35 - Mencintaimu Dalam Diam

80.9K 4.7K 82
                                    


"Jadi, bagaimana keadaannya dok?" pertanyaan dengan suara lirih karena sisa-sisa tangisan air mata yang sudah mengering membuat Ayu hanya bisa berpasrah diri pada Allah. " Sudah satu Minggu. Tapi kenapa putra saya belum sadar dok?"

Seorang dokter yang saat ini sedang menangani kasus kondisi Arvino hanya menghela napasnya. "Arvino mengalami koma karena disebabkan oleh cedera pada kecelakaan seminggu yang lalu sehingga mengakibatkan pembengkakan atau perdarahan jaringan di otaknya."

"Apakah dia bisa sadar secepatnya dok?" tanya Azka yang kini merangkul pundak istrinya, memberinya kekuatan penuh dengan elusan dilengan istrinya agar tenang.

"Pasien yang menunjukkan tanda kesadaran berarti otaknya masih berfungsi dan beraktivitas, walaupun sangat minim Pak Azka. Bisa jadi Arvino hanya bisa sebatas mendengar hal-hal di sekitarnya, tapi otaknya tak mampu memahami mengapa dia bisa berada di sini dan apa yang terjadi pada dirinya. Pada kasus yang berbeda, pasien koma menunjukkan adanya pergerakan jari atau produksi suara yang sangat lirih." jelas dokter itu lagi.

Air mata Ayu kembali menetes. Cedera kepala yang dialami Arvino cukup parah meskipun ditangani dengan cepat.

"Apakah ada jalan lain dok untuk kesembuhan kakak saya?" tanya Fikri yang kini ikut menjenguk keadaan kakaknya, bahkan ia pun rela menunda acara pernikahannya yang sebenarnya akan di adakan dalam waktu dekat ini.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah pembekakan lanjut, menyedot cairan yang ada di otak Arvino, menyuplai oksigen, memperbaiki jaringan yang rusak, dan menindak bagian yang kerusakannya sudah terlalu parah."

"Tapi putra saya pasti sembuh dan segera sadar dari komanya kan Dok?" tanya Ayu dengan segala ikhtiar dalam doa dan harapannya.

"Setiap pasien memiliki komplikasi dan kondisi fisik yang berbeda-beda Bu Ayu. Maka, tidak ada angka pasti yang bisa menentukan harapan hidup pasien. Biasanya harapan hidup semakin besar bila cedera atau trauma yang dialami tak terlalu parah, tidak terlambat ditangani, dan tubuh pasien merespon pengobatan dan tindakan medis yang diberikan dengan baik. Kami akan segera mengabari lebih lanjut dan memberikan hasil dari tim medis untuk Pak Azka dan Bu Ayu."

Kedua orang tua Arvino hanya mengangguk pasrah. Ia tidak menyangka jika kepergian putranya ke Balikpapan tanpa diketahui siapapun dan berkahir dengan kecelakaan benar-benar membuat semuanya terpukul.

Dari balik pintu yang sedikit terbuka. Aiza mendengar semuanya. Sekarang ia tahu jika Arvino mengalami koma yang tidak bisa dipastikan kapan sadarnya. Aiza tertunduk lesu. Ia pun segera beranjak dari sana.

Aiza merasa malu dan tidak pantas berada disana. Ia merasa bersalah meskinya ia tau semua itu, kecelakaan bahkan adanya Arvino saat ini dirumah sakit sudah menjadi takdir.

🖤🖤🖤🖤

Suasana sore terasa hening ketika saat ini Aiza berada disebuah pemakaman. Ia pun memegang beberapa tangkai bunga mawar kesukaan mendiang ibunya yang kini bersebelahan dengan pemakaman Ayahnya.

Aiza terdiam dengan air mata mengalir di pipinya dan menatap dua gundukan tanah tersebut dengan rasa kerinduan tiada tara. Sudah lama ia tidak berkunjung ke makam kedua orang tuanya semenjak dirinya menempuh perguruan tinggi di Samarinda.

Seorang pria menyodorkan tisu kearahnya dan Aiza terkejut ketika mendapati Alex tersenyum kearahnya.

"Pak Alex?" dengan ragu Aiza menerima tisu tersebut meskipun tidak menggunakannya.

Alex tersenyum. "Jangan kaget atau marah ya saya kesini. Niat saya cuma mau berziarah ke makam kedua orang tua kamu kok." tanpa memperdulikan respon Aiza, Alex pun bersimpuh sambil meletakkan beberapa bunga diatas pusara kedua orang tua Aiza.

"Om Wiratno dan Tante Shakila itu baik."

Alex tersenyum sendu menatap kedua makam ayah dan ibu Aiza. "Mungkin kamu gak ingat apapun karena pernah mengalami amnesia. Tapi saya ingat banget, om Wiratno dan Tante Shakila itu paling senang kalau saya ajarin kamu semua mata pelajaran tanpa harus memanggil guru privat. Kata om Wiratno kamu itu nakal, gak bisa diem kalau di ajarin mata pelajaran sama guru les kamu dan kalau sama saya malah pinter dan anteng."

Alex tersenyum sendiri meskipun saat ini tidak menatap Aiza.

"Dulu juga kamu sempat nangis gara-gara gak bisa ngerjain pr matematika terus Tante Shakila bela-belain datang kerumah saya malam-malam demi ngajarin kamu cuma karena waktu itu saya tidak mengnonaktifkan ponsel saya."

Sepertinya, Alex mengingat semuanya tentang masa lalu dan masa kecil dirinya yang dulu pernah bertetangga dengan Aiza.

"Dan om Wiratno pernah berpesan sama saya kalau beliau mengikhlaskan saya menjadi calon suami kamu."

Aiza terkejut. Hanya sesaat dan ia kembali berkata "Maafkan saya." lirih Aiza dan hanya itu yang bisa ia ucapkan.

"Tidak apa-apa." senyum Alex dengan kesabarannya. "Saya tidak memaksa kamu kok. Yang penting saya sudah berusaha. Kamu milik Allah. Hati kamu cuma Allah yang bisa membolak-balik termasuk menyukai saya atau tidak. Kalau kamu gak suka sama saya, saya bisa apa? Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Bersyukur lah calon pria diluar sana yang menyukaimu dan kamu menyukainya balik. Tinggal dijalani saja dan ada niat insya Allah lancar sampai menuju halal."

Alex tau, Aiza hanya diam dan mengalihkan tatapannya pada pusara ayah dan ibunya meskipun Alex sendiri sangat paham jika Aiza mendengar semua ucapannya. Alex pun mendongakkan wajahnya ke langit dan beralih menatap Aiza.

"Sudah mau senja. Kita pulang saja. Nanti keburu Maghrib. Mau pulang bareng dan saya antarkan kerumah kamu? Kebetulan saya masih menginap di hotel sama kedua orang tua saya sampai besok pagi."

Aiza menggeleng. "Tidak.Terima kasih. Saya mengendarai motor sendiri."

Alex hanya mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu saya duluan ya. Jaga dirimu baik-baik. Asalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Alex pun melenggang pergi. Dan sebelum benar-benar jauh dari sana, ia menoleh kembali ke arah Aiza sambil berkata dengan tatapan seriusnya.

"Kalau kamu lihat kedua makam orang tua kamu rasanya sangat sedih, terpukul dan kehilangan kan?"

Aiza menatap Alex sejenak dalam beberapa detik, kemudian kembali menatap batu nisan kedua orang tuanya.

"Kalau ada pria yang suka sama kamu dan kamu suka sama dia. Jangan sia-siakan kesempatan itu selagi dia baik untukmu. Kesempatan gak datang dua kali Za. Dosen kamu sedang koma. Fisiknya masih bisa dilihat didepan mata semua orang termasuk kamu. Kamu harus ingat, hidup seseorang hanya sekali. Jangan sampai penyesalan itu datangnya belakangan."

🖤🖤🖤🖤

Alhamdulillah Alex itu tegar. Meskipun ia sendiri sebenarnya kecewa karena Aiza menolaknya 😖😊

Terima kasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian ya.

With Love
LiaRezaVahlefi

Instagram
lia_rezaa_vahlefii

Mencintaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang