Wendy selesai bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia lihat dirinya di cermin panjang itu beberapa saat. Kemudian ia berbalik mengambil tasnya sambil memasukkan buku lagunya ke dalam sana.
Keluarlah Wendy dari kamar. Ia melihat diam tunduk saat keluarga Bae memanggilnya untuk sarapan pagi bersama.
Irene tersenyum lebar. Ia menggerarai kursi di sebelahnya agar Wendy duduk tepat di sebelahnya. Tapi keduluan sama Yeri yang menarik kursi di sebelahnya dengan senyum mata pada Irene yang sudah berdengus kesal menatap wanita itu.
" Makan yang banyak ya. Ini untukmu. Habiskan semuanya. Tante akan membuatkan susu untukmu." Semua makanan di sodorkan ke arah Wendy. Bahkan potongan buah apel sudah di potong kecil-kecil oleh Jessica tadi khusus untuk Wendy. Anaknya saja tidak pernah di potongin. Tapi Irene ngalah kalau yang di di beri perhatian Wendy. No Yeri!
" Emh!?" Wendy bingung. Bagaimana caranya ia bertindak menghentikan kebaikan Jessica agar tidak terlalu merepotkan.
" Dimakan Seungwan." Ucap Taeyeon sambil mengunyah pelan.
Yeri lihat Wendy di sebelahnya dengan tangan yang memegang gelas susu kotak dan bibir yang mengapit pipet nya.
" Oi!" Panggil Irene. Yeri melirik Irene di depannya.
" Apa yang kamu lihat!?" Tanya Irene.
" Tidak ada. Aku hanya melihat Wendy karena dia tidak bisa memotong daging nya." Jawab Yeri sambil berdiri dan ia ambil pisau dan garpu Wendy agar ia yang memotongkan nya.
Wendy lihat bingung Yeri di sebelahnya. Kemudian ia merunduk lagi melihat Yeri dengan mudah memotong daging steak itu untuknya.
Yeri tusuk potongan kecil daging Wendy. Kemudian ia sodorkan ke arah mulut Wendy.
Wendy diam. Mulutnya perlahan membuka. Tapi Yeri menjauhkan dengan cepat memasukkan nya ke dalam mulutnya. Yeri letak garpu itu di piring Wendy dengan tangan kiri yang menyaut kunci mobil dan tasnya.
" Aku akan di terkam oleh nenek lampir itu jika berani menyuapi mu." Ucap Yeri melewati Wendy. Irene menahan marah. Dia sudah menggertak giginya kuat. Tapi sadar diri aja. Kalau tidak ada Taeyeon dan Jessica, Yeri sudah pasti di gantung ke tiang listrik dengannya.
" Aku pergi Paman! Tante!"
" Nee!" Jawab kedua orang tua itu seraya dengan Jessica yang datang membawakan segelas susu untuk Wendy.
" Di minum habis ya sayang." Wendy mengangguk saja. Tangannya meraih garpu di piringnya.
" Andwe!" Teriak Irene yang langsung berdiri dan mencondongkan tubuhnya ke arah Wendy menyaut garpu Wendy.
" Ini bekas Yeri. Pakai yang baru saja." Kata Irene sambil meletakkan kasar garpu baru Wendy di piringnya. Pria itu terkejut dalam diam. Ia ambil garpu dari piringnya sambil melirik Irene yang memberi wajah kesal sambil menguyah makanannya.
***
Brumm~~!!! Keluarlah mobil Irene dari halaman rumah. Ia memutar stir mobilnya berbelok ke luar pagar rumah menuju sekolah. Ia diam menatap ke depan sambil memainkan jarinya di stir mobil. Ia lirik sesekali Wendy di sebelahnya yang sibuk menulis sesuatu di buku hitam tebal itu.
Mobil Irene berhenti di lampu merah. Ia lihat betul Wendy di sebelahnya dan mencoba mengintip apa yang di tulisnya di buku itu.
" Apa yang kamu lakukan?" Irene menyaut buku Wendy. Membuat pria itu terdiam beku di tempat sambil menatap kaku ke depan.
Irene membuka nya. Kerut penasarannya timbul sambil membolak-balik apa yang di tulis Wendy.
Deg! Jantung Irene berdetak kuat. Dia melemaskan wajah kerutnya, menatap diam ke arah kertas putih yang sudah berisi sebuah gambar pensil di sana.
Ternyata Wendy buka menulis. Ia menggambar Irene di buku itu yang nampak cemberut saat makan tadi.
Irene menoleh pelan ke arah Wendy.. begitu juga dengan pria itu yang memberi wajah kerut sesekali karena dia takut jikalau Irene marah padanya karena sudah menggambar dirinya tanpa pamit.
" Joh-ahaeyo." Ucap Irene sambil memberikan buku itu kembali pada Wendy yang ia letakkan di paha pria itu.
Wanita itu menghadap ke depan lagi. Ia menarik rem tangan dan ia injak pedal gas mobil nya karena lampu hijau baru saja menyala.
" Jika ingin menggambarku kenapa tidak di kertas besarmu. Lukis aku jika kamu menginginkannya." Kata Irene sambil menyetir.
Wendy diam saja. Ia merunduk sambil berfikir bagaimana caranya dia melukis Irene?
" Ini gampang." Jawab Irene yang tau pikiran Wendy.
" Hanya perlu tatap aku." Kata Irene sambil memberhentikan mobilnya dan ia dekati Wendy di sebelahnya yang langsung menyingkir hingga lengannya menempel pada kaca mobil.
Irene mendekati Wendy lagi. Pria itu kembali menjauh sampai tempatnya benar-benar sempit untuk bergeser lagi.
" Aku suka lagumu." Ucap Irene pelan.
" Nyanyikan aku lagu kemarin saat di festival musik. Aku ingin mendengarnya lagi." Kata Irene yang sudah mengangkat badannya sambil menarik kunci mobil di tempatnya.
Keluarlah Irene dari sana. Kemudian diikuti Wendy yang membuang nafas pelan sambil menutup pintu mobil Irene.
Tit~! Irene mengunci mobilnya sambil menatap Wendy dari belakang mobil.
Pria itu diam saja sambil merundukkan kepalanya. Tiba-tiba Joy datang membuyarkan tatapan Irene pada Wendy.
" Lo lihat si--" Joy lihat diam Wendy di depan sana. Kemudian ia menoleh melihat Irene yang melirik Wendy kemudian melihat dirinya.
" Wae?" Datanglah Seulgi yang berhenti di sebelah Joy. Pria itu tersenyum lebar ceria mendekati Wendy lalu ia rangkul temannya.
" Come on my friend. We go to class." Berjalanlah Seulgi melewati kedua wanita itu sambil merangkul Wendy di sebelahnya.
Irene menarik tas sandangnya di sebelah dengan Joy yang melihat kepergian kedua pria itu.
" Ayo." Ajak Irene berjalan duluan di depan Joy.
***
Sudah sangat sore hari ini. Semua murid Sopa juga sudah pulang ke rumah. Tinggal Wendy saja di sekolah karena dia ingin melukis lagi. Ketenangan sore hari yang terpancar masuk ke ruang lukis membuat pikiran Wendy tenang untuk mencari ide lukisan nya kali ini.
Sreek!! Wendy berhenti mengoleskan kuas besar itu di kertas putih. Ia menolehkan kepalanya ke belakang kertas lukisnya. Ia lihat diam Irene yang duduk di sana sambil tersenyum padanya.
" Kamu berhutang melukis ku." Kata Irene. Wendy diam. Kertasnya juga masih ia bercakkan tiga warna di sana.
" Bagaimana menggunakan teknik lain?" Ujar Irene. Wendy diam saja memberi wajah biasanya.
" Kamu tau film Titanic?" Tanya Irene. Wendy masih memberi respon diam sambil menatap wanita itu di depannya.
" Bagaimana jika kita melakukan scene saat Jack ingin melukis Rose." Irene dekati pelan badannya ke arah Wendy. Pria itu masih terdiam kaku. Tangannya lemas di bawah sana karena Irene sibuk memberikan endusan pelan nafasnya.
" Bagian dimana Rose membuka bajunya hanya untuk di lukis oleh Jack." Lanjut Irene sambil memandang balik Wendy di hadapan matanya itu.
Keduanya diam. Wendy menelan ludahnya sambil berusaha menatap ke arah lain. Tapi mata Irene masih saja membuang terhipnotis. Dia tidak bisa berpaling apalagi mengalihkan pandangannya ke arah lain. Irene terlalu sulit di hindari jika wanita itu sudah seperti ini.
" Mau....... Wendy?"
Triple update perdana ff ini.
Makasih buat Votement nya yaaa🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
For You & Only For You ✓ [C]
Fanfictionaku juga ingin di cintai. tapi aku sadar kalau dia lebih baik di cintai orang lain daripada diriku.