tidur sama bunda ya. Nanti biar Ayah tidur di kamar tamu aja. Dari dulu bunda pengen punya anak perempuan. Anak perempuan itu cantik. lucu dan menggemaskan. Kalau tidur rasanya pengen bunda peluk. Contohnya sekarang ini. Bunda aja gemes sama kamu nak. Jangankan bunda. Tuh bayi besar bunda aja gemas sama kamu apalagi dari tadi curi-curi pandang liatin kamu."
Arvino terkejut dan itu benar. Berusaha untuk terlihat fokus, Arvino berdeham.
"Perasaan bunda aja tuh." ucap Arvino yang tidak mau mengakuinya. "Vino liat Bunda yang bahagia banget malam ini. Bukan liat Aiza."
"Jangan bohongi Bunda deh." Ayu menatap Arvino dengan kesal meskipun tidak serius. "Kalau gitu malam ini setelah mengantar bunda dan Aiza, kamu balik kerumah kamu ya. Sudah malam dan kamu harus istirahat."
Mendadak Arvino tidak setuju dengan usulan tersebut. Oh ayolah, sudah lama Arvino tidak bermalam dirumah kedua orang tuanya.
"Apa? pulang? Bun, ini sudah malam. Vino capek kalau harus balik kerumah Vino sendiri."
"Capek? Idih bohong banget. Biasa juga kamu bergadang sama Ayah main monopoli terus pulang jam satu malam. Alasan banget jam gini capek. Bilang aja karena malam ini ada Aiza dirumah kan? Siapa suruh dulu milih pisah rumah dan pengen mandiri."
Dan ya, Ayu benar. Selama ini Arvino suka menghabiskan waktu bersama dengan Ayahnya dan menolak jika disuruh menginap dengan banyak alasan karena ia memiliki kesibukan sendiri dengan kegiatan kencannya bersama para wanitanya.
Ayu tersenyum dan merasa Arvino tidak bisa berkutik saat ini. "Tuh kan bener! Sudah kamu pulang aja ya. Besok aja balik lagi kerumah dan bunda akan masakin makanan favorit kamu. Kebetulan besok itu tanggal merah dan libur nasional. Bunda pengen main masak-masakan sama Aiza didapur."
Arvino menahan kekesalannya kali ini karena tidak bisa melihat Aiza lebih lama. Ingin rasanya ia cepat-cepat menghalalkan Aiza meskipun ia harus berusaha meruntuhkan tembok pertahanan Aiza sekaligus keraguan dan ketakutan yang dimiliki gadis itu terhadap bullyan para mahasiswi dan wanita lainnya.
Arvino sudah menjauhi mereka tapi tetap saja, mereka terus bermunculan dan mendekatinya hingga membuat Aiza salah paham. Beginilah resiko mantan playboy yang ingin tobat.
Disislain, rasa bahagia sudah tidak bisa Aiza bendung lagi. Aiza sudah yakin bila Arvino benar-benar tulus memperjuangkannya. Hanya ketakutan dan ancaman dari para wanita diluar sana yang membuatnya menahan diri untuk bisa mendekati Arvino.
Hati Aiza begitu sesak oleh kenyataan yang ada. Ujiannya terhadap asmara yang ia rasakan saat ini tidaklah mudah. Aiza tidak ingin bersikap egois. Ia tidak ingin menerima cinta seorang Arvino jika diluar sana masih saja ada para wanita yang tersakiti. Ia ingin mencintai Arvino dalam keadaan situasi yang damai, rasa keikhlasan oleh orang-orang disekitarnya bahkan tidak ada lagi rasa kedengkian dari para wanita diluar sana yang bisa mencelakai dirinya.
Sejenak, kedua mata Aiza berkaca-kaca karena sedang menatap iris biru milik Arvino yang ia sukai sejak pandangan pertama dan sedang fokus menatap jalanan yang berada didepannya meskipun saat ini Aiza hanya menatapnya sebatas ukuran pantulan kaca spion tengahnya.
Aiza pun bergumam dalam hati "Maafkan aku yang seperti ini. Maafkan atas semua ketakukanku selama ini hingga membuatku menolak perasaanmu. Hanya doa yang bisa aku panjatkan kepada Allah ketika aku menginginkanmu dalam diam. Aku mencintaimu, Arvino Azka."
🖤🖤🖤🖤
Semoga suatu saat Aiza gak takut-takut lagi yaa 🙏🙏🙏 kan kasihan Arvinonya. Udh siap mau hijrah tuh.
Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya. Jangan lupa follow akun Wattpad liareza15 ini. Karena akun Wattpad ini khusus Romance Young Adult semua.
Disisilain ada kalanya pembaca gak bisa lanjut baca, katanya chapter terpotong setengah. Coba follow, logout kemudian login dan refresh work kamu ya. Semoga bisa..
Dan kalau kalian ingin membaca karya author bertemakan cinta remaja genre Teenfiction. Kalian bisa kepoin di akun Wattpad Lia_Reza_Vahlefi
Terimakasih.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram: lia_rezaa_vahlefii 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam
RomansaKetika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, an...