Sudah kesekian kalinya Aiza merasa gagal ketika ia tidak bisa menjenguk Arvino. Oh ayolah, sudah hampir dua Minggu yang artinya sudah setengah bulan ia berlaku demikian dan sungguh disayangkan ketika ia selalu menghadapi hal-hal kendala saat berniat menjenguk Arvino.Kabar Arvino mengalami koma membuat satu universitas heboh. Lebih tepatnya para mahasiswi yang merupakan penggemar dosen tampan tersebut.
Tak hanya itu saja, sesama rekan dosen pun turut rela datang jauh-jauh dari kota Samarinda hanya untuk menjenguk Arvino meskipun cuma beberapa menit mengingat jam besuk yang terbatas.
Mendapati situasi sedang tepat, dengan perlahan Aiza memasuki ruangan rawat inap yang terasa dingin. Hatinya sedikit lega ketika kali ini tidak ada siapapun yang menjenguk Arvino. Sesampainya didalam, hanya keheningan yang menyambut Aiza dan suara beberapa alat medis yang terdengar sebagai penunjang hidup Arvino.
Aiza sudah dekat dengan posisi Arvino yang terbaring dan berdiri disampingnya. Sudah dua Minggu, sudah empat belas hari dan setengah bulan. Ini pertama kalinya Aiza melihat kondisi Arvino secara langsung.
Wajah yang sedikit lebam dibagian pelipis kiri. Pipi Arvino sedikit menggembung sebagai tanda selama 14 hari ini cairan impus mengisi tubuhnya dan sebuah perban yang melingkar di kepala Arvino.
Aiza menatap Arvino dengan sendu. Biasanya, ia menatap pria itu dengan diam namun tidak dengan hatinya. Seiring berjalan waktu dan menyukai dalam diam, perlahan bahkan sedikit demi sedikit, hatinya merasa terhibur dengan segala ucapan Arvino. Baik itu gombalan recehnya, ucapan-ucapan ketusnya, cara bicara dia saat mengajar sewaktu materi kuliah hingga menjadi dosen pembimbingnya.
Aiza menggenggam beberapa tangkai bunga yang selalu ia bawa ketika ingin menjenguk Arvino meskipun berakhir dengan menumpuknya di kamarnya sendiri saat mendapati ada saja orang-orang atau pihak keluarga yang menjenguk Arvino.
Aiza berusaha memahami situasi tersebut. Ia tidak ingin menganggu ketika ada orang-orang menjenguk pria itu. Aiza pun segera mengganti beberapa bunga di vas yang sudah mengering kemudian meletakkannya pemberian bunga darinya yang masih segar.
Setelah itu, ia beralih menatap Arvino. Menarik sebuah kursi lalu duduk tanpa melepas pandangannya terhadap Arvino.
Butuh waktu beberapa menit hingga ia pun bergumam "Maafkan aku." lirih Aiza. "Maaf jika baru pertama kalinya aku menatap bapak seperti ini meskipun dalam keadaan koma. Selama ini... " Aiza memegang ujung hijabnya dengan erat. "Selama ini saya selalu menghindari bapak terutama saat menatap bapak."
Aiza menundukan wajahnya. Kerinduan teramat dalam yang ia rasakan pada Arvino tak bisa terbendung lagi. Ia tidak bisa membohongi dirinya terus menerus untuk mengatakan kalau ia tidak menginginkan Arvino dalam hidupnya.
"Aku menyesal. Aku menyesal sudah membuat semua keadaan seperti ini. Maaf, Maafkan aku, aku-" Aiza menangis dalam diam. Hatinya hancur bahkan seperti ada lubang besar menganga dihatinya.
Terlalu mendalami perasaannya, Aiza sampai tidak sadar jika ini adalah hal pertama kalinya ketika ia berucap sesuatu, berkata sesuatu bahkan berbicara dengan mengeluarkan semua uneg-unegnya yang sangat banyak dibalik sikapnya yang selama ini pendiam dan tidak banyak berbicara.
"Maaf. Maafkan aku. Maafkan aku sudah membuat bapak begini."
Cepat atau lambat, Aiza akan tau mungkin sebentar lagi akan ada orang-orang atau siapapun yang menjenguk Arvino. Dengan berat dan terpaksa bahkan rasa rindunya pada Arvino yang masih menyesakan didada, Aiza berdiri dari duduknya.
"Aku janji begitu sampai dirumah nanti, Aku akan mendoakan bapak." Aiza menghapus sisa air mata di pipinya.
Ia pun segera pergi meninggalkan Arvino yang kembali sendirian namun tanpa Aiza sadari, sebulir air mata mengalir di pipi Arvino begitu gadis itu menghilang dari sana.
Hatinya sungguh sesak. Ia tau, Aiza sudah menyesali semuanya. Aiza sudah meminta maaf padanya. Aiza susah berbicara dengan tulus mengenai hatinya.
Arvino tau. Dan ia sangat paham. Bahkan tidak ada niatan sedikitpun ia mempersulit keadaan apalagi menyusahkan gadis itu dan Arvino mendengar semua ucapan gadis yang di cintainya.
"Aku juga merindukanmu calon istriku yang belum aku halalin sampai sekarang. Maafkan aku. Aku tau kamu mencintaiku. Aku harap kamu mau menungguku. Maafkan aku karena saat ini semuanya terasa gelap."
🖤🖤🖤🖤
Kalau boleh jujur, bikin alur gini kedua mata sampai berkaca-kaca saking menghayatinya. Semoga kalian tetap lanjut membaca kisah ini sampai tamat. 🙏
Jangan tanya kenapa up nya dikit ;) karena menulis alur ini berusaha kuat untuk nahan feel di hati. Dan akhirnya aku mengalah untuk tetap 691 kata . Happy reading ya, sorry 😊
Sehat selalu buat kalian ;)
Ig: lia_rezaa_vahlefii
Wattpad: liareza15
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam
RomanceKetika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, an...