Maaf typo nyaa.... karena panjang banget jadi author nggak sempat buat meriksa ketikan author....mohon di maklumi 😊
Wendy berlalu segera dari ruang latihan. Ia membawa lembaran kertas not lagu barunya yang sudah ia selesaikan dan ia sempurna kan lagi.
Ia kumpulkan pada guru seni musik karena dia menyuruh Wendy untuk mengikuti festival musik akhir pekan besok.
Setelah beberapa lama di ruang guru, Wendy keluar dari sana. Ia membuang nafas leganya sambil tersenyum singkat saat karyanya sudah bisa dia nyanyikan.
" Wendy." Datanglah Seulgi yang melompat merangkulnya. Wendy hampir jatuh. Tapi ia tertawa sambil melihat pria itu yang tersenyum lebar padanya.
" Bagaimana lagumu?" Tanya Seulgi.
" Udah gue kasih sama Pak Donghae." Jawab Wendy.
" Wahh....gue nggak sabar untuk hari esok." Ucap Seulgi. Wendy memberi senyuman lebarnya.
Mereka akhirnya berjalan ke ujung koridor sambil mengobrol bersama.
----
Wendy diam menatap senyum gitarnya. Kemudian ia elus gitar kesayangannya karena ia membeli gitar itu pada gaji pertama nya saat masuk bekerja part time dulu.
Sangat susah bagi Wendy untuk menyambung uang sebanyak itu hanya menginginkan gitar listrik berwarna hitam merah ini. Dia sudah melirik nya bahkan menyuruh si pemilik toko untuk tetap menyimpan gitar itu. Sampai saat uang sudah terkumpul, Wendy akhirnya menepati janji pada gitar itu. Ia beli dan ia bawa pulang dengan senyum merekah.
Jreng~!! Suara gesekan kecil itu membuat senyum Wendy melebar. Dia sangat sayang dengan barang yang paling berharga itu. Di tambah lagi lukisan masa-masa kecil nya yang selalu membuat dirinya tidak sendirian selama ini.
Dia ingin membanggakan Eomma nya yang pasti melihat dirinya berjuang sendiri.
" Aku akan membuat Eomma bangga padaku. Akan aku bawa nama Eomma sampai aku menjadi seorang yang sukses suatu saat nanti." Janji Wendy pada Eomma nya yang tidak akan pernah Wendy lupakan sampai selamanya.
Wendy mengangkat tas gitar nya. Ia masukkan dan ia kancing mulut tas itu. Berdirilah Wendy dari duduknya. Ia kemudian menyandang tas itu keluar dari kelas musik. Untuk segera pulang dan bekerja lagi.
" Wendy!" Wendy berhenti. Ia terdiam kaku melihat Irene yang berlari kecil dengan senyum merekah di bibirnya. Pria itu segera merunduk pelan. Ia akan selalu seperti itu bukan hanya dengan Irene. Tapi pada semua orang yang membuat mentalnya down karena terlalu malu membalas tatapan.
" Kamu pulang?" Tanya Irene. Wendy mengangguk.
" Emhh...mau bareng?" Tanya Irene. Wendy memberi gelengan nya.
" Wae~~?" Irene cemberut lesu. Wendy tau. Tapi ia hanya diam saja.
" Aku.... sendirian. Sangat tidak nyaman jika tidak ada teman di sebelahku. Joy tidak sekolah karena dia ada urusan dengan keluarganya." Jelas Irene sambil menatap Wendy di hadapannya yang hanya merundukkan kepalanya itu.
" Mianhe." Ucap Wendy yang berjalan segera melewati Irene.
Wanita itu berbalik. Ia lihat kerut sedih kepergian Wendy yang perlahan menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangan mata Irene.
Wendy berjalan menelusuri pinggiran trotoar sambil melihat sekeliling jalannya. Banyak sekali orang-orang berlalu lalang dam bahkan beberapa bimbel les dimasuki oleh siswa-siswi dari berbagai sekolah.
Wendy diam mendongak melihat gedung les itu. Ia juga ingin les. Tapi ia juga harus bekerja.
Wendy tidak pernah merasakan bagaimana pelajaran tambahan di tempat les. Nilainya juga tidak pernah turun dan selalu berada di peringkat pertama. Meski Wendy tidak les atau bahkan privat sekalipun, nilainya tetap bagus karena dia belajar giat di rumah setiap hari bahkan sampai jam 12 malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You & Only For You ✓ [C]
Fanfictionaku juga ingin di cintai. tapi aku sadar kalau dia lebih baik di cintai orang lain daripada diriku.