Wendy mengambil susunya di depan lobby. Ia meminumnya sambil berjalan menuju kamar inapnya lagi.
Sampai di depan lift, suara seseorang membuat nya menoleh cepat ke belakang.
" Oh!? Nyonya!" Wendy memberi tundukan beberapa kali pada wanita yang sudah memberikan alat lukis baru kemarin.
" Bagaimana alat lukisnya?"
" Oh? Khamsahamnida." Ucap Wendy beberapa kali.
Senyum wanita itu timbul.
" Kamu sudah makan?" Tanya nya. Wendy diam sebentar kemudian memberi gelengan pelan.
" Ayo makan." Ajaknya sambil memegang punggung Wendy agar berjalan di sampingnya.
----
Wendy diam melihat wanita itu tersenyum lebar padanya sambil menyodorkan semua makanan di depan Wendy.
" Makanlah yang banyak agar kamu cepat sembuh." Katanya dan Wendy mengangguk nurut.
Wendy makan makanannya sambil sesekali melirik sekitar melihat banyak sekali pria berbadan besar dengan jas hitam dan kacamata hitamnya itu. Mereka berdiri di sekitar restoran tempat Wendy makan.
" Pergilah. Dia tidak nyaman." Kata tuannya dan di laksanakan oleh semua bodyguardnya segera keluar dari sana.
Wendy berbalik. Ia melihat kejut dokter rumah sakit yang datang mendekati meja makanannya.
Terduduklah ia di kursi sebelah wanita itu. Keduanya saling menatap senyum membuat Wendy terdiam bingung.
" Dia istriku. Namanya Stephanie Hwang." Kata dokter itu pada Wendy yang mengangguk-angguk pelan.
" Aku Nichkhun Buck Horvejkul."
" Arayo." Jawab Wendy membuat senyum Nichkhun timbul.
" Khamsahamnida." Ucap Wendy.
" Sudah mau merawatku." Lanjut Wendy sambil memberi tundukan pelan pada kedua orang itu.
" Sama-sama." Jawab Nichkhun.
" Wendy...." Panggil Tiffany membuat Wendy menoleh melihatnya lagi.
" Emhh......" Tiffany menoleh melihat suaminya yang juga menatap diam dirinya itu. Wendy diam saja dengan mata yang melirik bergantian Tiffany dan Nichkhun.
" Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu." Kata Nichkhun langsung karena dia tau sang istri nampak gugup.
" Ne." Angguk Wendy nurut.
***
Rose keluar dari sekolahnya. Ia dikejar Jennie dari ujung koridor ke luar gedung sekolahan.
" Rose!" Teriak Jennie. Rose tidak menghiraukan nya. Ia jalan terus saja memegang tas gitarnya menuju parkiran mobil.
" Oediga?" Tanya Jennie berjalan terburu-buru mendekati Rose.
" Pulang." Jawab Rose membuka kunci mobilnya dan membuka pintu belakang mobilnya untuk memasukkan tas dan juga gitarnya.
" Wae? Kamu tidak melihat ku bertarung nanti?" Tanya Jennie berjalan lagi ke pintu seberang dengan Rose di depannya.
" Aku ada urusan."
" Ayolah Rose. Di saat seperti ini, aku ingin kamu menonton ku." Kata Jennie yang menutup kembali pintu mobil Rose.
" Aku sudah bilang, aku ada urusan. Bukannya ada Irene? Kenapa tidak memintanya saja. Diakan setiap kamu bertanding pasti ada dengan sepupunya itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
For You & Only For You ✓ [C]
Fanfictionaku juga ingin di cintai. tapi aku sadar kalau dia lebih baik di cintai orang lain daripada diriku.