1

4.1K 230 26
                                    

Tahun 2011

Wendy POV

Aku berjalan merunduk sambil memegang tali tas ranselku. Aku ikuti jalan rel kereta api menuju rumahku di pinggiran kota saat subuh menjelang. Memakai seragam SD kumuh dan juga tampanku yang nampak berantakan sekali.

Memang sangat sepi di sana. Tapi aku tidak takut untuk melintasi nya.

Sambil berjalan, aku tersenyum lebar mengigat wajah cantik seseorang.

Flashback on

Aku menemukan sebuah dompet di jalanan. Saat aku sudah memegangi dompet itu dan kulihat kartu namanya, beberapa orang berteriak dari jauh. Mereka mengira aku seorang copet.

Jadi karena takut, aku berlari dengan memegangi dompet itu di tanganku tanpa aku tinggalkan.

Aku di kejar-kejar sampai ke rel kereta api usang ini. Aku masuk ke dalam gedung bangunan tua. Kemudian aku bersembunyi di sana. Di sudut gedung lembab dan gelap ini.

Aku lihat orang-orang itu sudah berlalu jauh dari tempatku. Dan itu membuat ku bernafas lega tapi wajah sendu ku masih terpancar.

Aku berdiri dan kembali melihat kartu namanya. Aku baca pelan nama si pemilik dompet ini.

" Kim Taeyeon." Ucap ku pelan.

Kemudian aku angkat pandangan ku ke depan lagi. Aku berniat ingin mengembalikan nya ke pemilik aslinya.

" Baiklah. Aku akan kembalikan." Ucapku menyetujui saranku sendiri.

Aku masukkan dompet itu ke dalam tasku agar aman dari para preman jikalau mereka sudah melihat anak ingusan seperti ku memegang dompet dengan uang terselip tebal. Sedangkan kartu namanya bahkan alamat rumahnya aku pegang di tangan.

Baru ingin melangkah maju, bangunan semen tua ini goyah. Aku langsung tersungkur ke bawah hingga kepalanya terbentur ke bebatuan patahan itu.

" Aahhkk!" Rintihku sambil berdiri lagi.

Berjalanlah aku keluar gedung itu tanpa peduli dengan sakit di kepala ku. Memang ada darah yang keluar, tapi aku usap-usap saja dengan tanganku. Agar tidak terlalu nampak pada Eomma jika aku jatuh. Bisa-bisa, aku akan membebani Eomma soal uang untuk membeli obat lukaku ini.

Berjalanlah aku menelusuri pinggiran trotoar yang selalu ramai dengan kendaraan motor dan mobil. Aku lihat terus alamat rumahnya sambil berjalan. Kemudian berhenti di tikungan saat melihat palang nama jalan di perempatan.

" Belok kiri." Ucapku lagi sambil berbelok ke kiri karena nama jalannya sangat sama dengan alamat rumah si pemilik dompet itu.

Eomma pasti khawatir padaku karena tidak pulang-pulang ke rumah. Sekarang sudah sekitar jam 5 sore dan aku malah semakin jauh dari rumah.

Berdoa saja aku pada tuhan, agar Eomma tidak terlalu khawatir padaku karena dia sedang sakit di rumah. Aku tidak mau membuatnya menderita lagi. Cukup ayah saja yang sudah menelantarkan Eomma dan aku!!

Sampai di sebuah komplek rumah elit, aku berjalan sambil mendongak kagum melihat rumah-rumah besar yang berderetan di sana.

" Wahhh....." Seru ku.

Jika aku sudah besar nanti, aku akan membelikan rumah sebesar ini untuk Eomma dan diriku tinggal. Akan aku bahagia kan Eomma suatu saat nanti. Jika aku sukses menjadi seorang CEO terkenal.

Aku berhenti mendadak saat sebuah mobil BMW hitam memberikan klakson padaku. Saat aku berhenti di depan gerbang rumah yang sangat besar dan bagus tentunya dari rumah yang kulihat sebelumnya.

For You & Only For You ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang